Model of integrated management sustainable at youtefa bay

(1)

MODEL PENGELOLAAN TELUK YOUTEFA

TERPADU SECARA BERKELANJUTAN

JANVITER MANALU

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

(3)

SURAT PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Model Pengelolaan Teluk Youtefa Terpadu Secara Berkelanjutan, adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari 2012

Janviter Manalu P062090021


(4)

(5)

ABSTRACT

JANVITER 2012. Model of Integrated Management Sustainable at Youtefa Bay. Under the direction of I Wayan Nurjaya as Chairman, Surjono Hadi Sutjahjo and Kholil as advisory committee members.

The Youtefa Bay is one of the important resources. The water in this place is used for fishery, transportation, and ecotourisme. Youtefa Bay is located at the west of Jayapura city. Youtefa Bay is surrounded by settlement where most of resident are fisherman and farmers. The aim of this research is to develop a model of Youtefa Bay. The research was conducted in five steps, i.e. (1) to determine the existing condition of physical and chemical parameters, (2) to determine the level pollution, load pollution, and assimilative capacity, (3) to determine of water pollution control strategy, (4) to develop model of management institution, (5) to develop model management Youtefa Bay a similar prominent purpose. The research was carried out based on field survey, in situ and laboratory sample examination, questionnaire, and expert judgement. The STORET method and pollution index were used to determine the water quality status and level of water pollution. The pollution loading was determined by rapid assessment. Youtefa Bay institution determine Interpretative Structural Modelling (ISM). Pollution control by means of descriptive. Management model develop in this study was built into three sub-models, namely (1) pollution source sub-model, (2) The loading pollution sub-model, and (3) water quality sub-model using program powersim studio expert 2005 version. The results of water pollution parameters such as total suspended solid (TSS), dissolved oxygen (DO), Nitrate (NO3), fosfate (PO4), were higher than the allowableness water sea for sea biota standard. Acording to water quality status, the Youtefa Bay is categorized as of light, medium, and heavy. Assimilation capacities are BOD 27 ton/month, TSS 2354 ton/month, NH3 54 ton/month, COD 286 ton/month, NO3 9087 ton/month, and PO4 12 ton/month. The Youtefa Bay water pollution control, i.e (1) institution approach, (2) law approach implementation, (3) social approximation, (4) approximation economy, (5) space arrangement approximation. The key element management Youtefa Bay is the policy commitment approximation, and relations strengthen inter stakeholder, realization plan approximation, and strategy plan priority. There are three development scenario, that are including optimistic scenario. The optimistic scenario are the realistic scenario that occur in the future for management Youtefa Bay in considering of ecology, social, and economy aspects. The conclusion is the Youtefa Bay polluted light, medium, and heavy, and it’s very important to analiyze the pollution level of the Youtefa Bay periodically in terms of it’s sustainability.

Key words: Youtefa Bay, Water pollution level, pollution load, assimilation capacity, pollution control,


(6)

(7)

RINGKASAN

Teluk Youtefa dan sekitarnya memiliki beberapa fungsi dan kegunaan yaitu sebagai kegiatan perikanan tangkap dan budidaya, jalur transportasi nelayan dan wisata, pelabuhan perikanan tradisional, dermaga perahu nelayan, dan tempat penampungan limbah kegiatan antropogenik yang dapat mempengaruhi daya dukung ekosistem sungai dan ekosistem Teluk Youtefa. Masyarakat, nelayan, dan pemerintah adalah sebagai aktor dalam pengelolaan Teluk Youtefa sendiri. Permasalahan di Teluk Youtefa yang terjadi selama ini terjadi akibat bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan pendidikan rendah, kemiskinan, maupun perilaku sosial dengan berbagai aktivitas yang semakin meningkat seperti penangkapan ikan, Keramba Jaring Apung, transportasi Teluk, permukiman (dalam dan di luar Teluk), perambahan hutan, pembangunan hotel, restoran, dan pasar. Kegiatan tersebut berdampak pada peningkatan sedimen, kekeruhan air sungai maupun air laut, kenaikan produksi limbah, kenaikan unsur hara, sehingga hasil tangkapan ikan menjadi rendah, vegetasi terganggu, penurunan nilai estetika dan wisata, serta penularan penyakit maupun berkurangnya tempat usaha.

Tujuan utama penelitian ini adalah membangun model pengelolaan perairan Teluk Youtefa. Adapun tujuan antara adalah: (1) menentukan kondisi eksisting parameter fisik kimia perairan Teluk Youtefa, (2) mengetahui status dan indeks pencemaran perairan Teluk Youtefa, (3) Mengetahui, beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time Teluk Youtefa, (4) mengetahui strategi pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa, (5) mengembangkan model kelembagaan pengelolaan perairan Teluk Youtefa.

Penelitian dilaksanakan dengan metode survey, pemeriksaan secara langsung di lapangan dan di laboratorium, melakukan wawancara mendalam dengan pakar. Metode yang digunakan untuk kondisi eksisting membandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut; menentukan status kualitas air dan tingkat pencemaran dianalisis dengan metode storet dan indeks pencemaran, metode yang digunakan untuk menentukan beban pencemaran adalah metode rapid assessment, metode pengembangan model kelembagaan digunakan metode Interpretative Structural Modeling (ISM) metode strategi pengendalian pencemaran dilakukan dengan secara deskriptif, model pengelolaan perairan Teluk Youtefa terdiri atas 3 sub model, yaitu (1) sub model sumber pencemar, (2) sub model beban pencemar, dan (3) sub model kualitas air, dibangun melalui pendekatan sistem menggunakan program powersim studio expert 2005 dan constructor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi eksisting parameter pencemaran air perairan Teluk Youtefa total padatan terlarut (TSS), oksigen terlarut (DO), Nitrat (NO3), fosfat (PO4), telah melampaui baku mutu air laut untuk biota laut, dan memerlukan penurunan beban pencemaran. Sedangkan untuk suhu air, pH NH3, BOD menunjukkan hasil belum melampaui baku mutu air laut untuk biota laut.

Nilai total padatan tersuspensi (TSS) berkisar antara 89 – 267,5 mg/l dengan nilai rata-rata keseluruhan adalah 191,7 mg/l. Nilai Kandungan Oksigen Terlarut (DO) berkisar antara 2,3 mg/l – 5,7 mg/l dengan nilai rata-rata pada saat


(8)

pasang dan surut 4,9 mg/l atau melebihi baku mutu. Nilai konsentrasi nitrat berkisar antara 0,006 mg/l – 0,03 mg/l. dengan nilai rata-rata keseluruhan pada saat pasang dan surut 0,012 mg/l. Nilai kadar fospat berkisar antara 0,02 – 1, 65 mg/l, dengan nilai rata-rata keseluruhan 0,3 mg/l.

Status mutu air Teluk Youtefa berdasarkan nilai storet termasuk dalam kondisi tercemar sedang hingga berat dengan nilai indeks berkisar -17 hingga -33. Sedangkan berdasarkan Pollution Index tingkat pencemaran perairan Teluk Youtefa berada dalam status tercemar ringan hingga sedang dengan nilai Pollution Index berkisar 2,5 – 5,8. Parameter BOD, fosfat, dan nitrat memberikan kontribusi tertinggi terhadap buruknya status mutu air perairan Teluk Youtefa.

Pencemaran Teluk Youtefa terutama bersumber dari limbah domestik. Total beban pencemaran perairan Teluk Youtefa untuk BOD 144,4 ton/bulan, TSS 1.626,1 ton/bulan, NH3 8,5 ton/bulan, COD 700,3 ton/bulan, NO3 23,3 ton/bulan, dan PO4 16,5 ton/bulan. Parameter nitrat,TSS, COD dan fosfat telah berada diatas nilai kapasitas asimilasi, artinya bahwa perairan Teluk Youtefa kemampuannya terbatas menerima beban tersebut sehingga menurunkan daya dukung Teluk Youtefa.

Sub elemen kunci dalam pengembangan pengelolaan perairan Teluk Youtefa diawali dengan adanya dukungan yang kuat dari LMA, ondoapi, kepala suku; peningkatan pola pikir masyarakat; stabilitas politik lokal yang kondusif, kesamaan tujuan di lapangan, keragaman biota, menurunnya beban pencemar. Sub elemen ini menjadi penggerak utama.

Strategi pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa dapat dilakukan dengan pendekatan kelembagaan, implementasi pendekatan hukum, pendekatan sosial budaya, pendekatan ekonomi, pendekatan penataan ruang, penerapan instrumen pengendalian lingkungan.

Hasil pemodelan dinamik menunjukkan bahwa model pengelolaan perairan Teluk Youtefa yang dibangun memiliki kinerja yang baik dan mampu menggambarkan perilaku sistem nyata, dengan nilai validitas absolute mean error (AME) dan absolute mean error (AVE) < 10 %.

