Y
it
= α + β
j
x
j it
+ w
it
................................................... 2.27
dimana : y
it
= variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i α
1i
= α
1
+ μ
it
, dengan nilai intersep yang akan berbeda antar individu cross section i akibat random error
μ
it
antar individu tersebut μ
x
j it
= variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i β
j
= parameter untuk variabel ke j w
it
= μ
it
+ τ
i
, yaitu μ
it
: error dan τ
i
: individual effect
2.7 Elastisitas
Konsep elastisitas dijelaskan dalam teori mikroekonomi Nicholson, 1995 bahwa bagaimana perubahan dalam salah satu variabel dapat memengaruhi variabel
lain. Masalah sering muncul ketika para ekonom ingin mencoba mengukur perubahan tersebut tetapi tidak menggunakan satuan unit yang sama. Oleh karena itu untuk
menyelesaikan masalah ini dikembangkanlah konsep elastisitas yang menggunakan satuan persentase.
Asumsi yang digunakan adalah satu variabel tertentu B bergantung pada variabel A, dimana B kemungkinan juga bergantung pada variabel-variabel lainnya.
Sehingga ketergantungan ini dapat dinyatakan dengan : B = f A... ........................................................... 2.28
Dari persamaan 2.24 tanda titik-titik merupakan variabel lain selain A yang juga akan memengaruhi variabel B. Elastisitas B dalam kaitannya dengan A yang
dinyatakan dengan e
B.A
dituliskan dalam persamaan 2.25
… ........ 2.29 Persamaan 2.25 memperlihatkan bagaimana variabel B berubah ketika A berubah.
Dengan kata lain hal ini menunjukkan bagaimana variabel B menanggapi, cateris paribus, perubahan sebesar 1 persen dalam variabel A.
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Prof.
Danny García Callejas
2010 dari Universidad De Antioquia dalam studi yang terkait dengan analisis relasi korupsi,
indeks kebebasan ekonomi, dan kebebasan politik 10 Negara di Amerika Selatan. Metode yang digunakan untuk menaksir penyebab korupsi adalah metode panel data.
Variabel untuk menganalisis penyebab korupsi mengacu pada literatur yang digunakan oleh penelitian Mauro 1995,1997,1998. Mauro dalam Callejas
menjelaskan bahwa dalam ekonomi ortodoks, rendahnya kebebasan ekonomi, termasuk hambatan perdagangan, mobilitas modal atau persyaratan yang berlebihan
untuk memulai suatu bisnis, seharusnya memberikan kontribusi terhadap perilaku korupsi serta secara tidak langsung mempengaruhi perlambatan pertumbuhan
ekonomi dan kurangnya kebebasan lain secara umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korupsi jauh lebih dari masalah ekonomi. Selain itu, ketika menganalisis 10
negara Amerika Selatan pada periode 1995-2008, penelitian ini memberikan bukti yang menantang pendapat bahwa liberalisasi perdagangan, liberalisasi modal dan
pemerintah kecil adalah solusi untuk korupsi. Bahkan, data menunjukkan bahwa ada saluran lain yang harus ditangani dalam rangka memahami korupsi dan
mengembangkan solusi kebijakan yang memadai. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi saluran tersebut.
Seldadyo 2006 meneliti tentang determinasi dari korupsi menggunakan 70 faktor ekonomi dan non-ekonomi dengan 193 observasi tahun 2000. Metode yang
digunakan adalah tehnik Explanatory Factor Analysis EFA dan Extrem Bound Analysis. Economic Freedom. GDP per capita termasuk dalam beberapa faktor
ekonomi yang dianalisis, sedangkan faktor non-ekonomi seperti faktor politik salah satunya menggunakan ukuran Political Freedom. Ukuran non-ekonomi lainnya untuk
faktor birokrasi dan regulasi menggunakan ukuran Government Indicator yang dikeluarkan oleh World Bank. Tehnik EFA dapat mereduksi 27 variabel dan
mendapatkan lima variable baru yakni kapasitas regulasi, federalism, inequality, trade, dan political liberties. Penelitian yang dilakukan juga ingin menguji model
penentu korupsi dari lima indeks baru menggunakan Analisis Extreme Bound .
