Dari syarat tersebut terlihat bahwa korupsi adalah kejahatan kalkulasi atau perhitungan crime of calculation bukan hanya sekedar keinginan passion.
Seseorang akan melakukan korupsi jika hasil Rc=Reward yang didapat dari korupsi lebih tinggi dari hukuman Pty=Penalty yang didapat dengan kemungkinan
Prob=Probability tertangkapnya yang kecil.
5. Teori Jack Bologne GONE
Menurut Jack Bologne akar penyebab korupsi ada empat, yaitu: G = Greedy
O = Opportunity N = Needs
E = Expose Greedy, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor
adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Opportuniy, sistem yang memberi peluang untuk melakukan korupsi. Needs, sikap mental yang tidak pernah
merasa cukup, selalu sarat dengan kebutuhan yang tidak pernah usai. Exposes, hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku korupsi yang tidak memberi efek jera
pelaku maupun orang lain.
2.1.1 Korupsi dan Pembangunan Manusia
Ada sejumlah alasan berdasarkan tinjauan literatur terkait dengan korupsi dan pembangunan manusia. Korupsi secara tidak langsung dapat memengaruhi
pembangunan manusia melalu cara penurunan pertumbuhan ekonomi dan insentif untuk investasi. Berbagai studi empiris menunjukkan bahwa korupsi memengaruhi
sumberdaya yang dibelanjakan untuk pendidikan dan kesehatan. Mauro 1995 menemukan bahwa korupsi mengurangi pengeluaran
pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan. Mauro mengklaim bahwa pejabat publik tidak ingin menghabiskan lebih banyak sumberdaya untuk pembelanjaan pada
program pendidikan dan kesehatan karena kurang menawarkan kesempatan untuk pencarian keuntungan rent seeking behaviour. Demikian pula pendapat Gupta,
Davoodi, dan Alonso - Terme 1998 menunjukkan bahwa korupsi mengurangi tingkat pengeluaran untuk program sosial, menciptakan ketimpangan pendidikan,
menurunkan partisipasi sekolah tingkat menengah, dan menyebabkan ketimpangan distribusi lahan. Selain itu, mereka menemukan bahwa korupsi merupakan biaya
ekonomi yang dapat mereduksi pertumbuhan ekonomi dan berimplikasi pada peningkatkan ketimpangan pendapatan.
Rose-Ackerman 1997 berpendapat, Korupsi juga cenderung mendistorsi alokasi manfaat ekonomi, lebih menguntungkan orang kaya dan kurang mengarah ke
orang miskin dan ketidakadilan distribusi pendapatan. Sebagian dari kekayaan negara terdistribusikan kepada orang-orang yang korup, sehingga berkontribusi terhadap
peningkatan ketimpangan pendapatan dan ketidaksetaraan dalam kekayaan.
Sumber : Akçay, 2006
Gambar 2.2 Korupsi dan Pembangunan Manusia
2.1.2 Korupsi dan Tingkat Investasi
Proposisi-proposisi teoritis yang didukung oleh sejumlah studi menunjukkan bahwa tingginya tingkat korupsi terkait dengan rendahnya tingkat investasi dan
rendahnya tingkat agregat pertumbuhan ekonomi. Beberapa hasil survei Bank Dunia tentang korupsi menggambarkan hubungan terbalik atau trade off antara korupsi dan
pertumbuhan ekonomi melalui komponen investasi Chetwynd et al, 2003. 1. Korupsi menghambat investasi domestik. Di Bulgaria, sekitar satu dari empat
pelaku bisnis yang dijadikan responden menyatakan telah merencanakan untuk memperluas usaha kebanyakan melalui memperoleh peralatan baru tapi gagal
GDP per kapita rendah
Korupsi Pembangunan
Manusia rendah
Harapan hidup rendah
Akumulasi SDM rendah
Pertumbuhan Ekonomi rendah
Belanja kesehatan rendah
Belanja pendidikan rendah
GDP per kapita rendah
Standar hidup rendah
untuk melakukannya, dan korupsi merupakan faktor penting dalam perubahan rencana mereka.
2. Korupsi merugikan enterpreneur terutama di kalangan usaha kecil. Beberapa studi melaporkan bahwa usaha kecil cenderung untuk membayar suap terutama di
Bosnia, Ghana, dan Slovakia. Di Polandia, bisnis besar harus berurusan dengan sejumlah kegiatan ekonomi yang dilisensikan, sehingga membuat mereka lebih
rentan terhadap pemerasan. 3. Korupsi menurunkan pendapatan dari pajak dan biaya. Di Bangladesh, lebih dari
30 persen dari responden rumah tangga di perkotaan mengurangi tagihan listrik dan atau air dengan menyuap petugas pembaca meter. Di beberapa penelitian,
responden sangat frustrasi bahwa mereka menunjukkan kesediaan untuk membayar pajak lebih banyak jika korupsi dapat dikendalikan Kamboja,
Indonesia, Rumania.
2.2 Kegagalan Pemerintah