Hasil simulasi model menunjukkan bahwa kebijakan penurunan fraksi pertambahan jumlah penduduk ternyata berdampak pada penurunan beban pencemaran dari limbah BCOD, limbah KJA, limbah ternak babi, limbah ternak sapi, limbah padat, limbah tinja penduduk. Hasil simulasi model menunjukkan bahwa skenario optimis berdampak terhadap penurunan limbah cair BCOD dari 2.127,14 ton menjadi 1.935,32 ton limbah KJA berkurang dari 11,28 ton menjadi 10,26 ton, limbah ternak babi berkurang dari 1.056,29 ton menjadi 961,03, limbah ternak sapi berkurang dari 5.122,72 ton menjadi 4.660,76 ton, limbah padat berkurang dari 3.222,94 ton menjadi 2.932,30 ton, limbah tinja penduduk berkurang dari 8,17 ton menjadi 7,44 ton dari kondisi eksisting. Skenario optimis merupakan skenario realistis yang terjadi di masa depan untuk pengelolaan perairan Teluk Youtefa dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi, namun perlu didukung beberapa kebijakan yaitu (1) penurunan pertumbuhan penduduk dan distribusi penduduk, (2) implementasi peraturan mengenai pencemaran, (3) komitmen Pemerintah Daerah, (4) sistem dan kapasitas kelembagaan.


(9)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(10)

(11)

MODEL PENGELOLAAN TELUK YOUTEFA TERPADU

SECARA BERKELANJUTAN

JANVITER MANALU

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(12)

Penguji luar komisi pembimbing pada ujian tertutup: 1. Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil

2. Dr. Ir. Etty Riani, MS

Penguji luar komisi pembimbing pada ujian terbuka: 1. Prof. Dr. Balthazar Kambuaya, MBA

Menteri Lingkungan Hidup Indonesia 2. Dr. Ir. Sigid Hariyadi


(13)

(14)

(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahaesa atas segala karunia-Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilakukan sejak bulan Maret 2011 ini adalah pencemaran air, dengan judul Model Pengelolaan Teluk Youtefa Terpadu Secara Berkelanjutan di Kota Jayapura.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc, sebagai ketua komisi pembimbing yang telah memberikan curahan waktu, nasehat, arahan, dan motivasi secara terus menerus dengan penuh dedikasi dari awal perencanaan penelitian sampai selesainya disertasi ini; Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, semangat, curahan waktu, nasehat, dan koreksinya yang kritis dan tajam sehingga menambah kualitas disertasi ini; Dr. Ir. Kholil, M.Kom, selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, curahan waktu, dan pengarahan tentang falsafah model dinamik penulisan disertasi ini. Demikian juga kepada Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.Sc selaku ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas segala bantuan dan pelayanannya. Ucapan terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Doktor di Institut Pertanian Bogor.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih, atas izin pendidikan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program Doktor di Institut Pertanian Bogor. Hal yang sama diucapkan terima kasih kepada Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan beasiswa BPPS. Kemudian diucapkan terima kasih kepada, Dr. Auldry. F. Walukouw yang telah membantu penulis dalam pengolahan data pemodelan sistim dinamik; Dr. Niki Lewaherilla, Ir, Yusuf Tappang, Ketty K, Elsye P Rumbekwan, S.Pi., M.Si, Acon Maitindom, M.Si, Frans Reumi dan Drs. Krisson M, MM, atas waktu yang diberikan untuk wawancara, pengisian kuesioner, dan diskusi, serta masukan-masukan yang sangat berarti dalam penulisan disertasi ini; Andi, Deni, Tirsa, Audri, Frans deminggus, Erwan renggo, Frans kafiar yang telah banyak membantu penulis penyediaan data primer dan data sekunder, serta analisis laboratorium; Badan Lingkungan Hidup, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, bidang pertanian, Sekretaris Kota Jayapura yang telah banyak memberikan bantuan data.

Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Menteri Lingkungan Hidup Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA; Dr. Ir. Sigid Hariyadi; Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil; Dr. Ir. Etty Riani, MS; Dr. Dedi H, sebagai penguji, atas kritik dan saran perbaikannya sehingga disertasi ini menjadi lebih sempurna. Demikian juga terima kasih dan penghargaan untuk semua dosen yang telah


(16)

mengajar penulis selama mengikuti perkuliahan di kelas PSL. Dedikasi para dosen PSL yang tinggi telah memampukan penulis mengikuti perkuliahan dengan baik. Kemudian penulis sampaikan terima kasih untuk Sulis, Ririn, Chris, dan Subur stap PSL, atas bantuannya dalam pelayanan administrasi.

Selanjutnya ucapan terima kasih ditujukan kepada instri tercinta Siti Arbainah Hutasoit dan anak tersayang Khristopher Aris Arianto Manalu yang telah banyak memberi doa, pengorbanan, memberi dorongan, dan bantuan yang tak ternilai dengan penuh pengertian, kesabaran sehingga penulis selalu semangat dalam penyelesaian disertasi ini; Orangtua dan mertua saya, adik serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya selama penulis menempuh pendidikan Doktor di Institut Pertanian Bogor. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, khsusnya angkatan 2009 atas kebersamaan dan kerjasamanya selama menempuh pendidikan.

Disertasi ini juga dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan dorongan berbagai pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu. Sejak penulis memutuskan untuk melanjutkan studi S3 di bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan sampai selesainya disertasi ini, banyak pihak yang telah memberi dukungan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya. Pada akhirnya, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan disertasi ini, maka hanya penulis yang bertanggung jawab. Kiranya Tuhan Yesus yang memberi balasan berkah kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis.

Bogor Februari 2012 Janviter Manalu


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tipang Kabupaten Hubbang hasuddutan hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli utara Provinsi Sumatra Utara pada tanggal 5 Agustus 1964 sebagai anak ke empat pasangan G. Manalu dan A. Hutasoit. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih, lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1999, penulis diterima di program studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sebelas maret Surakarta dan menamatkannya pada tahun 2001. Kesempatan untuk melanjutkan pada program Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2009. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Dirtjen dikti Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih. Mata kuliah yang diasuh adalah pengantar lingkungan, rekayasa lingkungan, dan metode penelitian

Artikel ilmiah penulis berjudul Analisis Tingkat Pencemaran Air Dengan Metode Indeks Pencemaran di Teluk Youtefa Jayapura Provinsi Papua telah diterima untuk diterbitkan dalam majalah ilmiah Berita Biologi Jurnal ilmu-ilmu Hayati Volume 10 (6) Desember 2011 dengan peringkat akreditasi A. Artikel berjudul Kajian Kapasitas Asimilasi, Beban Pencemar, dan flushing time di Teluk Youtefa Kota Jayapura Papua Timur masih dalam tahap pemeriksaan pada majalah yang sama. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.


(18)

(19)

xv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan masalah ... 6

1.3. Tujuan ... 8

1.4. Kerangka pemikiran ... 8

1.5. Manfaat penelitian ... 11

1.6. Novelty ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 17

2.1. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ... 17

2.2. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu ... 17

2.2.1. Perencanaan terpadu ... 18

2.2.2. Keterpaduan ekologis ... 19

2.2.3. Keterpaduan sektor ... 19

2.2.4. Keterpaduan disiplin ilmu ... 20

2.2.5. Keterpaduan sistem ... 20

2.2.6. Keterpaduan kebijakan ... 21

2.2.7. Keterpaduan stakeholder ... 22

2.2.8. Keterpaduan fungsional ... 23

2.3. Perencanaan secara sektoral ... 23

2.4. Dimensi pembangunan berkelanjutan ... 23

2.4.1. Dimensi ekologis ... 25

2.4.2. Dimensi sosial ekonomi ... 26

2.4.3. Dimensi sosial politik ... 27

2.4.4. Dimensi hukum dan kelembagaan ... 27

2.5. Kebijakan pembangunan dan lingkungan ... 28

2.6. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ... 28

2.7. Teluk ... 28

2.7.1. Degradasi teluk oleh aktifitas manusia ... 28

2.7.2. Fungsi ekosistem teluk bagi kehidupan manusia ... 29

2.8. Pemantauan kualitas air ... 31

2.8.1. Air permukaan (surface water) ... 31

2.8.2. Perairan tergenang (lentik) ... 32

2.9. Estuari ... 32

2.9.1. Pengertian estuari ... 32

2.9.2. Kawasan estuari ... 33

2.9.3. Hidrodinamika perairan estuari ... 37

2.9.4. Pengaruh iklim terhadap hidrodinamika estuari ... 38

2.9.5. Sumber pencemar estuari ... 38


(20)

