1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan selatan Sumbawa yang terletak di timur laut Samudera Hindia merupakan perairan yang unik dan dinamis. Pulau Sumbawa terletak di daerah
yang didominasi oleh pengaruh sistem angin muson yang hanya terdapat di katulistiwa Samudera Hindia dan barat Samudera Pasifik. Sistem angin muson
mempengaruhi pola sirkulasi arus permukaan perairan dan dinamika interaksi atmosfer-lautan lainnya. Posisi geografisnya berhubungan langsung dengan
Samudera Hindia dan dipengaruhi oleh Samudera Pasifik melalui laut-laut di sebelah utara dan timur Sumbawa, seperti Laut Flores, Laut Timor dan Selat
Alas serta di sebelah barat berhubungan langsung dengan perairan selatan Jawa. Interaksi massa air dari laut dan selat yang bertemu di perairan selatan
Sumbawa diduga menyebabkan karakteristik dan dinamika perairan pantai selatan Sumbawa cukup unik Fieux et al., 1993; Gordon et al., 2003; Wyrtki,
1962. Proses-proses dinamik skala global dan regional yang terjadi di kedua samudera dan laut-laut sekitarnya, seperti El Nino Southern Oscillation ENSO,
Indian Ocean Dipole Mode IODM dan Gelombang Kelvin diduga turut membentuk karakteristik dan dinamika perairan selatan Sumbawa Susanto et
al., 2001; Sprintall et al., 2000. Suhu merupakan parameter fisika oseanografi yang penting dipelajari
karena mempengaruhi lingkungan baik langsung, seperti laju fotosintesa tumbuh- tumbuhan metabolisme dan proses fisiologis hewan siklus reproduksi; dan
secara tidak langsung, seperti daya larut oksigen yang dipakai untuk respirasi biota laut Pickard dan Emery, 1990; Nybakken, 1992; Farita et al., 2006.
Stratifikasi vertikal suhu di laut menyebabkan terbentuknya lapisan termoklin yang berpengaruh dalam distribusi material, seperti nutrien, secara vertikal dan
ketebalan dan kedalaman upwelling yang penting dalam proses-proses biologi di lapisan permukaan. Stratifikasi vertikal terbentuk karena perubahan suhu
terhadap kedalaman bersifat eksponensial. Lapisan termoklin merupakan lapisan dimana terjadi perubahan suhu
yang besar terhadap kedalaman Wyrtki, 1961. Lapisan ini menjadi lapisan pembatas atau lapisan peralihan antara lapisan tercampur di bagian atas dan
lapisan dalam di bagian bawah. Ketiga lapisan tersebut berbeda secara fisika,
kimia dan biologi. Suhu lapisan tercampur laut tropis umumnya hangat, variasi hariannya tinggi, densitasnya kecil, miskin zat hara, gradien perubahan kecil
sekali dan sifat fisika, kimia dan biologi di seluruh kolom lapisan tercampur relatif homogen. Lapisan termoklin merupakan lapisan yang mengalami perubahan
suhu yang relatif cepat, antara massa air hangat di atasnya dan massa air dingin di bawahnya. Umumnya diikuti dengan penurunan oksigen terlarut dan penaikan
yang cepat dari kadar zat hara. Massa air di bawah lapisan termoklin merupakan massa air yang relatif berat, dingin, kaya zat hara, gradien suhunya mulai
mengecil dari bagian bawah lapisan termoklin sampai ke dasar laut di bawahnya Wyrtki, 1961.
Lapisan termoklin penting dipelajari karena pergerakan massa air yang dipengaruhi oleh proses-proses regional dan global banyak terjadi pada lapisan
ini, seperti Arlindo Sprintall et al., 2009; Gordon et al., 1999, Arlindo dan kaitannya dengan ENSO Hautala et al., 1996; Ffield et al., 2000; Gordon et al.,
2003; Susanto et al., 2005; McClean et al., 2005, IODM Saji et al., 1999; Saji dan Yamagata, 2003 dan Gelombang Kelvin Sprintall et al., 2000. Untuk
mengetahui variabilitas termoklin di suatu perairan diperlukan data time series sebaran menegak suhu. Selain itu juga perlu dikaji proses-proses di laut yang
diduga mempengaruhi variabilitas suhu di lapisan termoklin, seperti ENSO, IODM dan Gelombang Kelvin.
1.2 Tujuan