dimana: = Southern Oscillation Index
= anomali tekanan udara di atas Tahiti = anomali tekanan udara di atas Darwin
= standar deviasi dari perbedaan tekanan udara Nilai SOI positif berkaitan dengan kejadian La Nina dan nilai SOI negatif
berkaitan dengan kejadian El Nino. La Nina dan El Nino lemah ketika nilai indeks berkisar 0.5-0.9, La Nina dan El Nino sedang ketika nilai indeks berkisar 1.0-1.4
dan La Nina dan El Nino kuat ketika nilai indeks lebih besar dari 1.5.
3.2.3 Data DMI
Data DMI diperoleh dari situs http:www.ldeo.columbia.edu
. Perhitungan DMI menggunakan metode rekonstruksi SPL IGOSS. Pertama-tama nilai SPL
rata-rata mingguan dari dua area berikut dicari terlebih dahulu: • Barat : 50
BT – 70 BT 10
LS – 10 • Timur : 90
LU BT – 110
BT 10 Data deret waktu anomali SPL kemudian dicari untuk masing-masing
area. Selanjutnya data anomali SPL barat dikurangi dengan anomali SPL timur. Hasilnya adalah nilai DMI dengan resolusi spasial mingguan. Pada penelitian ini
digunakan data DMI bulanan. Periode positif jika nilai SPL wilayah barat lebih tinggi dibandingkan wilayah timur dan sebaliknya pada saat periode negatif.
LS – katulistiwa
3.2.4 Data Suhu
Data bulanan sebaran menegak suhu dari Januari 2000-November 2009 diperoleh dari hasil pengukuran rutin bulanan yang dilakukan oleh PT Newmont
Nusa Tenggara menggunakan alat CTD. Interval waktu pengukuran tidak seluruhnya tepat 30 hari sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Hal tersebut
diduga disebabkan kendala teknis di lapangan, seperti ketersediaan alat dan personel. Namun diasumsikan data suhu hasil pengukuran CTD merupakan data
bulanan karena frekuensi pengukuran dengan interval 21-30 hari berkisar 50- 58 di seluruh stasiun pengamatan.
Tabel 3 Rentang dan kekerapan periode pengukuran suhu di perairan Senunu, Sumbawa Barat tahun 2000-2009 Hari
Stasiun S01
S03 S15
S16 S28
SC01 1-5
6-10 2
2.06 1
0.98 2
1.94 1
0.97 2
1.90 11-15
3 3.09
3 2.94
4 3.88
4 3.88
6 5.71
5 5.26
16-20 10
10.31 13
12.75 11
10.68 11
10.68 10
9.52 7
7.37 21-25
15 15.46
13 12.75
18 17.48
17 16.50
15 14.29
12 12.63
26-30 29
29.90 29
28.43 24
23.30 27
26.21 29
27.62 33
34.74 31-35
11 11.34
9 8.82
15 14.56
13 12.62
12 11.43
11 11.58
36-40 7
7.22 12
11.76 14
13.59 16
15.53 14
13.33 12
12.63 41-45
12 12.37
12 11.76
4 3.88
3 2.91
9 8.57
6 6.32
46-50 3
3.09 7
6.86 7
6.80 8
7.77 6
5.71 6
6.32 51-55
4 4.12
1 0.98
3 2.91
2 1.94
1 0.95
3 3.16
56-60 1
1.03 1
0.98 1
0.97 1
0.97 1
0.95 61-65
1 0.98
Jumlah 97
100 102
100 103
100 103
100 105
100 95
100 21-35
55 56.70
51 50.00
57 55.34
57 55.34
56 53.33
56 58.95
Selain itu, juga digunakan data hasil perekaman beberapa termistor yang dipasang di ADCP array dengan interval waktu 10 menit selama tahun
2000-2007 pada beberapa kedalaman, yaitu 26 m, 31 m, 36 m, 41 m, 46 m, 51 m, 56 m, 61 m, 66 m, 71 m, 76 m, 78 m dan 83 m. Untuk mendapatkan nilai suhu
pada kedalaman termoklin yang dianalisis dilakukan proses interpolasi. Data CTD menggambarkan sebaran spasial dan temporal suhu secara vertikal.
Sedangkan data termistor hanya menggambarkan sebaran temporal suhu.
3.3 Pengolahan dan Analisis Data