xvi

2.9.7. Pencemaran logam di estuari ... 40

2.9.8. Salinitas estuari... 41

2.10. Beban pencemaran dan kapasitas asimilasi ... 41

2.11. Pencemaran laut ... 42

2.12. Pasang surut... 42

2.13. Gelombang ... 45

2.14. Sistem ... 47

2.15. Pengembangan analisis sistem ... 49

2.15.1. Tahapan pendekatan sistem ... 49

2.15.2. Analisis kebutuhan ... 50

2.15.3. Formulasi masalah... 51

2.15.4. Identifikasi sistem ... 52

2.16. Sistem dinamik ... 53

2.17. Pengembangan model dinamik ... 57

2.18. Uji validitas dan sensivitas model ... 58

2.18.1. Uji validasi kinerja ... 58

2.18.2. Uji sensitivitas ... 58

2.19. Analisis kebijakan ... 59

2.20. Pengembangan model kelembagaan ... 59

2.21. Permodelan ... 62

2.22. Simulasi ... 64

III. METODE PENELITIAN ... 65

3.1. Waktu dan tempat penelitian ... 65

3.2. Diagram alir rancangan penelitian ... 67

3.3. Alat dan bahan ... 68

3.4. Tehnik sampling kualitas air ... 69

3.4.1. Penentuan stasiun pengamatan ... 69

3.4.2. Pengambilan sampel air ... 69

3.5. Rancangan penelitian ... 70

3.5.1. Analisis kualitas air, status pencemaran air Teluk Youtefa dengan metode STORET dan tingkat pencemaran ... 70

3.5.1.2. Analisis status pencemaran ... 70

3.5.1.3. Penentuan tingkat pencemaran ... 71

3.5.2. Pengukuran beban pencemaran , kapasitas asimilasi, dan Flushing time... 73

3.5.2.1. Beban pencemaran dan kapasitas asimilasi ... 73

3.5.2.2. Flushing time (waktu dirus) ... 74

3.5.3. Memilih model kelembagaan ... 75

3.5.4. Menyusun strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa ... 77

3.5.5. Diagram sebab akibat (causal loop diagram) model dinamik Pengelolaan Teluk Youtefa berkelanjutan ... 77

3.5.6. Uji validasi dan sensitivitas model ... 78

3.5.7. Analisis kebijakan ... 78

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 80

4.1. Keadaan geografis... ... 80


(21)

xvii

4.3. Kondisi umum Teluk Youtefa... 81

4.4. Kondisi umum perairan sungai ... 83

4.4.1. Karakteristik sungai ... 83

4.4.2. Kualitas fisik-kimia sungai ... 83

4.4.3. Asumsi masalah sampah, limbah cair penduduk , ternak tinja, dan perikanan ... 85

4.5. Tata guna lahan ... 87

4.6. Biologi ... 88

4.6.1. Akuatik ... 88

4.6.2. Terestrial ... 90

4.7. Keadaan sosial ekonomi ... 92

4.7.1. Kependudukan ... 92

4.7.2. Pendidikan ... 92

4.7.3. Sebaran marga-marga suku asli Teluk Youtefa ... 93

4.7.4. Karakteristik budaya ... 93

4.7.5. Kondisi budaya... ... 94

4.7.6. Struktur sosial... ... 94

4.7.7. Pola-pola pengalihan hak atas penguasaan lahan... ... 95

4.7.8. Pola konsumsi ... 95

4.7.9. Produksi perikanan, pengolahan dan pemasaran... ... 95

4.7.9.1. Tingkat produksi berdasarkan alat tangkap... ... 96

4.7.9.2. Tingkat produksi per komoditi ... 96

4.7.9.3. Pengolahan... ... 98

4.7.9.4. Pemasaran... ... 98

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 99

5.1. Kondisi eksisting perairan Teluk Youtefa... ... 99

5.1.1. Suhu air... ... 99

5.1.2. Total padatan tersuspensi (TSS)... ... 100

5.1.3. Derajat keasaman (pH)... ... 102

5.1.4. Kandungan oksigen terlarut (DO... ... 103

5.1.5. Kandungan oksigen biokimia (BOD)... ... 105

5.1.6. Nitrat dan amonia (NO3 dan NH3)... ... 106

5.1.7. Kadar fosfat (PO4)... ... 108

5.2. Status mutu air dan indeks pencemaran Teluk Youtefa... ... 110

5.2.1 Metode indeks storet... ... 110

5.2.2. Indeks pencemaran ... ... 112

5.3. Beban pencemaran, kapasitas asimilasi, waktu dirus perairan Teluk Youtefa ... 113

5.3.1. Beban pencemaran muara sungai di sekitar Teluk Youtefa... ... 113

5.3.2. Kapasitas asimilasi perairan Teluk Youtefa... ... 114

5.3.2.1. Kandungan oksigen biokimia (BOD)... ... 115

5.3.2.2. Total padatan tersuspensi (TSS)... ... 116

5.3.2.3. Amonia (NH3)... ... 117

5.3.2.4. Nitrat (NO3)... ... 118

5.3.2.5. Fosfat (PO4)... ... 119

5.3.2.6. Kebutuhan oksigen kimiawi (COD)... ... 120


(22)

xviii

5.3.3.1. Pengaruh waktu dirus terhadap sedimen... ... 123 5.3.3.2. Pengaruh waktu dirus terhadap kapasitas asimilasi... ... 123 5.4. Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa... ... 124 5.4.1. Pendekatan kelembagaan... ... 125 5.4.2. Pendekatan hukum... ... 125 5.4.3. Komitmen dan dukungan pemerintah daerah dalam

Penegakan hukum... ... 125 5.4.4. Pendekatan sosial budaya... ... 126 5.4.5 Pendekatan ekonomi... ... 126 5.4.6. Pendekatan penataan ruang wilayah Teluk Youtefa

Secara terpadu... ... 126 5.4.7. Pembuatan zonasi Teluk Youtefa... ... 127 5.4.8. Pengendalian limbah rumah tangga... ... 128 5.4.9. Pengendalian limbah industri... ... 128 5.4.10.Pengendalian limbah pertanian... ... 128 5.5. Elemen kunci model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa... ... 129

5.5.1. Elemen kendala dalam pengembangan model pengelolaan

Teluk Youtefa... ... 129 5.5.2. Elemen tujuan dalam pengembangan model pengelolaan

Teluk Youtefa... ... 132 5.5.3. Elemen tolok ukur keberhasilan dalam pengembangan model

Pengelolaan teluk youtefa... ... 135 5.5.4. Elemen lembaga yang terlibat dalam pengembangan model

Pengelolaan Teluk Youtefa... ... 138 5.5.5. Elemen kebutuhan dalam pengembangan model pengelolaan

Teluk Youtefa... ... 142 5.6. Pemodelan sistem pengelolaan Teluk Youtefa... ... 144 5.6.1. Model... ... 145 5.6.2. Analisis trend sistem... ... 147 5.6.3. Validasi... 149 5.6.3.1. Validasi struktur... ... 149 5.6.3.2. Validasi kinerja (output model)... ... 150 5.6.4. Verifikasi model... ... 153 5.6.4.1. Verifikasi model total sumber pencemar... ... 153 5.6.4.2. Verifikasi model beban pencemaran... ... 157 5.6.4.3. Verifikasi model kualitas air Teluk Youtefa... ... 161 5.6.5. Penyusunan skenario pengelolaan Teluk Youtefa... ... 164 5.6.6. Skenario intervensi model... ... 166 5.6.6.1. Intervensi fungsional... ... 166 5.6.6.1.1. Beban limbah cair BCOD ... ... 166 5.6.6.1.2. Limbah KJA... ... 168 5.6.6.1.3. Limbah ternak babi... ... 169 5.6.6.1.4. Limbah ternak sapi... ... 171 5.6.6.1.5. Limbah padat... ... 172 5.6.6.1.6. Tinja penduduk... ... 173 5.6.6.2. Intrvensi struktural... ... 175 5.6.6.2.1. Limbah cair BCOD... ... 175 5.6.6.2.2. Limbah padat... ... 176


(23)

xix

5.6.6.2.3. Limbah ternak babi... ... 178 5.6.6.2.4. Limbah ternak sapi... ... 179 5.7. Analisis kebijakan alternatif pengelolaan Teluk Youtefa... ... 181 VI. KESIMPULAN DAN SARAN... ... 186 6.1. Kesimpulan... ... 186 6.2. Saran... ... 187 Daftar istilah... ... 189 DAFTAR PUSTAKA... ... 192 LAMPIRAN... ... 196


(24)

xx

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Penelitian di luar Teluk Youtefa dan nilai kebaruan peneliti……… ... . 12 Tabel 2. Penelitian di Teluk Youtefa dan nilai kebaruan peneliti………. 14 Tabel 3. Analisis kebutuhan Aktor/Stakeholder yang terlibat dalam

pengelolaan Teluk Youtefa ... ... 51 Tabel 4. Konversi rumus statistik ke persamaan powersim ... 58 Tabel 5. Parameter Fisika – Kimia air ... 68 Tabel 6. Lokasi pengukuran parameter kualitasair laut perairan Teluk Youtefa ... 69 Tabel 7. Penentuan nilai skor derajat mutu air... ... 71 Tabel 8. Jadual penyusunan proposal, proses penelitian, dan penyusunan Disertasi .... 79 Tabel 9. Kondisi iklim Kota Jayapura 2009... ... 81 Tabel 10. Penggunaan lahan Kota Jayapura... ... 87

