Deskripsi Lokasi Penelitian .1 Geografi

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis KegiatanPekerjaan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014 No Jenis kegiatanpekerjaan KK 1 PNS 6.933 2 Bertani 73 3 TNI POLRI 737928 4 Wiraswasta 13.53 5 Berdagang 10.497 6 Buruh 10.755 7 Pensiunan 10.750 8 Lainnya Swasta 9.775 Jumlah 61.797 Sumber: Profil Dinas Kesehatan 2012

4.1.3 Sarana Kesehatan

Fasilitas atau sarana kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal ter diri dari Posyandu sebanyak 40 buah, Puskesmas 2 buah, praktik dokter 21 buah, toko obat apotek 8 buah, praktek bidan 5 buah Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014 No Sarana Kesehatan Jumlah 1 Rumah sakit swasta 1 2 Puskesmas 2 3 Praktek dokter perorangan 21 4 Posyandu 40 5 Klinik bidan 5 6 Apotek 8 Total 77 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Medan Sunggal mayoritas adalah posyandu yaitu sebanyak 40, praktek dokter perorangan sebayak 21, apotek sebayak 1 dan yang terakhir pada rumah sakit sebanyak 1 buah.

4.1.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan sunggal

Tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal sebanyak 38 orang. Untuk lebih jelas dapat terlihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal 2014 No Jenis Ketenagaan Jumlah 1 Dokter Spesialis Anak 1 2 Dokter Spesialis Obgyn 1 3 Dokter Spesialis THT 1 4 Dokter Umum 6 5 Dokter Gigi 2 6 S1 keperawatan 3 7 D3 keperawatan 7 8 SPK 3 9 D3 kebidanan 3 10 S1 farmasi 1 11 D3 farmasi 2 12 SKM 1 13 D3 kesehatan gigi 2 14 D3 Gizi 1 15 Non medis lain 4 Jumlah 38 Sumber: Puskesmas Medan Sunggal, 2014

