kewenangan daerah, disamping adanya kemampuan mengendalikan diri dalam menjalankan kebebasan.
41
2.7. Penelitian Terdahulu
Sejak tahun 1970-an hingga saat ini sudah banyak penelitian dan pengkajian mengenai pembangunan ekonomi regional di Indonesia yang memfokuskan pada
ketimpangan antar pulau, ketimpangan antar provinsi, maupun ketimpangan antar kabupaten di provinsi tertentu. Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai
referensi dalam penelitian ini dapat dikategorikan berdasarkan persamaan topik maupun metode yang digunakan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah dalam menganalisis ketimpangan antar wilayah di Indonesia dengan metode indeks Williamson.
Tadjoeddin melakukan penelitian untuk menganalisis ketimpangan regional dengan memakai data kabupatenkota tahun 1996. Dalam penelitian ini
menemukan bahwa dari jumlah kabupatenkota yang ada pada tahun itu, ada sejumlah kabupatenkota yang memiliki PDRB per kapita yang sangat tinggi yang
menjadikan daerah-daerah tersebut menjadi daerah kantong enclave regions. Daerah-daerah ini adalah daerah yang memiliki kekhususan dalam hal
karakteristik perekonomiannya, dimana daerah tersebut berkembang dengan pesat karena merupakan pusat perekonomian, perdagangan, industri maupun karena
penghasil tambang maupun SDA lainnya. Hasil perhitungan Tadjoeddin
41
Ibid, h. 168.
menunjukkan jika daerah kantong tersebut tidak dimasukkan ke dalam analisis, ketimpangan PDRB per kapita antarprovinsi menjadi sangat rendah.
42
Tabel 2.1. Beberapa Indeks Ketimpangan Regional Dalam PDRB Per Kapita Menurut KabupatenKota Atas Harga Konstan 1993
1993 1994
1995 1996
1997 1998
Gini
Tanpa Migas 0,363
0,366 0,371
0,378 0,381 0,363
Tanpa Migas dan Daerah Kantong
0,248 0,251
0,256 0,267
0,271 0,257
Theil
Tanpa Migas 0,263
0,268 0,275
0,282 0,288 0,266
Tanpa Migas dan Daerah Kantong
0,102 0,104
0,108 0,119
0,122 0,109 L
– Indeks
Tanpa Migas 0,213
0,217 0,222
0,230 0,234 0,212
Tanpa Migas dan Daerah Kantong
0,096 0,098
0,102 0,110
0,114 0,103
CV Williamson
Tanpa Migas 0,923
0,938 0,962
0,966 0,982 0,965
Tanpa Migas dan Daerah Kantong
0,483 0,489
0,511 0,526
0,534 0,501
Keterangan: Daerah kantong adalah 13 daerah kaya yang merupakan pusat pembangunan industri, perdagangan dan jasa Kota Batam, Jakarta Pusat, Jakarta Utara,
Jakarta Timut, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Kudus, Kota Surabaya, Kota Kediri, Badung, Kutai, Benau, Kota Samarinda.
Sumber: Tdjoeddin. 2001. Disparitas Regional dan Konflik Vertikal di Indonesia. UNSFIR. Hal 24
Seperti yang terlihat pada Tabel 2.1, tahun 1993-1999 nilai koefisien gini sekitar 0,36-0,38 dan tambah tinggi lagi menjadi 0,41 jika migas juga di
masukkan, tetapi jika tidak memasukkan daerah kantong dan tanpa migas, nilai Gini dari distribusi PDB nasional per kapita turun hingga berkisar antara 0,24 dan
0,27. Selain itu, penelitian ini juga melakukan analisis dekomposisis ketimpangan pendapatan regional ke dalam dua komponen, yakni ketimpangan pendapatan
42
Tadjoeddin et al, op cit., h. 23.
antar individu di dalam provinsi dan ketimpangan pendapatan pendapatan antar provinsi, dengan mengunakan indeks Theil dan indeks L. Hasilnya juga
menunjukkan kecenderungan yang sama, adanya migas dan daerah kantong memperparah ketimpangan regional di Indonesia.
