Pertumbuhan Ekonomi TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

juga mengalami perkembangan. Dengan pendekatan yang sama dapat ditunjukkan bahwa perkembangan sektor pertanian tanpa diikuti perkembangan sektor industri, akan terus berlangsung hanya jika sektor ekspor berkembang. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa menurut pandangan Lewis salah satu fungsi penting dari sektor ekspor adalah untuk menjamin kelangsungan pembangunan apabila tidak terdapat pembangunan yang seimbang di antara sektor-sektor dalam negeri, yaitu sektor industri dan sektor pertanian. 22

2.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk menaikan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Jadi dalam ekonomi pembangunan tidak hanya menggambarkan jalannya pengembangan ekonomi saja, tetapi juga menganalisis hubungan sebab akibat dari faktor-faktor perkembangan tersebut. Kenaikan output per kapita dalam jangka panjang juga dapat diartikan sebagai pertumbuhan ekonomi. Jadi persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut. 23 Schumpeter 1934, dalam Boediono menjelaskan makna pertumbuhan ekonomi sebagai berikut: 22 Sadono Sukirno, Op cit, h. 280. 23 Ibid., h. 100. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” dalam produksi itu sendiri. Sebagai contoh adalah kenaikan Growth Domestic Product GDP yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk atau oleh pertumbuhan stok kapital dengan teknologi lama . 24 Pertumbuhan digunakan sebagai ungkapan umum yang menggambarkan tingkat perkembangan suatu negara yang diukur melalui persentase pertambahan pendapatan nasional riil. Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. Para ahli ekonomi mempunyai keterkaitan terhadap masalah perkembangan pendapatan nasional riil, juga kepada moderenisasi kegiatan ekonomi, misal: usaha merombak sektor pertaniaan yang tradisional, masalah percepatan pertumbuhan ekonomi dan masalah pemerataan pendapatan per kapita secara terus-menerus. Sedangkan pertumbuhan ekonomi belum tentu diikuti kenaikan pendapatan per kapita. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi terjadi ketika terdapat lebih banyak output dan dapat meliputi penggunaan input lebih banyak dan lebih efisien. Pembangunan ekonomi terjadi saat lebih banyak output juga perubahan- perubahan dalam kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang lebih banyak. Pembangunan ekonomi menunjukkan perubahan- perubahan dalam struktur output dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian di samping kenaikan output. Pada umumnya pembangunan selalu disertai dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan. 25 24 Boediono.1982. Teori Pertumbuhan Ekonomi: Seri Sinopsis pengantar Ilmu Ekonomi No.4 Yogyakarta: Balaksumur,1982, h. 55. 25 Sadono Sukirno. Pengantar Teori Makroekonomi Jakarta: FE-UI, 2004, h. 414. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah istilah yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi lebih mengacu pada proses peningkatan produksi barang dan jasa. Sedangkan pembangunan ekonomi memiliki arti yang lebih luas dan mencakup perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. 26 Menurut Todaro ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah : 1. Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. 2. Pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja yang terjadi beberapa tahun setelah pertumbuhan penduduk secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestik. 3. Kemajuan teknologi yang terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional. Dalam hal ini dikenal ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu : 26 Didin S. Damanhuri, op.cit., h. 31-37.  Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana, seperti pembagian tenaga kerja yang lebih spesifik yang dapat meningkatkan output, adalah contohnya.  Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, terjadi apabila kemajuan teknologi dapat menghemat pemakaian modal atau tenaga kerja. Dengan kata lain penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama.  Terakhir adalah kemajuan teknologi yang hemat modal, merupakan fenomena yang cukup langka di negara yang relatif maju. Hal tersebut dikarenakan dalam penelitian di dunia pengetahuan dan teknologi di negara-negara maju yang merupakan tujuan utama adalah menghemat pekerja, bukan menghemat modal. Tetapi di negara berkembang kemajuan teknologi yang hemat modal sangat diperlukan. Kemajuan yang ini akan menghasilkan metode produksi padat karya yang lebih efisien. 27 Salah satu teori yang memberikan perhatian khusus pada peranan kapital yang dapat diprensentasikan dengan kegiatan investasi yang ditanamkan pada suatu daerah untuk menarik kapital ke dalam daerahnya adalah teori pertumbuhan Harrod-Domar. Hal ini jelas akan berpengaruh pada kemampuan daerah untuk tumbuh sekaligus menciptakan perbedaan dalam kemampuan menghasilkan pendapatan. Investasi akan lebih menguntungkan apabila dialokasikan pada 27 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, op. cit., h. 92-98. daerah-daerah yang dinilai mampu menghasilkan return pengembalian yang besar dalam jangka waktu yang relatif cepat. Mekanisme pasar justru akan menyebabkan ketidakmerataan dimana daerah-daerah yang relatif maju akan tumbuh semakin cepat sementara daerah yang kurang maju tingkat pertumbuhannya relatif lambat. Jadi, dalam model ini tingkat pertumbuhan daerah berbeda-beda, maka ketidakmerataan ini akan cenderung semakin melebar jika tidak ada faktor yang menyeimbangkan, misalnya pembangunan infrastruktur dan mobilitas tenaga kerja. Sehingga dalam teori ini, pertumbuhan ekonomi memerlukan investasi baru ditambah stok kapital yang telah ada dengan asumsi perekonomian dalam keadaan full employment. 