Tabel 11. Jenis biota air di Teluk Youtefa………... 88

Tabel 12. Produksi tanaman sayur di Kota Jayapura tahun 2008 dan 2009 (ton)... 90 Tabel 13. Produksi tanaman buah di Kota Jayapura tahun 2008 dan 2009 (ton). ... 91 Tabel 14. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin per kecamatan... 92 Tabel 15. Tingkat produksi per komoditi per kampung ... 97 Tabel 16. Status mutu kualitas air menururt sistem nilai STORET Teluk Youtefa... 110 Tabel 17. Indeks pencemaran Teluk Youtefa pada sembilan titik Pengamatan ... 112 Tabel 18. Beban pencemaran sungai tahun 2008 – 2011... ... 114 Tabel 19. Kapasitas asimilasi perairan Teluk Youtefa Tahun 2011... ... 114 Tabel 20. Nilai flushing time menggunakan pendekatan Dahuri, et al (2008) ... 122 Tabel 21. Elemen kendala dalam pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa .. 130 Tabel 22. Elemen tujuan dalam pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa... 133 Tabel 23. Elemen tolok ukur keberhasilan dalam pengembangan model pengelolaan

Teluk Youtefa... ... 136 Tabel 24. Elemen lembaga yang terlibat dalam pengembangan model

pengelolaan Teluk Youtefa... ... 139 Tabel 25. Elemen kebutuhan dalam pengembangan model pengelolaan Teluk

Youtefa. ... 142 Tabel 26. Populasi penduduk dan jumlah sumber pencemar tahun 2006 – 2036. ... 149 Tabel 27. Skenario intervensi parameter model ... ... 165


(25)

xxi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka kompleksitas masalah……… ... 5

Gambar 2. Skema perumusan masalah……… ... 7

Gambar 3. Kerangka pemikiran………... ... 10

Gambar 4. Konsep pembangunan berkelanjutan……….. ... 24

Gambar 5. Pendekatan sistem... ... 50 Gambar 6. Diagram input output model pengelolaan Teluk Youtefa... ... 53 Gambar 7. Garis besar pengembangan model dinamik... ... 55 Gambar 8. Diagram input-output sistem... ... 56 Gambar 9. Diagram alir model sistem dinamik menggunakan program powersim . 57 Gambar 10. Matriks DP-D... ... 60 Gambar 11. Diagram alir analisis kelembagaan dengan metode ISM... ... 61

Gambar 12. Peta Teluk Youtefa……… ... 65

Gambar 13. Kontur batimetri Teluk Youtefa……… ... 66

Gambar 14. Penampang melintang batimetri ... 67 Gambar 15. Diagram alir rancangan penelitian……… ... 68

Gambar 16. Kapasitas asimilasi……… ... 74

Gambar 17. Model sistem penunjang keputusan pengelolaan Teluk………… ... 76

Gambar 18. Diagram sebab akibat pengelolaan Teluk Youtefa ... 78 Gambar 19. Model pengelolaan Teluk Youtefa ... 79 Gambar 20. Sedimen dan potensi sumber limbah domestik dari pemukiman ... 81 Gambar 21. Bahan galian, lahan kritis, tumpukan sampah dan pengerukan ... 82 Gambar 22. Pemanfaatan Teluk Youtefa untuk keramba dan pemukiman ... 82 Gambar 23. Contoh tempat pembuangan sampah di sungai acai ... 87

Gambar 24. Diagram buah di Kota Jayapura tahun 2010……… ... 91

Gambar 25. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan…… ... 93

Gambar 26. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter suhu pasang surut .. 100 Gambar 27. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter TSS pasang surut ... 101 Gambar 28. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter pH pasang surut.. ... 103

Gambar 29. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter DO pasang surut… 104

Gambar 30. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter BOD pasang surut . 105

Gambar 31. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter NO3 pasang surut .. 107

Gambar 32. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter NH3 pasang surut . 107

Gambar 33. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter PO4-P pasang surut 108

Gambar 34. Muara Sungai Sibhorgoni………. ... 109

Gambar 35. Muara Sungai Acai……… ... 109

Gambar 36. Tumpukan sampah di sungai acai……….. .... 109

Gambar 37. WC penduduk yang bermukim di atas perairan Teluk Youtefa…… ... 109

Gambar 38. Skor indeks STORET perairan Teluk Youtefa………. ... 111

Gambar 39. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi

di Teluk Youtefa dengan indikator BOD tahun 2008 – 2011 ... 115

Gambar 40. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimila di Teluk

Youtefa dengan indikator TSS tahun 2008 – 2011 ... 116

Gambar 41. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasidi Teluk


(26)

xxii

Gambar 42. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilas di Teluk

Youtefa dengan indikator NO3 tahun 2008 – 2011…… ... 119

Gambar 43. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di Teluk

Youtefa dengan indikator PO4 tahun 2008 – 2011………. ... 120

Gambar 44. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di Teluk Youtefa dengan indikator COD tahun 2008-2011… ... 121 Gambar 45. Kondisi pasang surut dan waktu pengambilan sampel ... 124 Gambar 46. Diagram hirarki subelemen kendala utama dalam pengembangan

model pengelolaan Teluk Youtefa……….. ... 130

Gambar 47. Matriks driver power dan dependence elemen kendala utama dalam ..

pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa ... 132 Gambar 48. Diagram hirarki subelemen tujuan dalam pengembangan model

pengelolaan Teluk Youtefa ……….. ... 134

Gambar 49. Matriks driver power dan dependence elemen tujuan dalam

pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa ………. ... 134

Gambar 50. Diagram hirarki subelemen tolok ukur keberhasilan dalam

pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa……… ... 137

Gambar 51. Matriks driver power dan dependence elemen tolok ukur keberhasilan

dalam pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa ... 138 Gambar 52 Diagram hirarki subelemen lembaga yang terlibat dalam

pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa ... 140

Gambar 53. Matriks driver power dan dependence elemen lembaga yang

terlibat dalam pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa . ... 141 Gambar 54. Diagram hirarki subelemen kebutuhan dalam pengembangan model

pengelolaan Teluk Youtefa………. ... 143

Gambar 55. Matriks driver power dan dependence elemen kebutuhan dalam

pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa………. ... 143

Gambar 56. Model sumber pencemar, beban pencemar, dan kualitas air Teluk

Youtefa……….. ... 145

Gambar 57. Diagram sub model pengelolaan Teluk Youtefa………. ... 146

Gambar 58. Trend populasi penduduk... ... 147

Gambar 59. Trend lahan tersedia………..……….. ... 148

Gambar 60. Trend penggunaan lahan…..……… ... 149

Gambar 61. Grafik perbandingan perkembangan jumlah penduduk hasil simulasi

dengan kondisi eksisting……… ... 151

Gambar 62. Grafik perbandingan total sumber pencemar hasil simulasi dan aktual 152 Gambar 63. Grafik perbandingan total beban pencemar hasil simulasi dan aktual .. 152 Gambar 64. Trend penduduk dan limbah padat berdasarkan fraksi ... 154

Gambar 65. Trend total sumber pencemar………..………… ... 154

Gambar 66. Sub model penduduk dan total sumber pencemar ... 157 Gambar 67. Nilai kapasitas asimilasi dan perkembangan beban pencemaran \

BOD, dan NO3…… ... 158

Gambar 68. Nilai kapasitas asimilasi dan perkembangan beban pencemaran

PO4, dan NH3……….. ... 159

Gambar 69. Nilai kapasitas asimilasi dan perkembangan beban pencemaran

COD, dan TSS………. ... 160

Gambar 70. Sub model beban pencemaran……….. ... 161


(27)

xxiii

Gambar 72. Trend konsentrasi dan nilai baku mutu COD, NH3……… ... 162

Gambar 73. Trend konsentrasi dan nilai baku mutu BOD, NO3………. ... 163

Gambar 74. Sub model kualitas air………..……… ... 164

Gambar 75. Hubungan populasi penduduk dengan daya dukung lingkungan… ... 164

Gambar 76. Prediksi jumlah limbah cair BCOD hasil simulasi skenario

sampai tahun 2036……….. ... 167 Gambar 77. Prediksi jumlah limbah KJA di Teluk Youtefa hasil simulasi skenario

sampai Tahun 2036……….. . 168

Gambar 78. Prediksi jumlah beban limbah babi di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036... ... 170 Gambar 79. Prediksi jumlah beban limbah sapi di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036... ... 171 Gambar 80. Prediksi jumlah beban limbah padat di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036... ... 172 Gambar 81. Prediksi jumlah beban limbah tinja penduduk di Teluk Youtefa hasil

simulasi skenario sampai tahun 2036... ... 174

Gambar 82. Prediksi jumlah beban limbah BCOD di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036………..……… ... 175

Gambar 83. Prediksi jumlah beban limbah padat di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036……….. ... 177

Gambar 84. Prediksi jumlah beban limbah babi di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036………… ... .. 178

