3.4.2 Uji-t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
individu masing-masing berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel independen. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut,
H : β
k
= 0 H
1
: β
k
≠ 0 Kriteria uji yang digunakan adalah jika |t
hitung
| t
α , n-k
maka tolak H , dimana
jumlah observasi dilambangkan dengan huruf n, dan huruf k melambangkan jumlah variabel termasuk intercept. Selain itu, jika probabilitas p-value lebih kecil dari
taraf nyata maka dapat digunakan juga untuk menolak H . Jika tolak H
berarti variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas pada
araf nya a α persen, dem k an p la sebal knya
3.4.3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi yang dilambangkan dengan R
2
adalah suatu angka yang mengukur keragaman pada variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variasi
pada model regresi. Nilai ini berkisar antara nol sampai satu 0R
2
1, dengan nilai yang semakin mendekati satu menunjukkan model yang terbentuk mampu
menjelaskan keragaman dari variabel dependen, demikian pula sebaliknya. Rumus dari koefisien determinasi dinyatakan dalam persamaan 3.10.
.......................................................... 3.10
3.5 Uji Asumsi
Untuk mendapatkan hasil model yang efisien dan konsisten, maka diperlukan pengujian terhadap pelanggaran asumsi-asumsi klasik seperti heteroskedastisitas,
multikolinieritas, dan autokorelasi.
3.5.1 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah salah satu penyimpangan pada asumsi klasik statistika. Heteroskedastisitas terjadi jika ragam sisaan tidak konstan, hal ini
d lambangkan dengan Var μ
i
E μ
i 2
σ
i 2
. Masalah ini sering terjadi jika ada penggunaan data cross section dalam estimasi model, namun masalah ini juga dapat
terjadi dalam data time series. Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan metode
Generalized Least Square GLS. Metode ini merupakan metode kuadrat terkecil yang terboboti, dimana model ditransformasi dengan memberikan bobot pada data
asli Juanda, 2009.
3.5.2 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu penyimpangan asumsi akibat adanya keterkaitan atau hubungan linier antar variabel bebas penyusun model. Indikasi
adanya multikolinieritas dapat dilihat jika dalam model yang dihasilkan terbukti signifikan secara keseluruhan uji-F dan memiliki nilai R-squared yang tinggi namun
banyak variabel yang tidak signifikan uji-t. Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan menggabungkan data cross section dengan data time series Juanda,
2009.
3.5.3 Uji Autokorelasi
Autokorel as adalah adanya korelas ser al an ara s saan μ
t
. Juanda 2009 menjelaskan akibat adanya autokorelasi dalam model yang diestimasi yaitu
pendugaan parameter masih tetap tidak bias dan konsisten namun penduga ini memiliki standar error yang bias ke bawah, atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya
sehingga nilai statistik uji-t tinggi overestimate. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan metode Generalized Least Square dalam
estimasi model Gujarati, 2004. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan uji Durbin-
Watson DW. Dalam Eviews6 Guide dijelaskan bahwa jika nilai DW tersebut sudah
lebih dai 1,5 dan mendekati 2 maka dapat dikatakan tidak ada autokorelasi. Berikut adalah Tabel 3.2. yang memperlihatkan distribusi nilai DW dimana nilai tersebut
telah disusun oleh Durbin Watson untuk derajat keyakinan 95 persen dan 99 persen.
Tabel 3.2. Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya Nilai Durbin-Watson
Kesimpulan
DW 1,10 Ada autokorelasi
1,10 DW 1,54 Tanpa kesimpulan
1,55 DW 2,46 Tidak ada autokorelasi
2,46 DW 2,90 Tanpa kesimpulan
DW 2,91 Ada autokorelsi
Sumber : Firdaus, 2004
IV. KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Selanjutnya pada bab ini akan memberikan uraian secara rinci terkait dengan aspek-aspek korupsi, pembangunan manusia dan investasi di delapan negara kawasan
ASEAN tahun 2000-2009, analisis determinasi atau hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya tindakan korupsi di sektor publik, dan kemudian akan dilanjutkan dengan
analisis dari dampak korupsi terhadap pembangunan manusia dan investasi di delapan Negara kawasan ASEAN. Analisi deskriptif digunakan dalam pembahasan penelitian
ini. Metode deskriptif untuk menjawab dinamika korupsi, pembangunan manusia, dan investasi di delapan negara Kawasan ASEAN.
.
4.1 Dinamika Korupsi, Pembangunan Manusia dan Investasi di Delapan
Negara Kawasan ASEAN.
Dewasa ini, tidak ada negara yang aktivitas perekonomiannya bebas dari campur tangan pemerintah sekalipun sistem yang dianut adalah liberal atau kapitalis.
Dalam menjalankan Kebijakan publik untuk mendukung pembangunan ekonomi, peran-peran pemerintah tidak selalu berhasil. Secara sistematis sering terjadi
kegagalan pemerintah government failure. Kegagalan pemerintah melahirkan tindakan korupsi di sektor publik.
Pemerintah justru menjadi pemburu rente rent seeker bahkan menjadi predator untuk pembangunan ekonomi suatu negara. Pemerintah cenderung menyalahgunakan
jabatan publik untuk keuntungan pribadi Transparency International, 2012. Rent Seeking Behavior pemerintah sering kali dikaitkan dengan korupsi.
korupsi dalam sektor publik diartikan sebagai penyalahgunaan jabatan publik untuk mencari keuntungan pribadi Transparency International, 2012. Kepentingan pribadi
lebih didahulukan daripada kepentingan nasional sehingga praktik-praktik korupsi banyak terjadi di pemerintahan negara-negara dunia ketiga Todaro dan Smith, 2006.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa korupsi banyak terjadi di negara miskin dan