Tabel kunjugan Pasien Puskesmas Medan Sunggal
Melalui data tersebut diperoleh kunjungan pencabutan gigi permanen, penambalan sementara, penambalan amalgam. Sisa kunjugan dari data diatas berupa
kunjugan ulang pasien, pemberian resep, cek up, pengambilan gigi palsu, konsultasi, meminta pengklaiman dll.
Melalui data tersebut dapat dilihat bahwah hampir setengah dari jumlah kunjugan pasien tiap tahunnya berupa tindakan pencabutan gigi permanen, tidak ada
kunjungan lain seperti pembersihan karang gigi dan penambalan gigi fissure silent untuk mencengah lubang gigi terjadi. Menurut petugas kesehatan puskesmas
masyarakat kurang peduli akan kesehatan gigi sehingga datang berkunjung dalam kondisi gigi harus dicabut.
Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu dokter gigi yang telah bertugas sejak 1993, Puskesmas Medan Sunggal merupakan peringkat ke-3 berdasarkan
kunjugan pasien setelah Puskesmas Petisah dan Puskesmas Brayan. Menurut Dokter tersebut pasien yang datang kebanyakan diberi pelayanan pencabutan gigi. Pasien
datang berkunjung bila kondisi gigi permanen sudah tinggal akar, diagnosa gangren dan mobiliti akibat abses, serta pasien yang sakit gigi diberikan resep dan tambalan
sementara. Dalam 2 tahun terakhir puskesmas tidak menerima penambalan amalgam
karena telah dilarang dan menjadi kebijakan Dinas kesehatan Kota Medan. Pasien yang ingin melakukan pembersihan karang gigi dan perawatan saluran akar tidak
dapat dilayani karena prasarana tidak tersedia sehingga pasien dirujuk ke rumah sakit terdekat atau menganjurkan ke praktik dokter gigi swasta, hal ini lah yang membuat
kunjugan pasien hanya berupa pencabutan gigi dan juga dipengaruhi sikap masyarakat yang tidak peduli dan mengerti mengenai karies gigi sehingga datang
dalam kondisi gigi sudah harus dicabut. Berdasarkan hasil wawancara beberapa pasien yang pernah mencabut giginya,
mereka tidak tahu bahwa gigi berlubang masih bisa dipertahankan dengan penambalan dan perawatan saluran akar. Mereka berpendapat bahwa puskesmas
tersebut hanya memiliki tambalan warna hitam amalgam sehingga nilai estetikanya kurang dan berbahaya bagi kesehatan, sementara bila menambal ke dokter gigi swasta
mahal. Pendapat lain bahwa gigi mereka yang berlubang bila rajin dibersihkan dengan cara sikat gigi maka akan sembuh. Pasien tidak mengetahui bahwa lubang
gigi akan semakin besar dan dalam seiring waktu jika mereka tidak melakukan pengobatan. Pasien datang berkunjung ke puskesmas sudah dalam kondisi sakit gigi
dan tinggal sisa akar gigi. Kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kunjungan ke dokter gigi dan
pukesmas masih saja kurang. Dengan kata lain, kesadaran akan pencegahan pada sakit gigi masih kurang terutama bagi masyarakat menengah kebawah. Umumnya
pasien tidak memeriksakan gigi mereka karena alasan ekonomi atau sikap kepedulian yang rendah, sehingga penyakit pulpa dan periodontal sudah berada dalam kondisi
lanjut. Kondisi ini masih dapat diobati melalui perawatan saluran akar tetapi perawatan ini memerlukan beberapa kali kunjugan dan biaya relative mahal,
disamping itu kesanggupan kemampuan pukesmas menyediakan sarana untuk pelayanan tersebut Depkes, 2007.
Masyarakat hanya berpikir untuk segera mencabut gigi jika mengalami sakit gigi. Persepsi masyrakat yang paling sering sebagai alasan memilih pencabutan gigi
ialah praktis karena tidak perlu kunjugan berulang-ulang dan karena lubang gigi yang menimbulkan sakit berulang Puspitasari,2007.
Gigi berlubang dalam kurun waktu akan mengalami pelebaran lubang giginya karena penyebaran bakteri dan menjangkit ke gigi lainnya oleh sebab itu tidak bisa
dibiarkan karena dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Dampak lanjut tak lansung pada pengeluaran biaya pengobatan yang mahal apabila terjadi seperti
peradangan
di seluruh tubuh karena infeksi
, p
enyebaran infeksi ke jaringan luna
k, i
nfeksi ke dalam tulang rahang gigi, infeksi ke otak, peradangan jantung, peradangan paru-paru.
Penangulangan akibat gigi berlubang adalah penumpatan dan perawatan saluran akar, namun lebih praktis dilakukan pencabutan walaupun masih sangat
memungkinkan untuk dipertahankan, hal ini tidak baik karena kehilangan gigi akan menyebabkan penurunan efisiensi pengunyahan yang berhubungan erat dengan
masalah karies, penyakit periodontal, dan penyakit- penyakit lainnya Uttu, 2010. Pemanfaatan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa
tindakan preventif di poligigi Puskesmas Medan Sunggal masih kurang dimana pelayanan puskesmas tersebut dominan pencabutan gigi permanen, tidak ada
kunjugan lain seperti penambalan, pembersihan karang gigi. Masyarakat mau berkunjung bila sudah indikasi pencabutan sehingga belum dilakukan preventif
pencabutan dan sikap tidak kepedulian masyarakat tentang kesehatan gigi Bina Yankes DKK Medan, 2012.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Di Poligigi Puskesmas
Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2014.