Gambar 85. Prediksi jumlah beban limbah sapi di Teluk Youtefa hasil simulasi


(28)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.Nilai rata-rata kualitas air perairan Teluk Youtefa pada saat pasang surut ... 196 2.Status mutu Kualitas air menurut system nilai storet di perairan

laut untuk biota laut di Teluk Youtefa………. ... 197

2-A. Status mutu kualitas air perairan Teluk Youtefa lokasi pantai abe.. ... 197

2-B. Status mutu kualitas air perairan Teluk Youtefa lokasi abepantai.. ... 198

3. Perhitungan indeks pencemaran (IP) perairan Teluk Youtefa………… ... 199

4. Beban pencemaran sungai acai……… ... 202

5. Beban pencemaran sungai sibhorgoni………. ... 202

6. Beban pencemaran sungai PTC……….. ... 202

7. Beban pencemaran sungai hanyaan……… ... 202

8. Hasil analisis regresi beban pencemaran………. ... 203

9. SSIM final (memenuhi syarat transivity rule) untuk elemen kendala… ... 205 9-A. SSIM final (memenuhi syarat transivity rule) untuk elemen tujuan ... 205 9-B. SSIM final (memenuhi syarat transivity rule) untuk elemen Tolak

ukur ... 206 9-C. SSIM final (memenuhi syarat transivity rule) untuk elemen lembaga

yang terlibat ... 207 9-D. SSIM final (memenuhi syarat transivity rule) untuk elemen dari

program kebutuhan ... 208 10.Trend penduduk dan limbah padat berdasarkan fraksi ... 209 11.Beban sumber pencemar tahun 2006-2036 ... 210 12.Beban pencemar hasil simulasi tahun 2006-2036……… ... 211 13.Kualitas air hasil simulasi tahun 2006-2036 ... 212 14.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah cair ... 213 15.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah KJA. ... 214 16.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah babi ... 215

17.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah sapi ….. 216

18.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah padat ... 217 19.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah tinja ... 218 20.Hasil intervensi struktural dari limbah cair berdasarkan kondisi eksisting ... 219 21. Hasil intervensi struktural dari limbah padat berdasarkan

kondisi eksisting ... 220 22.Hasil intervensi struktural dari limbah babi berdasarkan kondisi eksisting .. 221 23.Hasil intervensi struktural dari limbah sapi berdasarkan kondisi eksisting... 222 24.Bahasa program model dinamik ... 223


(29)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan perairan yang sangat penting, baik dipandang dari segi ekologis dan ekonomis serta merupakan penopang sistem ekologi dari biota laut. Karena memiliki nilai ekonomis yang penting bagi kehidupan manusia, kawasan pesisir biasanya menjadi rentan terhadap pengaruh eksternal dari berbagai aktifitas kegiatan manusia. Permasalahan yang selama ini terjadi di pesisir adalah pencemaran dan eutrofikasi. Hal ini telah menjadi isu dan permasalahan beberapa pesisir di Indonesia, seperti pesisir perairan Teluk Jakarta, perairan Taman Nasional Kepulauan Seribu dan tempat lainnya.

Kasus pencemaran yang terjadi di beberapa negara seperti penelitian Dave (2010) di Teluk Maracas pantai Puerto Rico dan Trinidad, bahwa air tidak bisa digunakan lagi sebagai tempat rekreasi karena terkontaminasi tinja manusia yang mengandung Escherichia coli, sehingga tingkat penurunan kualitas air 30-50%. Shumchenia et al ( 2010) mengemukakan bahwa kadar oksigen terlarut 2, 0 mg/L di Teluk Greenwich Rhode Island USA sangat rendah akibat tinja, pellet dan peningkatan sedimen. Penelitian Gecek (2010) di Teluk Bolinao Filippina juga menunjukkan, bahwa akibat peningkatan produksi budidaya perikanan secara intensif di Teluk Bolinao, menyebabkan kondisi teluk berada pada titik berbahaya pada produksi ikan. Disebutkan bahwa penyebabnya akibat pertukaran air lokal dengan air laut sekitarnya pada saat pasang surut. Kemudian peneliatian García, (2010) di Teluk Lorenzo Spayol Utara menunjukkan bahwa asal usul ganggang di perairan bersumber dari proses eutrofikasi yang terjadi di muara sungai telah mempengaruhi tempat untuk mandi, akan bertambah akibat peningkatan eutrofikasi dan pergeseran ganggang dari dasar laut akibat arus. Sedangkan hasil penelitian Swanson (2010) di sungai Forge di Amerika Selatan menunjukkan bahwa akibat limbah peternakan kualitas sungai menurun yang mempengaruhi kualitas air Teluk Moriches.

Kasus pencemaran juga terjadi di Indonesia seperti yang dikemukakan, Dahuri (2005) bahwa akibat pencemaran di Teluk Jakarta ikan mati secara massal yang terjadi pada tahun 1993 dan tahun 1994 lalu yang disebabkan pengkayaan unsur hara atau eutrofikasi. Menurut Saparjadi (2005) bahwa pencemaran pernah juga terjadi di Taman Nasional Kepulauan Seribu yaitu pencemaran minyak yang


(30)

2

mengakibatkan kegagalan telur penyu berembrio pada bulan Oktober tahun 2004. Kemudian hasil penelitian Selanno (2009), bahwa beban pencemaran di Teluk Ambon Dalam dengan indikator NO3 dan PO4 telah melewati baku mutu. Hal tersebut menandakan masukan beban limbah organik dari sungai ke laut sudah melebihi kapasitas asimilasi. Cornwell, Davis (1998) mengemukakan bahwa sumber titik pencemar dapat bersumber dari limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan limpasan perkotaan.

Wilayah pesisir dan lautan mengandung potensi ekonomi yang sangat besar dan beragam, yang belum dimanfaatkan secara efisien dan berkelanjutan. Potensi perekonomian pesisir dan lautan berdasarkan sektor kegiatan meliputi diantaranya: perikanan tangkap, pariwisata bahari dan pantai, perikanan budidaya, industri pengolahan produk perikanan, industri bioteknologi, pertambangan dan energi, perhubungan laut, industri dan jasa maritime, kehutanan (mangrove), dan sumberdaya non-komersial (Dahuri 2008).

Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam di beberapa wilayah pesisir dan lautan akibat kegiatan antropogenik telah mencapai tingkat yang membahayakan daya dukung lingkungan wilayah pesisir. Selain akibat kegiatan antropogenik , beberapa wilayah pesisir di Indonesia juga rawan terhadap bencana alam seperti tsunami, gelombang pasang, badai maupun terjadinya gempa bumi. Oleh karena itu, untuk mensejahterakan bangsa, maka kebijakan dan strategi pembangunan kelautan harus mampu menggunakan berbagai potensi yang ada secara efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.

Kota Jayapura berdiri sejak tanggal 21 September 1993 berdasarkan Undang Undang No. 6 tahun 1993 terletak di bagian utara Provinsi Papua, secara geografis terletak pada koordinat 010 28‟ 17,26” – 30 58‟ 0,82” LS dan 1370 34‟ 10,6” – 1410 0‟8,22” BT. Luas Kota Jayapura adalah 940 km2 atau 94.000 Ha, terdiri dari 5 distrik yaitu Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, Distrik Muara Tami, dan Distrik Heram, serta 25 kelurahan dan 14 kampung (Profil Kota Jayapura, 2009). Wilayah Kota Jayapura mempunyai batas administratif: sebelah Utara berbatasan dengan Lautan Pasifik, sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Arso Kabupaten Keerom, sebelah Timur berbatasan dengan Negara PNG, dan sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Sentani dan Depapre Kabupaten Jayapura.


(31)

3

Kota Jayapura memiliki dinamika pertumbuhan yang cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya pusat-pusat pemukiman, perkantoran, sentra perdagangan, dan pertambahan jumlah penduduk. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Jayapura adalah 230.824 jiwa dengan laju pertumbuhan 4,10 % per tahun dengan kepadatan penduduk rata-rata 240/km2 (Laporan Statistik Kota Jayapura, 2008).

Teluk Youtefa terletak dalam kawasan Teluk Yos Sudarso, mencakup beberapa kampung (desa adat) yaitu kampung Tobati, Engross, dan Nafri. Ketiga kampung tersebut memiliki hubungan kekerabatan adat budaya yang sangat erat namun secara administratif terpisah. Secara geografis Teluk Youtefa terletak pada 020 31‟ 00” – 020 42‟ 00” LS dan 1340 37‟ 00” – 1420 48‟ 00” BT dan berbatasan langsung di sebelah barat Distrik Jayapura Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Yos Sudarso, sebelah selatan berbatasan dengan distrik Abepura, dan sebelah utara berbatasan dengan Distrik Jayapura Selatan. Teluk Youtefa luasnya 1.675 Ha (SK Menhut no.714/Kpts/II/1996).