4.1.5 Sarana Dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sungal

Untuk prasaran kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat diPuskesmas Medan Sunggal disediakan 1 buah kendaraan roda empat dan 4 buah kendaraan roda satu. Dan sarana yang tersedia di Puskesmas Medan Sunggal dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal 2014 No Kunjungan Pasien Jumlah 1 Ruang Poli Umum 2 2 Ruang Tunggu 1 3 Ruang Poli Gigi Dan Mulut 1 4 Ruang Lab 1 5 Ruang Apotek 1 6 Ruang KIAKBGiziImunisasi 1 7 Ruang THT 1 8 Ruang pendaftaran 1 9 Gedung Obat 1 10 Kamar mandi untuk pengunjung 2 11 Kamar mandi Petugas 2 Sumber : Puskesmas Medan Sunggal 2014 4.2 Karakteristik Informan Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya terhadap informan yang dijadikan narasumber penelitian. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebayak 8 orang, yang terdiri dari 4 petugas kesehatan puskesmas poligigi dan 4 orang pasien yang melakukan pencabutan gigi permanen. Untuk informan pasien yang berkunjung ke poligigi, sebelum diberikan pelayanan kesehatan gigi oleh tenaga kesehatan, maka peneliti mengambil data input status kesehatan dari rekam medis dan melakukan wawancara. Setelah pasien tersebut diberikan pelayanan dari tenaga kesehatan poligigi lalu peneliti melakukan kembali wawancara guna memperlengkap informasi. Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Karakteristik Informan No Informan Jenis Kelamin Umur Tahun Pendidikan Keterangan 1 Drg. Zainirita Perempuan 57 S1 Dokter Gigi 2 Drg.Trinovianti perempuan 34 S1 Dokter Gigi 3 Florenrenova Perempuan 30 D3 Perawat Gigi 4 Tety Trihardina Siregar Perempuan 29 D3 Perawat Gigi 5 Safari Laki-laki 30 SMK Pasien 6 Pandiang Sitompul Laki-laki 45 S1 Pasien 7 Riska anggraini Perempuan 25 D3 Pasien 8 Marsida Siregar Perempuan 54 SMA Pasien Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini adalah 8 informan yang terdiri dari 1 informan dokter gigi yang berusia 57 tahun dengan pendidikan S1 yang telah bertugas sejak tahun 1993, 1 informan dokter gigi yang berusia 34 tahun dengan pendidikan S1 yang bertugas sejak tahun 2012, 2 perawat gigi dengan pendidikan D3 kesehatan gigi, dan 4 orang pasien dengan latar belakang pendidikan yang berbeda dan melakukan pencabutan gigi. 4.3 Analisis Pelaksanaan Pelayanan Exodontia Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Oleh Tenaga Kesehatan Poligigi 4.3.1 Pernyataan Informan Tentang Jumlah dan kemampuan TenagaKesehatan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan di Poligigi Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kemampuan dan Kecukupan Tenaga Memberikan Pelayanan Kesehatan di Poligigi Informan Pernyataan Informan 1 Tenaga kesehatan dipoligigi sudah cukup, tidak menghambat dalam memberikan pelayanan terbaik. Bahkan untuk 2015 akan ada 1 dokter gigi yang mulai bertugas. Kami disini tim dengan tahu tugas masing – masing. Pencabutan gigi permanen selalu pihak dokter yang melaksanakanya. Dari kemampuan fasilitas, dari dulu sudah dikonsulkan pengadaan kursi paien dental chairs baru tetapi sampai saat ini belum tersedia. Informan 2 Cukup, selama ini tenaga kesehatan poligigi sudah maksimal dalam jumlah tenaga kesehatan, tidak ada hambatan yang berarti dan kemampuan skill tiap- tiap tenaga kesehatan juga cukup baik. Informan 3 Sudah cukup, kami tidak ada hambatan memberikan pelayanan yang baik bila dilihat dari jumlah tenaganya, kemampuan dokternya juga cukup baik karena pengalaman sudah banyak, kami bekerja sesuai kode etik masing- masing. Informan 4 Cukup lah SDMnya, tidak ada hambatan dalam memberikan pelayanan dan kemampuan juga baik. Dokternya juga cukup pintar, apalagi seperti dokter Rita kan sudah lama di poligigi ini jadi pengalaman sudah banyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan berpendapat bahwa tenaga kesehatan di poligigi sudah cukup dan kemampuan tiap tenaga cukup baik. Selama ini mereka tidak memiliki hamabatan dikarenakan kekurangan tenaga di poligigi. Faktor tenaga kesehatan di poligigi tidak menjadi hambatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal dikarena kecukupan tenaga kesehatan dan bekerja sesuai kode etik masing- masing tenaganya. Menurut informan 3 dan 4 perawat gigi bahwa dari faktor kemampuan ataupun kecakapan dokter giginya sudah cukup baik dengan pengalaman yang sudah ada, jadi bukan menjadi hambatan dalam memberikan pelayanan yang maksimal

4.3.2 Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Untuk Pelayanan Poligigi

