1. Dalam penelitian ini lebih menitikberatkan kepada pembangunan di DKI
Jakarta, serta menganalisis pola pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dan luar DKI Jakarta, pada saat pemerintah melaksanakan kebijakan
pembangunan yang lebih mengarah ke sentralistik yaitu sebelum otonomi daerah dan setelah otonomi daerah diberlakukan.
2. Dalam penelitian ini akan menganalisis trend ketimpangan pendapatan
DKI Jakarta dan luar DKI Jakarta. Baik sebelum maupun setelah otonomi daerah dengan mengunakan metode analisi diskriptif, Klassen
Typology , Indeks Williamson, dan Analisis Trend Ketimpangan. Data
yang akan digunakan mulai dari tahun 1993-2011. 3.
Selanjutnya yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini akan menganalisis hubungan antara
peningkatan PDRB per kapita DKI Jakarta dengan Ketimpangan DKI Jakarta dan luar DKI Jakarta dalam periode tahun 1993-2011.
2.8. Kerangka Pemikiran
Pembangunan ekonomi di Indonesia masih meninggalkan masalah yang sama dihadapi oleh beberapa negara berkembang lainnya. Masalah yang timbul
adalah ketimpangan antar daerah. Hal ini disebabkan karena perbedaan kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan. Terjadinya
ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu aspek ketimpangan pembangunan antar
wilayah ini juga mempunyai implikasi terhadap kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan Pemerintah Pusat.
Analisis yang pertama dilakukan adalah analisis diskriptif. Analisis diskriptif ini memberikan gambaran umum kondisi pembangunan wilayah DKI
Jakarta dan Luar DKI Jakarta. Analisis selanjutnya adalah dengan mengklasifikasikan sektor-sektor ekonomi per wilayah, laju pertumbuhan
ekonomi, dan PDRB per kapita di wilayah DKI Jakarta maupun luar DKI Jakarta. Kemudian dibagi berdasarkan empat kategori berdasarkan analisis Klassen
Typology sektoral. Langkah berikutnya adalah analisis ketimpangandisparitas
ekonomi di wilayah DKI Jakarta dan luar DKI Jakarta yang dapat dilihat dari berfariasinya nilai PDRB per kapita dan jumlah penduduk di setiap wilayah
tersebut. Selanjutnya akan dianalisis dan dihitung tingkat keparahan ketimpangan di
setiap wilayah amatan dengan mengunakan rumus ketimpangan antar wilayah, yaitu formulasi Williamson, kemudian didapatkan indeks ketimpangan
Williamson dan dilihat trend ketimpangan sebelum dan setelah diberlakukannya kebijakan otonomi daerah dengan menggunakan grafik.
Hasil akhir dari penelitian ini adalah implikasi kebijakan bagi pemerintahan pusat maupun daerah untuk mengatasi masalah ketimpangan di DKI Jakarta dan
luar DKI Jakarta, yaitu dengan memperhatikan sektor yang ditengarai menjadi penyebab ketimpangan karena hanya terpusat di daerah tertentu namun memiliki
share yang lebih tinggi bagi PDRB di wilayah Jakarta dan luar DKI Jakarta.
Ketimpangan juga dihubungkan dengan sektor-sektor unggulan di masing-masing wilayah dan dilihat posisi relatif masing-masing wilayah. Dengan melihat potensi
dari masing-masing wilayah, dapat dilihat dari besarnya kontribusi masing- masing sektor bagi nilai PDRB wilayahnya. Dengan demikian, dapat pula sektor-
sektor yang ditenggarai menjadi penyebab naik atau turunya indeks ketimpangan di DKI Jakarta dan luar DKI Jakarta.
Berikut adalalah gambar kerangka pemikiran dalam Gambar 2.4:
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran
Kebijakan Pembangunan Nasional
Pertumbuhan Ekonomi di DKI Jakarta
Sebelum Otonomi Daerah 1990-1999
Setelah Otonomi Daerah 2000-2010
Ketimpangan Wilayah Ketimpangan Wilayah
Klasifikasi Wilayah Klassen Typology
Ketimpangan Antar Wilayah Indeks Williamson
Pola kesenjangan Wilayah Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah
Seiring Pertumbuhan Ekonomi Jakarta
III. METODELOGI PENELITIAN