Teluk Youtefa dan sekitarnya memiliki beberapa fungsi dan kegunaan yaitu sebagai daerah perikanan tangkap dan budidaya, jalur transportasi nelayan dan wisata, pelabuhan perikanan tradisional, dermaga perahu nelayan, dan tempat penampungan limbah kegiatan antropogenik yang dapat mempengaruhi daya dukung ekosistem sungai dan ekosistem Teluk Youtefa. Masyarakat, nelayan, dan pemerintah adalah sebagai aktor dalam pengelolaan Teluk Youtefa sendiri. Permasalahan di Teluk Youtefa yang terjadi selama ini terjadi akibat bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan pendidikan rendah, kemiskinan, maupun perilaku sosial dengan berbagai aktivitas yang semakin meningkat seperti penangkapan ikan, Keramba Jaring Apung, transportasi Teluk, permukiman (dalam dan di luar Teluk), perambahan hutan, pembangunan hotel, restoran, pasar, pertanian, (gambar 1). Kegiatan tersebut berdampak pada peningkatan sedimen, kekeruhan air sungai maupun air laut, kenaikan produksi limbah, kenaikan unsur hara, sehingga hasil tangkapan ikan menjadi rendah, vegetasi terganggu, penurunan nilai estetika dan wisata, serta penularan penyakit maupun berkurangnya tempat usaha.

Permasalahan terhadap kelestarian ekosistem pesisir dan lautan dalam kasus Teluk Youtefa antara lain perusakan ekosistem seperti sedimentasi,


(32)

4

peningkatan bahan pencemar, peningkatan sampah yang masuk ke teluk akibat buruknya manajemen lahan atas. Oleh karena itu jika perubahan kualitas lingkungan di teluk terjadi, maka diduga komponen biologis di dalamnya akan mengalami perubahan dan ikan bermigrasi maupun mengalami kepunahan. Pencemaran laut tidak hanya mematikan biota dan ekosistem laut, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, merusak nilai estetika atau keindahan laut serta mengancam fungsi ekosisten teluk. Jika terjadi pencemaran di Teluk Youtefa, maka secara umum akan mengganggu seluruh aktivitas sosial ekonomi kota Jayapura dan secara khusus Teluk Youtefa.

Menurut Bapedalda Papua (2007), bahwa di Teluk Youtefa telah terjadi peningkatan limbah cair maupun limbah padat yang masuk ke Teluk Youtefa. Pencemaran di Teluk Youtefa harus dikendalikan, supaya tidak melampaui kapasitas asimilasi atau tidak terjadi pencemaran akibat pasokan limbah. Kemudian jika terjadi pencemaran, maka strategi apa yang diusulkan guna mengatasi permasalahan pencemarannya. Oleh karena itu, selain kajian kondisi fisik maupun kimia, maka aspek aspek ekonomi budaya, hukum dan kelembagaan juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pengelolaan Teluk Youtefa.

Pengelolaan Teluk Youtefa agar tetap lestari perlu melibatkan multi stakeholder yaitu pelaku usaha, baik yang berusaha di Teluk Youtefa maupun di luar kawasan Teluk Youtefa, dinas perikanan dan kelautan, LSM, nelayan dan non nelayan, perguruan tinggi, serta didukung kualitas sumber daya manusia, kelembagaan, infrastruktur, regulasi, dan penegakan hukum.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan Teluk Youtefa sangat penting, kompleks dan dinamis. Penting karena Teluk Youtefa memiliki fungsi ekologis, ekonomi serta melibatkan banyak pihak dengan karakteristik yang berbeda, dan dinamis karena tingkat pencemaran dan sedimentasi dapat berubah seiring dengan perubahan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan masalah-masalah yang berhubungan dengan pengelolaan Teluk Youtefa harus secara integratif-holistik dengan pendekatan sistem, bukan secara parsial-sektoral. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu adanya pengelolaan Teluk Youtefa dengan pendekatan sistem yang lebih spesifik.


(33)

5

AKTIVITAS DI HULU

Gambar 1. Kerangka kompleksitas masalah Komflik kepentingan,

perilaku sosial masyarakat, SDM

terbatas Permukiman

penduduk

Industri rumah tangga

Bahan Galian C

Perambahan hutan

Perdagangan, pengolahan kayu

RS, Hotel, Kantor

Pasar Youtefa

Pertani an

Bahan pencemar

Sungai Acai Sungai Sibhorgoni Sungai PTC Entrop Sungai Hanyaan

Beban pencemaran, Kapasitas asimilasi Di atas baku mutu

DAMPAK YANG DITIMBULKAN

AKTIVITAS DI TELUK: Budidaya KJA, Permukiman, Wisata, Transportasi, Nelayan


(34)

6

1.2. Perumusan masalah

Pemanfatan Teluk Youtefa dan sekitarnya semakin meningkat oleh masyarakat, nelayan, dan pemerintah untuk kegiatan antropogenik yang dapat mempengaruhi daya dukung ekosistem sungai, dan ekosistem Teluk Youtefa. Masyarakat, nelayan, dan pemerintah adalah sebagai aktor dalam pengelolaan Teluk Youtefa. Permasalahan di Teluk Youtefa yang terjadi selama ini, terjadi akibat bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan pendidikan rendah, kemiskinan, maupun perilaku sosial dengan berbagai aktivitas yang semakin meningkat seperti penangkapan ikan, keramba jaring apung, transportasi teluk, permukiman (dalam dan di luar Teluk Youtefa), perambahan hutan, hotel, restoran, dan pasar yang belum terkelola dengan baik. Kegiatan tersebut berdampak pada peningkatan sedimen, kekeruhan air sungai maupun air laut, kenaikan produksi limbah, kenaikan unsur hara, sehingga hasil tangkapan ikan menjadi rendah, vegetasi terganggu, penurunan nilai estetika dan wisata, serta penularan penyakit maupun berkurangnya tempat usaha.

Gambaran tersebut di atas tentunya akan mempengaruhi aspek nilai estetika maupun aspek lingkungan Teluk Youtefa secara keseluruhan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa berbagai masalah yang diuraikan di atas adalah karena tingginya intensitas antropogenik. Kemudian kurangnya kesadaran masyarakat maupun yang terlibat langsung dalam penggunaan Teluk untuk memelihara lingkungan perairan yang baik untuk keberlanjutan Teluk Youtefa.

Hasil survey yang pernah penulis lakukan bahwa, sumber pencemar yang potensial sebagai penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan Teluk Youtefa adalah aktivitas permukiman, sentra perekonomian, peternakan, pertanian, keramba jaring apung, dan sampah. Tuntutan pembangunan memacu pemerintah dan pihak swasta terus meningkatkan sarana dan prasarana yang berpotensi menghasilkan limbah. Uraian tersebut di atas, mendeskripsikan permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Semakin meningkat aktivitas para pengguna Teluk Youtefa dan sekitarnya, baik yang bersumber dari darat maupun dari teluk, tentu memiliki keterkaitan yang erat dengan perubahan kualitas perairan Teluk Youtefa. Aktivitas masyarakat di darat maupun di teluk, pengaruhnya perlahan tapi pasti akan menambah beban pencemaran Teluk Youtefa. Penurunan kualitas perairan Teluk


(35)

7

Youtefa akibat masuknya bahan pencemar kemungkinan terjadi karena aktivitas yang dilakukan selama ini tidak terkontrol secara baik, (gambar 2). Hal ini diduga terjadi akibat kurangnya koordinasi antar stakeholder, penegakan hukum yang tidak tepat, dan kesadaran masyarakat yang rendah. Kondisi seperti ini akan mengganggu fungsi lain seperti pencemaran, sehingga diperlukan pengelolaan secara holistik dengan pendekatan sistem. Oleh karena itu, beberapa pertanyaan pada penelitian ini perlu dijawab adalah:

1. Bagaimana kondisi eksisting kualitas perairan Teluk Youtefa pada saat pasang surut berdasarkan parameter: suhu, TSS, pH, DO, BOD, NO3, NH3, dan PO4 ? 2. Bagaimana status pencemaran dan indeks pencemaran perairan Teluk Youtefa 3. Bagaimana beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time perairan

Teluk Youtefa?

4. Bagaimana strategi pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa?

5. Bagaimana mengembangkan model kelembagaan pengelolaan perairan Teluk Youtefa?

6. Bagaimana membangun model system dinamik pengelolaan perairan Teluk Youtefa?

Gambar 2. Skema perumusan masalah

Aktor Faktor Aktivitas Masalah

1.Masyarakat bukan nelayan 2. Masyarakat nelayan 3. Pemerintah Faktor penyebab: 1. Pertambahan pddk 2. Tingkat pendapatan rendah 3. Tingkat pendidikan rendah 4. Kemiskinan 5. Perilaku sosial

Di Teluk Youtefa 1. Perikanan tangkap 2. Perikanan budidaya 3. KJA dan Wisata 4. Transportasi teluk 5. Pemukiman

Di luar Teluk Youtefa 1. Pembangunan 2. Pertanian 3. Perambahan hutan 4. Pasar 5. Hotel 6. Restoran 7. Pemukiman 8. Peternakan Dampak Biofisik 1. Sedimentasi 2. Kekeruhan tinggi 3. Pendapatan & hasil

tangkap ikan rendah 4. Kenaikan produksi

limbah

5. Terganggu vegetasi 6. Kenaikan unsur hara 7. Kerusakan nilai

estetika, wisata

Dampak kesling, dan sosial

1. Kenaikan penularan penyakit

2. Hilangnya tempat usaha

3.Pendapatan masy berkurang

Tujuan Bagaimana: 1. Kondisi eksisting TY 2..Kualitas, status dan

indeks pencemaran TY

3. Beban pencemaran & kapasitas asimilasi,

flushing time TY 4. Strategi pengendalian

pencemaran TY 5. Model kelembagaan

Pengelolaan TY 6. Membangun model

sistem dinamik pengelolaan TY

Strategi Pengelolaan teluk secara holistik


(36)

8

1.3. Tujuan

Sebagai tujuan antara penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kondisi eksisting kualitas perairan Teluk Youtefa pada saat pasang dan surut berdasarkan parameter: suhu, TSS, pH, DO, BOD, NO3, NH3, dan PO4;

2. Mengetahui status dan indeks pencemaran perairan Teluk Youtefa;

3. Mengetahu, beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time perairan Teluk Youtefa;

4. Mengetahui strategi pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa; 5. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan perairan Teluk Youtefa;

Sedangkan tujuan utama adalah: Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa.