Tabel 4.7 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Pembersihan Karang Gigi Informan Pernyataan Informan 1 Tidak ada, sudah lama disini tidak menerima pasien pembersihan karang gigi karena, karena kami hanya memiliki sistem manual tapi itu sudah tak layak pakai dan karatan. Yaa kami rujuk saja ke rumah sakit kelas B. Informan 2 Tidak ada, pasien sering kecewa karena kami tidak dapat melayani pembersihan karang, dirujuk saja lah ke rumah sakit. Informan 3 Tidak ada. kami mau gimana lagi kalo memang alat kami tidak ada. Informan 4 Ada tapi tidak layak pakai, jadi sama saja artinya tidak. Biasanya dokter merujuk pasien bila diperlukan. Berdasarkan pernyataan semua informan diatas dapat dilihat, bahwa tindakan pembersihan karang gigi tidak dapat dilakukan sebagai tindakan preventif pencegahan gigi berlubang karena ketersedian sarana fasilitas yang tidak memadai yaitu sistem manual dan alat sudah karatan. Apabila ada pasien yang ingin membersihkan karang, maka dokter giginya merujuk ke rumah sakit hal ini membuat pasien sering kecewa. Ketersediaan sarana dan prasarana pembersihan karang gigi berkaitan dengan pencabutan yang diakibat kan gingivitis yaitu perandangan gusi. Karang gigi yang diabaikan dan menutup hampir 13 dari gusi maka lama kelaman akan merusak gusi dan menyebabkan infeksi sehingga terjadi peradangan gusi seperti mudah berdarah, lunak, gusi tidak sehat, membentuk soket gusi dan local infeksi menyebabkan gusi tidak mampu menyuplai dan menopang gigi sehingga gigi jadi mobiliti goyang. Gigi goyang akibat gingivitis harus dicabut dan dilakukan pembersihan karang. Oleh sebab itu pembersihan karang dianjurkan sebangai preventif mempertahankan gigi yang sehat. Tabel 4.8 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Penambalan Gigi Informan Pernyataan Informan 1 Yang ada hanya tambal gigi tidak sinar yaitu fisssure silent, karena amalgam sudah dilarang oleh Dinkes, hal ini lagi lagi karena karena dental kursi poligigi yang tidak memadai maklum sudah jadul dan lampunya saja tidak ada lagi, kan di dental itu yang ada alat bur, kalau nambal gigi mesti di bur lubang giginya, jadi jika lubang gigi yang sudah besar tidak dapat kami tambal, hanya tambal sementara dengan bahan fuji. Kalau untuk tambalan sinar, kami merujuk lagi ke rumah sakit Informan 2 Hanya tambalam sementara dan fissure silent, karena bur tidak ada. Oleh sebab itu pasien maunya berobat saat lubang gigi masih kecil sehingga bisa ditambal dengan fissure silent. Jadi kalau untuk tamabalan yang kariesnya besar, kami rujuk saja karena tidak ada dental chairs dan sinar ligth cure. Dental yang ini sudah jadul, lampunya saja sudah padam jadi bisa dibilang tidak ada dental chairsnya. Informan 3 Tambalan sementara agar lubang gigi tidak semakin besar. Seperti yang terlihat, dental kita ini tak layak pakai lagi, sudah jadul. Jadi tidak bisa melakukan pengeburan lubang gigi. Informan 4 Hanya tambalan fissure silent, kalau tambalan sinar dirujuk oleh dokter. Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat dilihat, bahwa tindakan penambalan gigi yang dilakukan hanya berupa fissure silent dan tambalan sementara. Tindakan ini tidak perlu melakukan pengeburan pada lubang gigi untuk pembuatan retensi dasar karena masih berupa lubang gigi yang kecil dan bahan tambalan yang mengeras dengan sendirinya, dilakukan karena dental chairs yang ada sudah tak memadai, tidak layak pakai dan bahan tambalan hanya berupa tambalan sementara, fissure silent sebagai tindakan preventif dan pramedis. Bila untuk kasus karies gigi yang sudah besar diperlukan tindakan pengeburan pada lubang gigi dan bahan tambalan yang mengeras dengan sinar lightcure, maka pihak dokter merujuk ke rumah sakit. Hal ini berkaitan penambalan merupakan tindakan preventif untuk mencengah karies gigi semakin besar. Bila keadaan anatomi gigi yang pit oklusinya dalam seperti gigi geraham, maka dapat dilakukan penambalan fisurre silent tanpa pengeburan. Bila karies suvervisialis dapat juga ditambal dengan fuji tanpa pengeburan dan sinar lightcure. Kedua jenis karies ini masih sangat kecil dan sering diabaikan. Penambalan jenis karies ini lah yang ada di sediakan puskesmas, namun pasien kerap mengabaikan karies. Pasien datang berobat bila karies gigi sudah jenis karies media, sakit gigi dimana diperlukan melakukan pengeburan sementara poligigi puskesmas tidak memiliki sarana fasilitas memadai. Jenis karies ini dapat ditambal dengan tambalan amalgam namun sudah dilarang oleh Dinkes karena mengandung merkuri yang tidak aman bagi kesehatan dan janin pada ibu hamil. Oleh sebab itu pihak puskesmas merujuk pasien dengan jenis penambalan tersebut. Tabel 4.9 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Perawatan Saluran Akar Gigi Informan Pernyataan Informan 1 Tidak ada. Oleh sebab itu jika lubang gigi masih kecil dapat ditambal fissure silent agar tidak semakin besar dan mencegah lubang gigi semakin besar, tetapi bila kondisi karies gigi pasien harus dilakukan perawatan saluran akar, maka kami merujuk ke Rumah Sakit. Informan 2 Tidak ada, lagian kebayakan pasien tidak mau perawatan saluran akar karena malas bolak- balik dan mengganggu pekerjaan, kami anjurkan untuk dirujuk tetapi mereka tidak mau , cabut saja dok begitu jawab mereka. Informan 3 Tidak ada, Biasanya dirujuk dokter, itu pun mereka tidak mau dirujuk, mereka maunya cabut saja karena tidak sempat dan nanti sakitnya kambuh lagi. Informan 4 Tidak ada. Kebayakan pasienya pun jarang ada yang mau dirawat saluran akarnya, toh nanti kambuh lagi padahal biaya mahal, harus bolak-balik sehingga menggu pekerjaan, begitu alasan mereka. Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat dilihat, sarana fasilitas untuk tindakan perawatan saluran akar tidak tersedia. Bila keadaan karies gigi pasien sudah sakit dan harus dilakukan perawatan saluran akar untuk mempertahankan gigi tersebut, maka pihak dokter akan merujuk ke rumah sakit. Menurut informan, kebayakan pasien menolak bila dianjurkan perawatan saluran akar melalui rujukan. Mereka menolak dengan alasan perawatan saluran akar memerlukan kunjugan yang berulang sehingga mengganggu pekerjaan mereka dan berasumsi akan sakit lagi dikemudian hari walaupun sudah dirawat.