28 Untuk memperjelas pendapat Harrod-Domar bahwa dalam penanaman modal akan mempercepat proses pertumbuhan ekonomi dapat diterangkan dengan menggunakan pertolongan gambar. Dalam Gambar 2.1, fungsi S adalah fungsi tabungan. Karena teori ini memisalkan tingkat tabungan masyarakat adalah proposional dengan pendapatan nasional, maka fungsi tersebut dimulai dari titik O. Kemudian dimisalkan pula bahwa pada permulaannya perekonomian telah mencapai tingkat pengunaan sepenuhnya barang-barang modal yang tersedia. Tingkat tersebut adalah pada titik Ys =Y , dimana Ys adalah jumlah keseluruhan kapasitas barang-barang modal pada tahun permulaan dan Y adalah pendapatan pada waktu tersebut. Karena pemisahan ini, maka pada tahun tersebut penanaman modal haruslah mencapai sebesar tabungan pada tingkat kapasitas penuh dari barang-barang modal. Maka haruslah I = S . 29 28 Ibid., h. 129. 29 Sadono Sukirno, op cit., h. 261 Penanaman modal tersebut akan menaikkan kapasitas barang-barang modal pada masa berikutnya. Menurut teori Harrod-Domar penanaman modal sebesar I menyebabkan pada masa berikutnya kapasitas barang-barang modal sebesar ΔYs =ΔI. Pada gambar kenaikan tersebut berarti kenaikan kapasitas barang- barang modal dari Ys menjadi Ys . Agar kapasitas barang-barang modal yang telah menjadi Ys tersebut sepenuhnya digunakan, penanaman modal dalam tahun tersebut haruslah mencapai I + ΔI. 30 S,I S I+ ΔI ΔI I S Y Ys = Y Ys Sumber: Sukirno, Sadono. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. 2006. Hal 261. Gambar 2.1 Teori Harrod-Domar dalam Grafik Dalam analisis teori-teori pertumbuhan mengenai proses pembangunan menekankan kepada peramalan akhir dari proses pembangunan ekonomi. Teori- teori pertumbuhan sebelum Neo-Klasik memberikan pandangan yang sangat pesimis mengenai keadaan proses pembangunan dalam jangka panjang. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik, kelebihan penduduk akan menyebabkan masyarakat mengalami kemunduran kembali dalam pembangunannya. Sedangkan 30 Sadono Sukirno, op cit., h. 161. menurut pandangan Schumpeter, pada tingkat pembangunan yang sangat tinggi akan menyebabkan masalah stagnasi atau ketiadaan perkembangan ekonomi. Sedangkan teori Harrod-Domar berpendapat babwa kekurangan dalam penanaman modal akan menimbulkan proses pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan masalah resesi yang lebih serius dari sebelum-sebelumnya. 31 2.3.Produk Domestik Regional Bruto PDRB PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Untuk menghitung angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: 1. Pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. 2. Pendekatan pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir seperti: a pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, b konsumsi pemerintah, c pembentukan modal tetap domestik bruto, d perubahan stok, dan e ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. 3. Pendekatan pendapatan, PDRB meupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB Atas Dasar Harga berlaku ADHB digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. PDRB ADHB menunjukkan pendapatan yang 31 Sukirna, Sadono. Op cit. Hal 269 yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. PDRB Atas Dasar Harga Konstan ADHK digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhansetiap sektor dari tahun ke tahun. Data PDRB ADHK lebih menggambarkan perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi daerah tersebut. PDRB ADHB menurut sektor menunjukkan peranan sektor ekonomi dalam suatu daerah, sektor-sektor yang mempunyai peranan besar menunjukkan basis perekonomian suatu daerah. Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatanbalas jasa terhadap faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tesebut. Sedangkan PDRB per kapita adalah besaran kasar yang menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah pada suatu waktu tertentu. PDRB per kapita didapat dengan membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di wilayah tersebut. 32 Fungsi lain PDRB per kapita dalam analisis pembangunan ekonomi adalah menggambarkan tingkat kesejahteraan di antara wilayah. Semakin tinggi nilai pendapatan tersebut, semakin tinggi daya beli penduduk, dan daya beli yang bertambah ini meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 32 BPS, Pendapatan Regional DKI Jakarta:Regional income of DKI Jakarta 2005-2009 Jakarta: BPS, 2009, h.18. Walaupun memahami kekurangan-kekurangan dari data pendapatan perkapita PDRB per kapita sebagai alat untuk mengukur tingkat kelajuan pembangunan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat, hingga saat ini data pendapatan per kapita selalu digunakan untuk digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pembangunan ekonomi. 