1.4. Kerangka Pemikiran

Teluk Youtefa merupakan perairan pesisir yang sangat potensial secara ekologis dan ekonomis. Potensial karena sebagai daerah perikanan bagi masyarakat, lokasi tempat wisata, kaya akan vegetasi mangrove, dan jalur transfortasi masyarakat antar kampong. Potensi lain yang dapat mendukung perkembangan di Teluk Youtefa adalah daerah transit menuju perbatasan PNG, berdekatan dengan tugu Macatur dan Teluk Yos Sudarso serta prospek ke depannya didukung dengan pemekaran wilayah Kabupaten Keerom, Kabupaten Sarmi, dan Kabupaten lain.

Penggunaan lahan pada kegiatan domestik di Daerah Aliran Sungai akan menghasilkan bahan buangan berupa air limbah organik. Penggunaan lahan pada berbagai sektor akan menghasilkan bahan buangan berupa limbah. Selain itu penggunaan lahan pada sektor pertanian dan perkebunan akan menghasilkan bahan buangan sisa pemupukan. Jika semua limbah secara terus menerus memasuki perairan dan telah melampaui baku mutu yang telah ditetapkan, maka akan menimbulkan masalah pencemaran sehingga dapat mendegradasi kualitas perairan Teluk Youtefa.


(37)

9

Pertumbuhan penduduk konsekwensinya akan semakin meningkatkan kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal. Apabila tidak ada pengendalian terhadap penggunaan lahan dalam sistem daerah aliran sungai, maka dapat menyebabkan peningkatan sedimen. Kemudian jika pembukaan lahan terus untuk pemukiman, akan meningkatkan sedimen di Teluk Youtefa jika tidak disertai dengan upaya pendekatan ekologis seperti konservasi tanah dan air.

Berbagai aktivitas manusia (Antropogenik) di sekitar Teluk Youtefa seperti budidaya ikan, aktivitas pertanian, dan pembukaan lahan-lahan baru untuk kegiatan domestik, mempengaruhi keseimbangan Teluk Youtefa. Lahan di sekitar Teluk Youtefa banyak mengalami alih fungsi terutama untuk pemukiman. Hal tersebut disebabkan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan kebutuhan terhadap lahan yang sebelumnya hutan dan pertanian. Kegiatan pembangunan di kawasan Teluk Youtefa semakin meningkat seperti pembangunan fasilitas pemerintah kota Jayapura, pembangunan pasar youtefa, PTC Entrop, perumahan skayland kurnia, industri perhotelan, Saga mall abepura, swalayan matahari, perumahan uncen kali acai, industri pengolahan kayu, rumah sakit Polda. Sementara kegiatan penggunaan lahan di dalam Teluk Youtefa adalah budidaya ikan dan permukiman.

Segala aktivitas pemanfaatan lahan di sekitar Teluk Youtefa dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, faktor nelayan, tingkat pendapatan, kesejahteraan masyarakat rendah akan meningkatkan perambahan hutan yang mempengaruhi Teluk Youtefa.

Untuk menjamin keberlanjutan Teluk Youtefa, maka pengelolaannya tidak hanya menekankan pada satu aspek teknis atau non teknis saja, tetapi keduanya harus secara holistik atau menyeluruh dengan menggunakan pendekatan kesisteman yang saling mempengaruhi setiap aspek seperti pada Gambar 3 berikut.


(38)

10

Gambar 3. Kerangka pemikiran Isu & Permasalahan

Penggunaan lahan

Limbah industri, permukiman

Industri Jasa

Pertambahan penduduk

Keramba Jaring Apung (KJA)

Pasar modern, pasar kaget

Pencemaran sungai, laut

Obyek wisata

TELUK Potensi

Sumber daya

Pengelolaan

Ekologis: 1. Daya dukung 2. Potensi 3. Pencemaran

Ekonomi: 1.Sumberdaya

perikanan 2.O.Wisata

Sosial: 1. Kelembagaan

2. Kebijakan 3. Regulasi

Ipteks: 1. Metode analisis data 2. Disain model dinamik 3. Pengembangan SDM

PENGELOLAAN TELUK YOUTEFA SECARA

BERKELANJUTAN

Arahan kebijakan kelembagaan


(39)

11

Penerapan pendekatan sistem dalam pengelolaan Teluk Youtefa pada hakekatnya untuk harmonisasi dari aspek ekonomi, aspek biofisik ekologi dan aspek sosial budaya, sehingga indikator pengelolaan Teluk Youtefa tidak hanya dilihat dari kelayakan ekonomi dan tidak merusak lingkungan, tetapi juga harus dapat diterima oleh masyarakat sekitar. Hal ini sejalan dengan konsep triple bottom line yakni pembangunan tidak hanya dilihat dari nilai tambah ekonomi saja tetapi harus memperhatikan nilai tambah sosial dan lingkungan agar pengelolaan Teluk Youtefa menjadi lestari. Overlaping antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan menunjukkan bahwa adanya keterpaduan yang kokoh antara ketiga aspek tersebut dalam pembangunan pada umumnya atau secara khusus dalam pengelolaan Teluk Youtefa.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini menghasilkan model pengelolaan Teluk Youtefa secara terpadu dengan pendekatan sistem.

Manfaat praktis: Penelitian ini adalah untuk memberikan suatu masukan bagi para pengambil kebijakan seperti dinas kelautan dan perikanan, bappeda, badan lingkungan hidup, dinas pekerjaan umum, balai DAS mamberamo, dinas kesehatan, dinas kehutanan, LMA, ondoapi, kepala suku di bidang pengelolaan Teluk Youtefa, sehingga dapat mengambil kebijakan secara cepat, tepat dan akurat.

Manfaat teoritis akademis: dari segi teoritis akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan bagi para peneliti lain yang akan melakukan pengkajian pengelolaan Teluk Youtefa dengan pendekatan sistem.

1.6. Novelty

Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dan telah dilakukan serta kebaruan penelitian di Teluk Youtefa


(40)

12

Tabel 1. Penelitian di luar Teluk Youtefa dan nilai kebaruan penelitian peneliti

1 2 3 4 5

No Nama Judul Tujuan Perbedaan dengan

disertasi peneliti

1 Debby AJS

(Disertasi, 2009)

Analisis

hubungan antara beban

pencemaran dan konsentrasi limbah sebagai dasar

pengelolaan kualitas lingkungan perairan Teluk Ambon Dalam,

1.Menganalisis beban penc& menentukan status penc Teluk Ambon Dalam

2.Menganalisis kapasitas asimilasi

3.Menganalisis pola & tingkat sedimentasi

4.Membuat zonasi pemanfaatan Teluk Ambon Dalam

1.Mengetahui pengembangan

kelembagaan Teluk

Youtefa

2.Pengembangan system model dinamik

2 Sjaifuddin (Disertasi 2007)

Pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Banten berkelanjutan

1.Merancang scenario

pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk

Banten yang menjamin

terjadinya sinergi yang

menguntungkan semua

stakeholders tanpa

mengabaikan prinsip

konservasi lingkungan 2.Merancang model interaksi

antar variable di Teluk Banten

1.Mengetahui kondisi

eksisting status

pencemaran Teluk Youtefa pada saat pasang dan surut;

2.Mengetahui beban

pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time

Teluk Youtefa

3.Mengetahui Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa;

4.Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtef;

5.Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa

3 Rofiko

Disertasi 2005)

Analisis kebijakan pemanfaatan

ruang Teluk

Kelabat kawasan pesisir utara pulau Bangka Provinsi

kepulauan Bangka Belitung

Membuat keserasian dan

keseimbangan kawasan

perencanaan Teluk Kelabat guna menciptakan lingkungan yang sehat, teratur, aman dan efisien. Selain itu dapat memberikan fasilitas dan pelayanan yang memadai, tepat & memenuhi persyaratan.