4.3.3 Pernyataan Jenis Pelayanan Yang Tersedia di Poligigi Tabel 4.10

Matriks Pernyataan Informan Tentang Jenis Pelayanan Yang Tersedia di Poligigi Informan Pernyataan Informan 1 Tindakan kuratif, pramedis, penambalan sementara, pencabutan, resep obat, perujukan pasien. Masyarakat datang bila gigi sudah indikasi cabut oleh sebab itu tindakan rata- rata pencabutan gigi saja, hal ini kembali lagi ke yang tadi karena dental kursi yang tidak memadai. Dari dulu sudah dikonsulkan untuk dental chairs yang baru, namun belum terealisasi, jadi semua kurang optimal. Informan 2 Pencabutan, kuratif seperti edukasi, tambalan fissure silent, tambalan sementara, pemberian resep obat. Masyarakat puas dengan pencabutan disini, mereka percaya cabut gigi disini. Informan 3 Sama seperti yang dikatakan dokter Informan 4 Pramedis, Tapi jagan salah pengunjung disini ramai seperti pemberian resep bila indikasi sakit gigi, bengkak, cabut gigi, laris poligigi ini. Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat dilihat bahwa poligigi menyediakan pelayanan tindakan kuratif, pra medikasi, pencabutan hal ini dikarenakan sarana dental chairs yang tidak memadai. Menurut informan 1 sebagai tenaga yang sudah lama mengabdi, permintaan dental chairs yang baru sedang dalam proses pengadaan. Menurut informan bahwa kunjugan pasien cukup ramai untuk tindakan kuratif tambalan sementara, fissure silent, pemberian resep dan pencabutan, mereka cukup puas dan percaya dengan kemampuan pencabuatan gigi di poligigi tersebut. Menurut informan 1 pelayanan yang diberikan kebanyakan berupa pencabutan, hal ini karena pasien yang berkunjung kebayakan saat gigi mereka sudah sakit. Mengenai keterbatasan sarana fasilitas, pihak puskesmas sudah mengkonsulkan untuk pengadaan dental chairs yang baru guna menunjang pelayanan poligigi namun belum terealisasi. Menurut informan pelayanan yang diberikan kurang optimal akaibat kerterbatasan dental chairs mempengaruhi kinerja di poligigi.