33 2.4.Ketimpangan Distribusi Pendapatan Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, yang biasanya dapat didefinisikan di dalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi pendapatan tersebut. Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan, yang keduanya digunakan untuk berbagai keperluan kajian kuantitatif dan kualitatif. Kedua ukuran tersebut adalah distribusi ukuran dan distribusi fungsional. Distribusi ukuran size distribution mengukur besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing orang, sementara distribusi fungsional menekankan pada kepemilikan faktor-faktor produksi. Salah satu cara untuk mengukur ketimpangan menurut perspektif distribusi ukuran antara lain mengunakan Kurva Lorenz. Metode ini lazim digunakan para ekonom untuk menganalisis statistik pendapatan perorangan yang memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara persentase penerimaan pendapatan dengan persentase pendapatan total yang benar-benar diterima dalam kurun waktu tertentu. Dalam kurva ini dapat dilihat tingkat ketimpangan atau tidak merata distribusi pendapatan dari seberapa jauh jarak Kurva Lorenz dari 33 Sadono Sukirno. op cit., h. 10-11. garis diagonal. Semakin jauh jarak Kurva Lorenz dengan garis diagonal yang merupakan garis pemerataan sempurna maka semakin tinggi tingkat ketimpangannya. 34 D Persentase Pendapatan B C Persentase Populasi Sumber: Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga . 2003. Hal 226. Gambar 2.2 Kurva Lorenz untuk Memperkirakan Koefisien Gini Koefisien Gini digunakan untuk mengukur ketimpangan agregat yang angkanya berkisar antara nol hingga satu, dimana semakin mendekati nol semakin rendah tingkat ketimpangannya dan semakin mendekati satu semakin tinggi tingkat ketimpangannya. Koefisien gini dapat dihitung dengan cara membagi bidang yang terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dengan luas setengah segi empat pada kurva Lorenz tersebut. Sedangkan contoh indikator distribusi fungsional misalnya bagian pendapatan nasional yang diterima oleh pemilik faktor produksi tenaga kerja. 34 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, op. cit., h. 223. Koefisien gini = Garis pendapatan A Kurva Lorenz Ukuran distribusi fungsional ini pada dasarnya membahas persentase penghasilan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai faktor produksi yang terpisah dan membandingkanya dengan persentase pendapatan total dalam bentuk sewa,bunga, dan laba. Dengan semakin berkembangnya konsep distribusi fungsional, konsep ini mampu menjelaskan besar atau kecilnya pendapatan dari suatu faktor produksi dengan memperhitungkan kontribusi faktor tersebut dalam seluruh kegiatan produksi. Kurva permintaan dan penawaran diasumsikan sebagai faktor yang dapat menentukan harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Jika harga per unit produksi dikalikan dengan jumlah faktor produksi yang digunakan secara efisien, maka dapat dihitung total pendapatan yang diterima oleh setiap faktor produksi tersebut. 35 Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Kebijakan pembangunan wilayah haruslah dapat mengatasi masalah ketimpangan. Karena jika ketimpangan pendapatan tinggi akan menyebabkan berbagai masalah dalam proses pembangunan wilayah seperti berikut: 1. Ketimpangan pendapatan yang tinggi akan menyebabkan inefisiensi ekonomi dan mempersulit masyarakat yang berpendapatan rendah untuk menyediakan pendidikan maupun dalam pengembangan bisnis mereka. 2. Dengan tingkat ketimpangan yang tinggi dapat melemahkan stabilitas dan solidaritas. Lebih lagi, ketimpangan yang tinggi dapat memperkuat 35 Ibid., h. 228. kekuatan politis golongan kaya yang digunakan untuk mengarahkan berbagai hasil pembangunan untuk kepentingan mereka sendiri. 3. Selanjutnya tingkat ketimpangan yang tinggi dipandang tidak sesuai dengan prinsip keadilan. 36 Dalam perencanaan pembangunan, diabaikanya dimensi spasial membuat kegiatan pembangunan daerah lebih ditentukan oleh mekanisme pasar. Akibatnya modal dan orang cenderung memilih daerah yang menawarkan pengembalian yang tinggi, sehingga daerah yang maju semakin maju dan daerah yang tertinggal semakin tertinggal. Hal tersebut yang mendasari analisis disparitas regional, yaitu indikator yang menggambarkan bagaimana pendapatan suatu wilayah terdistribusikan ke sub-sub wilayah tersebut. Hal ini konsisten dengan pemikiran Kuznets yang dituangkan dalam bentuk kurva U terbalik, yaitu sewaktu pendapatan perkapita naik, ketidakmerataan mulai muncul dan mencapai maksimum pada saat pendapatan pada tingkat menengah dan kemudian menurun sewaktu telah dicapai tingkat pendapatan yang sama dengan karakteristik negara industri. Peningkatan pertumbuhan dimungkinkan dengan berkembangnya sektor pemimpin leading sector. Kondisi ini akan memunculkan efek merembes ke bawah bagi golongan miskin dengan meningkatnya upah buruh melalui sektor lain. 37 36 Ibid., h. 235. 37 Ibid., Hal 240

2.5 Indeks Williamson