Peneliti menemukan bahwa kapasitas regulasi, merupakan variabel yang paling kuat dalam menjelaskan korupsi. Sedangkan political freedom dan economic freedom
tidak signifikan. Ali dan Crain 2002 dalam Callejas meneliti menggunakan studi kasus 119
negara dengan tahun 1975-1989, mereka menemukan bahwa kebebasan ekonomi berjalan bersamaan seiring dengan kualitas kelembagaan dalam hal ini termasuk
peran hukum dan perilaku korupsi. Kebebasan ekonomi yang lebih baik berimplikasi pada kualitas institusi yang baik dan tingkat korupsi yang rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa korupsi menjadi perhatian yang lebih ketika terjadi ingin melakukan liberasisasi ekonomi. Untuk mendapatkan hasil ini, Ali dan Crain
menggunakan Indeks Kebebasan Ekonomi yang dikembangkan oleh Gwartney, Lawson dan Blok. Penelitian Ali dan Crane diterbitkan oleh Institut Cato dan
Freedom House tentang hak-hak sipil dan politik. Penelitian yang dilakukan Gupta, Davoodi dan Tiongson 2000 dalam Ackay
2006 tentang korelasi antara korupsi dan penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan dengan menggunakan analisis regresi seluruh sampel negara untuk
menilai ukuran agregat dari hasil pendidikan dan status kesehatan dalam suatu model yang mencakup beberapa indeks korupsi, pendapatan per kapita, pengeluaran publik
untuk perawatan kesehatan dan pendidikan, dan rata-rata masa pendidikan selesai. Hasil didukung dalil bahwa perawatan kesehatan yang lebih baik dan hasil
pencapaian pendidikan berkorelasi positif dengan tingkat korupsi yang rendah. Secara khusus, korupsi secara konsisten berkorelasi positif dengan tingkat tingginya putus
sekolah. Korupsi juga secara signifikan berkorelasi dengan tingkat kematian bayi yang lebih tinggi dan bobot bayi balita.
Akçay 2006 melakukan penelitian untuk mengeksplorasi hubungan antara korupsi dan pembangunan manusia dengan studi kasus 63 negara tahun 1998. Untuk
menguji dampak korupsi pada pembangunan manusia, Akcay menggunakan tiga indeks korupsi yang berbeda. Metode analisis yang digunakan adalah metode panel
data. Hasil tes statistik mengungkapkan bahwa ada hubungan signifikan negatif antara indeks korupsi dan pembangunan manusia. Bukti empiris dari studi ini
menunjukkan bahwa negara yang lebih banyak korup cenderung memiliki tingkat pembangunan manusia yang rendah. Secara singkat, penelitian ini memperluas daftar
konsekuensi negatif dari korupsi dan berpendapat bahwa korupsi dalam segala aspeknya dapat menghambat pembangunan manusia.
Muta şcu dan
Dăn leţ 2010 dalam penelitiannya tentang kaitan korupsi dan kesejahteraan sosial yang diproksimasikan dengan pembangunan manusia,
mengambil studi kasus di 27 negara Eropa tahun 1996-2008. Penelitian ini menggunakan metode panel data Pooled Data. Dari hasil analisis trend antara
korupsi dengan indeks pembangunan manusia di 27 negara Eropa membuktikan bahwa korupsi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan
manusia. Korupsi memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesejahteraan manusia diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia, yang menggabungkan aspek
ekonomi dengan beberapa yang indikator sosial yang paling penting : kesehatan dan pendidikan. Ini adalah hasil dari konsekuensi langsung dari korupsi seperti
pertumbuhan yang lebih rendah, memengaruhi alokasi sumberdaya dari anggaran publik, memperbesar ketidaksetaraan. Hasil utama menunjukkan bahwa korupsi
adalah pertanyaan kunci terutama dalam mengembangkan ekonomi dan transisi ekonomi. Tetapi faktor gangguan konstan tidak teramati mengurangi fenomena dan
mengkompensasi faktor negatif berkala yang teramati. Penelitian yang dilakukan oleh Kwabena Gyimah dan Brempong 2002 dari
University of South Florida, USA. Penelitian ini berfokus pada analisis hubungan antara korupsi, pertumbuhan ekonomi dalam komponen investasi, dan ketimpangan
pendapatan di 21 negara Afrika tahun 1993-1999. Metode yang digunakan untuk analsis adalah metode panel dinamis. Peneliti menemukan bahwa korupsi dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi secara langsung dan tidak langsung melalui penurunan investasi pada modal fisik. Dengan kata lain, korupsi dapat menurunkan
tingkat investasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa korupsi meningkat berkorelasi positif dengan ketimpangan pendapatan. Efek gabungan dari pertumbuhan
pendapatan menurun dan peningkatan ketidaksetaraan menunjukkan bahwa korupsi lebih merugikan rakyat miskin daripada orang kaya di Negara Afrika.
Nielsen dan Haugaard 2000 dari University of Aarhus Denmark melakukan penelitian mengenai demokrasi, korupsi, dan pembangunan manusia 94 negara di
dunia tahun 2000. Metode yang digunakan adalah kombinasi analisis kualitatif dan kuantitatif OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi GDP per
kapita, kebebasan ekonomi sektor publik dan intervensi pemerintah rendah, dan tingkat gabungan demokrasi di suatu negara maka tingkat korupsi semakin rendah.
Demikian juga hasil analisis lanjutan menjelaskan bahwa korupsi secara signifikan menghalangi pembangunan manusia.
2.9 Kerangka Pemikiran