4.3.4 Pernyataan informan Tentang Status Kondisi Kesehatan Gigi Yang Berkunjung Di Poligigi

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Status Kondisi Kesehatan Gigi Yang Berkunjung Di Poligigi Berdasarkan pernyataan informan, rata – rata pasien datang berobat ke poligigi adalah permintaan cabut gigi dan kondisi sakit gigi sehingga tindakan yang diberi adalah pemberian resep atau penambalan sementara sehingga dianjurkan perawatan saluran akar. Menurut informan 1 dan 2 kurang kepedulian masyarakat akan kesehatan gigi mereka sehingga berkunjung ke puskesmas bila sudah merasakan sakit gigi, lubang gigi yang sudah besar. Dan kebanyakan solusi yang pasien utarakan adalah permintaan pencabutan gigi. Informan Pernyataan Informan 1 Kondisi kebanyakan pasien yang datang sakit gigi dan cabut gigi, puskesmas kita ini merupakan no 3 setelah puskesmas Petisah dan Puskesmas Brayan yang pengunjungnya besar hal ini dikarenakan kita pas berbatasan dengan Deli Serdang, semua pasien datang memang sudah indikasi cabut gigi, gak tahu mengapa mereka begitu, ingat berobat kalau sudah indikasi cabut, dan bengkak jadi tidak sempat ditangulani agar tidak dicabut. Informan 2 Kebanyakan pasien ingat berobat kesini kalau sudah sakit gigi, bengkak, dan indikasi cabut, dan ngotot minta dicabut, sikap ini karena mereka tidak peduli dan cuek sehinnga sakit gigi dan abses baru berobat. Informan 3 Kebanyakan pasien yang datang sakit gigi dan minta cabut, dirujuk agar dirawat pun mereka tidak mau. Informan 4 Sakit gigi, bengkak dan minta dicabut. 4.3.5 Pernyataan Informan Menanggapi Pasien Yang Bersikeras Untuk Mencabut Gigi Sedangkan Gigi Masih Dapat Dipertahankan Tabel 4.12 Matriks Pernyataan informan Menanggapi Pasien Yang Bersikeras Untuk Mencabut Gigi Sedangkan Gigi Masih Dapat Dipertahankan Informan Pernyataan Informan 1 Diberi edukasi dan menyarankan dirujuk bila dapat dilakukan parawatan saluran akar. Tapi bila tetap kekeh harus dicabut saja ya kami cabut juga Informan 2 Sudah diberikan edukasi tapi tetap ngotot, yaa kami cabut juga giginya. Informan 3 Dokter terlebih dahulu memberikan edukasi tetapi kalau sudah bulat keinginan pasien ya kami cabut. Informan 4 Kadang disuruh pikir- pikir dulu, dan dokter memberikan edukasi namun bila ngotot minta cabut, terpaksa dokter mencabutgigi tersebut. Berdasarkan pernyataan semua informan, bila pasien bersikeras untuk mencabut gigi padahal gigi tersebut masih dapat dipertahankan dengan melakukan penambalan, perawatan saluran akar, maka tenaga kesehatan dokter gigi memberikan edukasi mengenai kondisi dan cara mempertahankan gigi tersebut selain dengan tindakan pencabutan. Tenaga kesehatan poligigi memberikan kesempatan pasien untuk mempertimbangkan keputusan yang diambil, namun bila tetap bersikeras maka petugas kesehatan akan memenuhi keputusan pasien. Saat pasien memutuskan untuk mencabut gigi maka petugas kesehatan poligigi memberikan edukasi yang dapat merubah pola pikir pasien agar. Kebanyakan pasien menolak kerena tidak praktis dan takut sakit gigi lagi dikemudian hari.