43
Tabel 2.2. Indeks Ketimpangan Williamson Antar Provinsi Di Indonesia 1995-2003
Tahun Indonesia
Termasuk DKI Jakarta Indonesia
Tanpa DKI Jakarta
1993 0,560
0,440 1994
0,590 0,460
1995 0,630
0,480 1996
0,670 0,490
1997 0,690
0,510 1998
0,660 0,520
1999 0,670
0,530 2000
0,660 0,520
2001 0,650
0,510 2002
0,650 0,510
2003 0,640
0,500
Sumber : Sjafrizal. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. 2003, h. 114
Sjafrizal menganalisis ketimpangan pembangunan antar wilayah di Indonesia periode 1993-2003. Disamping mengukur tingkat ketimpangan dan
tendensinya, studi ini juga mencoba melihat pengaruh DKI Jakarta terhadap ketimpangan pembangunan antar wilayah. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pengaruh DKI Jakarta terhadap ketimpangan antar wilayah di Indonesia cukup besar karena struktur ekonominya yang cukup berbeda dengan provinsi-
provinsi lain. namun demikian, hasil perhitungan dengan mengeluarkan DKI
43
Ibid.
Jakarta ternyata indeks ketimpangan masih cukup tinggi yaitu sekitar 0,50 pada tahun 2003.
44
Tabel 2.3. Indeks Ketimpangan Williamson Antar Pulau di Indonesia tahun 1996-2006
No. Tahun
CVw
1. 1996
0,225 2.
1997 0,224
3. 1998
0,250 4.
1999 0,247
5. 2000
0,261 6.
2001 0,240
7. 2002
0,234 8.
2003 0,233
9. 2004
0,229 10.
2005 0,216
11. 2006
0,210
Sumber : Refa,2009.Analisis Ketimpangan Pendapatan Antar Pulau di Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Bogor. Hal 45.
Refa melakukan penelitian untuk menganalisis tingkat ketimpangan pendapatan antar pulau di Indonesia dengan mengunakan formulasi Williamson.
Dalam penelitian ini menganalisis pengaruh pertumbuhan PDRB terhadap ketimpangan pendapatan antar pulau di Indonesia. Kesimpulannya, ketimpangan
pendapatan antar pulau yang terjadi di Indonesia terbagi dalam enam pulau tergolong rendah. Selain itu, Refa menyimpulkan bahwa hubungan pertumbuhan
PDRB dengan indeks ketimpangan pendapatan lemah dan besarnya kontribusi pertumbuhan PDRB terhadap perubahan ketimpangan pendapatan kecil.
Sedangkan perbedaan
penelitian ini
dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, yaitu:
44
Sjafrizal, Op cit, h.113-114.
1. Dalam penelitian ini lebih menitikberatkan kepada pembangunan di DKI
Jakarta, serta menganalisis pola pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dan luar DKI Jakarta, pada saat pemerintah melaksanakan kebijakan
pembangunan yang lebih mengarah ke sentralistik yaitu sebelum otonomi daerah dan setelah otonomi daerah diberlakukan.
2. Dalam penelitian ini akan menganalisis trend ketimpangan pendapatan
DKI Jakarta dan luar DKI Jakarta. Baik sebelum maupun setelah otonomi daerah dengan mengunakan metode analisi diskriptif, Klassen
Typology , Indeks Williamson, dan Analisis Trend Ketimpangan. Data
yang akan digunakan mulai dari tahun 1993-2011. 3.
Selanjutnya yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini akan menganalisis hubungan antara
peningkatan PDRB per kapita DKI Jakarta dengan Ketimpangan DKI Jakarta dan luar DKI Jakarta dalam periode tahun 1993-2011.
2.8. Kerangka Pemikiran