4.3.6 Pernyataan Informan Tentang Alasan Yang Dikemukakan Pasien Saat Gigi Ingin Dicabut

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Tentang Alasan Yang Dikemukakan Pasien Saat Gigi Ingin Dicabut Informan Pernyataan Informan 1 Alasan mereka bermacan – macam, antara lain berkata : gak usah lah dok dirujuk untuk dirawat dan gak usah tambal lah dok toh sakit lagi nanti, uang udah habis tapi kambuh lagi, malas dok bolak-balik jadi cabut saja. Informan 2 Alasan mereka Malas bolak-balik untuk dirawat dan ilang masih 1 atau 2 gigi tidak apa-apa kok. Informan 3 Ada yang beralasan kalau ditambal mahal di tempat lain dan nanti sakit lagi, ada yang berpendapat: saya ingat kemaren lubang gigi masih kecil sekarang sudah besar gini dan sakit jadi cabut aja dok, ada lagi karena praktis dan gak makan biaya besar. Informan 4 Ada yang berpendapat tidak menyangka lubang gigi semakin besar dan sakit, jadi cabut saja supaya tidak kambuh lagi Berdasarkan pernyataan informan diatas, bahwa alasan yang dikemukakan pasien yang bersikeras meminta cabut gigi adalah praktis, biaya murah, tidak perlu kunjugan berulang seperti perawatan saluran akar, persepsi sakit gigi akan berulang kembali walaupun sudah perawatan saluran akar, disebabkan sikap masyarakat yang mengabaikan lubang gigi saat lubang gigi tersebut masih kecil. Pasien berkunjung ke puskesmas bila sudah kondisi gigi indikasi cabut dan sakit gigi. Masyarakat kurang peduli dalam melakukan tindakan preventif untuk pencegahan lubang gigi semakin besar. Sikap masyarakat yang membiarkan lubang gigi sampai akhirnya sakit dan harus dicabut, bila masih dapat ditanggulangi, mereka lebih memilih dicabut agar tidak menimbulkan keluhan lagi dan praktis. 4.3.7 Pernyataan Informan Tentang Komunikasi Teraupetik Yang diberikan Pasca Cabut Gigi Kepada Pasien Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Komunikasi Teraupetik Yang diberikan Pasca Cabut Gigi Kepada Pasien Informan Pernyataan Informan 1 Menganjurkan rajin kontro min 6 bulan sekali, membberikan edukasi tentang efek jangka panjang pencabutan gigi bagi gigigeligi yang masih ada dan menyarankan pemasangan gigi palsu karena gigi yang telah dicabut akan menimbulkan keluhan lambut laun, seperti gigi yang masih ada akan bergeser posisinya, ganguan pencernaan karena daya kunyah yang tidak baik, untuk nilai estetika dll. Kami melayani pembuatan gigi palsu namun tidak dengan sarana prasarana puskesmas tidak ada bahan gigi palsu, saya yang membuat ke tempat praktek saya tapi sebagai pasien puskesmas dan saya kleim agar diganti BPJS, pasien sekarang enak , gigi palsu sudah ditanggug BPJS kunjugan meningkat. Informan 2 Cek up 6 bulan sekali ke dokter gigi mana pun boleh supaya gak cabut ggi lagi ,dan saran pemasangan gigi palsu, dokter rita yang membuat gigipalsu dengan bahan pribadi tapi tetap sebagai pesien puskesmas, ya itu lagi sarana prasarana gigi palsu tidak tersedia, kemudian kami kleim agar diganti BPJS. Informan 3 Komunikasi penyembuhan luka saja, kalau masalah gigi palsu tidak saya sarankan karena yang buat gigi palsu kan hanya dokter, bahannya tidak ada di poligigi ini,dokter aja yang menyarankan, saya menambahkan edukasi gigi ompong. Informan 4 Edukasi penyembuhan luka, agar tidak infeksi. Jika diperlukan menambahkan edukasi dokter tentang dampak pencabutan gigi dan dan kontrol minimal 6 bulan sekali. Menyarankan pasang gigi palsu dan memperhatikan gigi, rajin kontrol agar tidak lagi terjadi pencabutan gigi. Berdasarkan pernyataan informan, bahwa informan 1 dan 2 dokter gigi menyarankan untuk kontrol gigi 6 bulan sekali dan pemasangan gigi palsu agar tidak tidak menimbulkan dampak lanjut pada gigigeligi yang masih ada. Di poligigi Puskesmas Medan Sunggal tidak menyediakan sarana fasilitas pembuatan gigi palsu, oleh sebab itu untuk membantu pasien, maka dokter menggunakan bahan sarana fasilitas pribadi namun tetap sebagai pasien puskesmas dan tarif biaya yang sesuai. Menurut informan 1 dan 2 dokter gigi, saat ini permintaan gigi palsu meningkat karena adanya kebijakan baru BPJS untuk menganti pembiayaan gigi palsu. Menurut informan 3 dan 4 perawat gigi, mereka memberikan edukasi penyembuhan luka pasca pencabutan untuk mempercepat proses penyembuhan luka untuk menghindari infeksi dan bila perlu menambhkan edukasi mengenai dampak jangka panjang pasca pencabutan gigi bagi gigigeligi yang masih ada, untuk penyaranan pemasangan gigi palsu merupakan kebijakan dokter gigi sehingga perawat gigi hanya menambahkan informasi secukupnya.

4.3.8 Pernyataan Informan Tentang Persepsi Pasien Tentang Kesehatan

Gigi Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Tentang Persepsi Pasien Tentang Kesehatan Gigi Informan Pernyataan Informan 1 Kurang baik. Puskesmas memiliki UKGMD, penyuluhan di sekolah, penyuluhan di Posyandu namun memang persepsi masyarakat dan pasien tentang kesehatan gigi itu masih rendah, bagi mereka lubang gigi yang belum sakit itu masih biasa, mereka berpersepsi kalau dibiarkan tidak apa- apa dan tidak peduli, pengetahuan meraka ada yang rendah namun rata- rata pasien disini bayak yang Askes, kalau Askes kan sudah berpendidikan tapi tetap saja persepsi tidak baik dan sikap tidak peduli, kalau sudah sakit gigi baru datang berobat. Informan 2 Persepsi mereka gigi itu tidak penting, lubang gigi itu bisa sembuh dengan disikat, lubang gigi kalu pun ditambal akan tetap kambuh lagi, padahal kita sering mengadakan penyuluhan namun mereka tidak peduli intinya. Informan 3 Kurang baik. mereka cabut gigi menyelesaikan masalah gigi, mereka kurang peduli untuk memeriksakan gigi sedini mugkin untuk menaggulangi gigi berlubang, kalau lubang gigi masih kecil kan bisa ditambal fuji atau fissure silent tapi meraka datang kalau sudah sakit gigi. Informan 4 Persepsi mereka kurang baik tentang kesehatan gigi. Gigi berlubang disikat bisa sembuh, meraka kaget tahu lubang gigi mereka sudah besar dan mulai berdenyut, hal ini karena kurang kepedulian mereka terhadap kesehatan gigi. Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat dilihat, semua informan berpendapat bahwa pasien masyarakat persepsi pasien tentang kesehatan gigi masih rendah dan kurang baiksehingga datang berkunjung bila sudah sakit gigi dan meminta untuk dicabut. Sikap kurang peduli mereka terhadap kesehatan masih sanggat tinggi. Kebayakan asumsi mereka terhadap lubang gigi adalah dengan cara mengabaikan dan membiarkan lubang gigi sampai sakit, berdenyut dan memilih pencabuatn gigi sebagai pemecahan masakah gigi mereka. Menurut informan 1, puskesmas sudah memliki program penyuluhan berupa UKGMD, penyuluhan di posyandu, penyuluhan ke SD namun persepsi meraka masih buruk. Masyarakat tetap saja mengabaikam lubang gigi sampai menimbulkan rasa sakit, saat seperti ini lah baru berobat ke puskesmas. 4.3.9 Pernyataan Informan Tentang Faktor Pengaruh Pendidikan, Ekonomi, Pengetahuan yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Tentang Faktor Pendidikan, Ekonomi, Pengetahuan yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan Informan Pernyataan Informan 1 Tidak semua, karena pasien Askes bayak yang mencabut gigi disini, Askes kan sudah tentu berpendidikan, namun ada juga yang tidak berpendidikan seperti petani dan buruh, namun memang sikap kurang kepedulian dan pengetahuan mereka yang kurang sadar akan pentingnya kesehatan gigi. Dan poligigi kami yang hanya menerima pencabutan gigi sudah tentu rekam medis kami rata-rata cabut gigi, hal ini karena prasarana dan sarana kami yang tidak memadai, sudah capek kami mengkonsulkan untuk dental kursi yang baru tetapi sampai saat ini belum nampak hasilnya namun tetap kunjugan pasien kami ramai terlebih ada BPJS, rajin semua cabut akar akar gigi yng selama ini dibiarkan dan permintaan pasang gigi palsu meningkat, insyaalah semoga tahun 2015 Dental kursi kami disetujui Dinkes. Informan 2 Kalau dari ekonomi mungkin saja ada, mereka enggan ke praktek swasta karena faktor ekonomi dan berkunjung ke puskesmas bila sudah sakit dan biaya cabut gigi puskesmas terjangkau. kalau pendidikan tidak juga, rata-rata disini memakai Askes, saya perhatikan memang kesadaran dan kepedulian masyrakatnya yang kuran.Apakah mungkin penyukuhan kita kurang sampai ke setiap lapis masyarakat atau memang mereka yang tidah mau tahu. Jika pasein datang berobat kalau masih awal lubang gigi dan dll kan bisa ditanggulangi. Informan 3 Tidak, memang sikap masyarakat dan pasien yang kurang peduli, tidak terlalu penting urusan gigi. Informan 4 Sama pendapat saya, kurang peduli dan kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi. Berdasarkan pernyataan semua informan diatas dapat dilihat, bahwa sikap kesadaran dan kepedulian pasien akan kesehatan gigi yang masih rendah. Puskesmas sudah melakukan penyuluhan namun tetap kepedulian akan pentingnya kesehatan gigi masih rendah. Pasien berkunjung bila sudah indikasi mencabut gigi, disamping itu keterkaitan kurangnya ketersediaan fasilitas kesehatan poligigi yang memadai. Ditinjau dari segi pendidikan, menurut informan 1 dan 2, pasien banyak yang berobat menggunakan Askes, berarti sudah memiliki jenjang pendidikan dan mengerti akan pentingnya kesehatan gigi. Menurut informan hal yang paling mempengaruhi ialah sikap ketidak peduliaan mereka, persepsi mereka tenatang kesehatan gigi. Menurut informan 2, faktor segi ekonomi berkaitan dengan perawatan salauran akar yang dirujuk tentu memerlukan biaya, membuat mereka mengabaikan karies gigi dan memilih mencabut dikemudian hari.

4.4 Analisis Pelaksanaan Pelayanan ExodontiaDi Poligigi Puskesmas Medan

Sunggal Oleh Pasien Poligigi 4.4.1 Pernyataan Informan Tentang Pengalaman Berkunjung Ke Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Sebelumnya Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengalaman Berkunjung Ke Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Informan Pernyataan Informan 5 Dulu saya pernah mau tambal gigi saat lubang gigi saya masih kecil tapi lepas lagi tambalan saya, namun saya tidak kesini lagi karena gak sempat, jadi saya biarin saja sampai sekarang sudah besar lubangnya, gigi ini lah yang dicabut tadi. Kata dokter pun kalau seandainya dirawat saluran akarnya sudah tidak bisa karena yang putihnya mahkota gigi sudah abis semua. Informan 6 Pernah sakit gigi, dikasih resep, inilah yang dicabut abis minum obat 3 hari sebab kata dokter tidak boleh cabut gigi kalau giginya masih infeksi. Informan 7 Pernah kesini mau bersihkan karang dulu tapi tidak bisa kata pihak puskesmas, akhirnya saya ketempat dokter lain sajalah untuk membersihkan karang gigi saya. Informan 8 Pernah cabut gigi dan pasang gigi palsu. Berdasarkan pernyataan semua informan diatas dapat dilihat, bahwa informan bahwa pernah berobat dan berkunjung sebelumnya di Puskesmas Medan Sunggal untuk mencabut gigi. Informan 5 pernah menambal giginya yaitu berupa tambalan fissure silent namun dikemudian hari tambalan tersebut lepas dan informan tersebut tidak berkunjung lagi dan mengabaikan sehingga karies giginya semakin besar dan tidak dapat dirawat lagi oleh sebab itu tenaga kesehatan poligigi menganjurkan untuk dicabut. Informan 6 juga pernah berobat sebelumnya yaitu 3 hari sebelum giginya dicabut dengan pemberian resep obat terlebih dahulu guna menyembuhan rasa sakit gigi dan infeksi. Informan 7 berpengalaman perna berobat sebelumnya yaitu ingin membersihkan karang gigi namun tidak dapat dilakukan karena sarana fasilitas tidak memadai, oleh sebab itu informan berobat ke praktek dokter lain. Informan 8 juga pernah berkunjung sebelumnya yaitu mencabut gigi dan pemasangan gigi palsu. 4.4.2 Pernyataan Informan Tentang Keluhan Dan Pelayanan Yang diberikan Oleh Tenaga Kesehatan Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan Tentang Keluhan Dan Pelayanan Yang diberikan Oleh Tenaga Kesehatan Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Informan Pernyataan Informan 5 lubang gigi yang sudah besar, bau mulut akibat lubang gigi ini. Ini lah yang tadi dicabut oleh dokternya, karena sudah lama saya biarkan sampai lubang giginya sudah besar lubang, kata dokter sudah tak bisa diapa- apin lagi selain cabut. Informan 6 Kemaren sakit gigi, berdenyut, kata dokter masih bisa ditambal tapi harus dirawat dulu, matikan akarnya, gitu lah namanya kalau gak salah kata dokter tapi saya bilang cabut saja, lebih tenang rasanya sumber sakitnya sudah diangkat.