Selanjutnya menciptakan

keharmonisan spasial untuk

mendukung pengelolaan

berkelanjutan bagi

kesejahteraan masyarakat

1.Mengetahui kondisi

eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks

pencemaran Teluk

Youtefa;

2.Mengetahui beban

pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time

Teluk Youtefa

3.Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa 4.Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa;

5.Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa

4 Rachmansy

ah (Disertasi

Analisis daya dukung

lingkungan

1. Karakteristik biofisik dan kelayakan bioteknis perairan pesisir Teluk Awarange

1.Mengetahui kondisi

eksisting pada saat pasang dan surut, status dan


(41)

13

2004) perairan Teluk

Awarange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan bagi pengembangan budidaya bandeng dalam keramba jarring apung

untuk pengem budidaya

bandeng dalam KJA

2.Beban limbah organik, N dan P yang berasal dari KJA bandeng di laut dan yang berasal dari kegiatan

non-KJA disekitar Teluk

Awarange

3.Daya dukung lingkungan perairan Teluk Awarange bagi pengembangan budi daya bandeng dalam KJA di laut

4.Pemodelan pada pengelolaan budidaya bandeng dalam KJA di laut

indeks pencemaran Teluk Youtefa;

2.Mengetahui beban

pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time

Teluk Youtefa

3.Strategi pengendalian

pencemaran Teluk

Youtefa;

4.Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa;

5.Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa

5 Abdul Muis

(Tesis 2004)

Studi

perencanaan tata ruang wilayah pesisir dan laut

Teluk Saleh

Kabupaten Sumbawa besar (Pendekatan system dinamik)

1. Mengidentifikasi potenasi dan kendala sumberdaya, baik sumberdaya alam,

sumberdaya manusia,

sumberdaya buatan maupun sumberdaya social yang ada di wilayah pesisir

2. Menyusun rencana tata ruang wilayah pesisir dan laut Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa besar melalui pendekatan system dinamik

dengan memanfaatkan

sumber daya wilayah pesisir

secara optimal yang

didasarkan kepada

kebutuhan masyarakat

1.Mengetahui kondisi

eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa; 2.Menganalisis beban penc

kapasitas, asimilasi, dan

flushing time Teluk

Youtefa

3.Strategi pengendalian penc Teluk Youtefa;

4.Mengembangkan model kelembagaan peng Teluk Youtefa;

5.Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa

6 R.Marsuki I Disertasi 2003

Analisis dampak pendangkalan Teluk Kendari terhadap

aktivitas

masyarakat dan strategi

penanggulangan nya

1.Faktor-faktor apakah yg menyebabkan pendangkalan Teluk Kendari dan berapa besar kontribusi setiap faktor penyebab tersebut

2.Berapa besar dampak (fisik & ekonomi) pendangkalan teluk terhadap aktivitas ekonomi wilayah teluk

3.Bentuk kebijakan atau strategi apa yang dapat diterapkan

dalam penanggulangan

pendangkalan Teluk Kendari

1.Mengetahui kondisi

eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;

2.Mengetahui beban

pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time

Teluk Youtefa

3.Strategi pengendalian

pencemaran Teluk

Youtefa;

4.Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa;

5.Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa

7 M. Dahyar

Tesis 1999

Penerapan pendekatan pengelolaan wilayah pesisir terpadu dalam

1.Menentukan kelas kesesuaian kepulauan Derawan bagi kegiatan pariwisata pantai dan pariwisata bahari berdasarkan kondisi fisik

1.Mengetahui kondisi

eksisting pada saat pasang dan surut, status, dan indeks pencemaran Teluk Youtefa;


(42)

14 pembangunan pariwisata dikepulauan derawan Provinsi Kalimantan Timur

2.Untuk memperkirakan daya dukung fisik kepulauan derawan dalam menunjang kegiatan pariwisata pantai dan pariwisata bahari

3.Untuk menelaah dampak kegiatan pariwisata bagi masyarakat lokal dan wilayah.

2.Mengetahui beban

pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time

Teluk Youtefa

3.trategi pengelolaan

pencemaran Teluk

Youtefa;

4.Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa;

5.Membangun model sistem dinamik pengel Teluk Youtefa

Tabel 2. Penelitian sebelumnya di Teluk Youtefa dan kebaruan penelitian peneliti

1 2 3 4 5

No Nama Judul Tujuan Perbedaan dengan

disertasi peneliti

1 Niki EL

Disertasi 2006 Analisis kebijakan pengelolaan kawasan taman wisata Teluk Youtefa Jayapura

1. Mengkaji kesenjangan

kebijakan dalam

pengembangan Taman Wisata Teluk Youtefa

2. Mengkaji komplik

kepentingan pemanfaatan kawasan Taman Wisata Teluk Youtefa

3. Mengkaji fungsi dan peranan

kelembagaan dalam

pengelolaan sumberdaya

pesisir Taman Wisata Teluk Youtefa

4. Mengkaji kesesuaian aktifitas Kawasan Taman Wisata Teluk Youtefa

5. Menghasilkan arahan strategi pemanfaatan kawsan Taman Wisata Teluk Youtefa

1.Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;

2.Mengetahui beban

pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time

Teluk Youtefa

3.Strategi pengendalian

pencemaran Teluk

Youtefa;

4.Mengembangkan model kelembagaan

pengelolaan Teluk

Youtefa;

Membangun model

sistem dinamik

pengelolaan Teluk

Youtefa

2 Bapedalda

Propinsi Irian Jaya (2000)

Perencanaan Pembangunan Taman Hutan Raya

(TAHURA)

1) Pengawetan plasma nuftah flora fauna ekosistem unik; Perlindungan sistem ekologi; dan Pelestarian manfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang.

1.Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;

2.Mengetahui beban

pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time

Teluk Youtefa

3.Strategi pengendalian

pencemaran Teluk

Youtefa;

4.Mengembangkan model kelembagaan

pengelolaan Teluk


(43)

15

Membangun model

sistem dinamik

pengelolaan Teluk

Youtefa

3 Robert

Lukas N

Awi (2007)

geometri akuifer daerah Teluk Youtefa Kota Jayapura

Jenis dan geometri akuifer 1.Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;

2.Mengetahui beban

pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time

Teluk Youtefa

3.Strategi pengendalian

pencemaran Teluk

Youtefa;

4.Mengembangkan model kelembagaan

pengelolaan Teluk

Youtefa;

Membangun model

sistem dinamik

pengelolaan Teluk

Youtefa

4 Dinas

Kelautan Perikanan Provinsi Papua (2008) kelestarian terumbu karang

Analisis terumbu karang 1.Mengetahui kondisi

eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;

2.Mengetahui beban

pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time

Teluk Youtefa

3.Strategi pengendalian

pencemaran Teluk

Youtefa;

4.Mengembangkan model kelembagaan

pengelolaan Teluk

Youtefa;

Membangun model

sistem dinamik

pengelolaan Teluk

Youtefa

5 Unipa

(2006)

Potensi sumber daya Teluk Youtefa berbasis masyarakat di Kota Jayapura

1. Menganalisis potensi sumber daya kawasan Teluk Youtefa 2. Menginventarisir partisipasi &

keterlibatan masyarakat dalam

melakukan pemanfaatan

perikanan & sumber daya Teluk Youtefa secara berkelanjutan 3. Potensi sumber daya kawasan

Teluk Youtefa berdasarkan wilayah & jenis komponen sumber daya yang ditinjau dari aspek biologi-ekologi,

fisik-1.Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;

2.Mengetahui beban

pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time

Teluk Youtefa

3.Strategi pengendalian

pencemaran Teluk


(44)

16

kimia, lingkungan, perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengelolaan perikanan, & aspek ekonomi perikanan, wisataa, budaya.

4.Mengembangkan model kelembagaan

pengelolaan Teluk

Youtefa;

Membangun model

sistem dinamik

pengelolaan Teluk

Youtefa

Berdasarkan uraian pada tabel 1 dan tabel 2, bahwa ada perbedaan antara peneliti terdahulu dengan disertasi peneliti, baik di luar dan di Teluk Youtefa. Perbedaan disertasi ini dengan penelitian lain terdapat pada kolom ke 5.

Novelty (Kebaruan Penelitian):

Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian bahwa kajian di Teluk Youtefa masih bersifat parsial dan belum pernah melakukan analisis kelembagaan dengan melibatkan pakar. Oleh sebab itu, keterbaruan dalam hasil penelitian ini adalah dihasilkannya kualitas perairan Teluk Youtefa pada kondisi pasang dan surut, kemudian dihasilkannya dukungan kuat LMA, ondoapi, dan kepala suku dalam analisis kelembagaan pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa. Kemudian menghasilkan model dinamik pengelolaan Teluk Youtefa dengah pendekatan sistem.


(45)

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah: upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum, (UUPPLH No. 32 Tahun 2009).

2.2. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu

Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pe-ngelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis (Dahuri et al, 2008)

Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat pemerintah tertentu (horizontal integration)', dan antar tingkat pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, sampai tingkat pusat (vertical integration).

Keterpaduan dari sudut pandang keilmuan mensyaratkan bahwa di dalam pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilaksanakan atas dasar pendekatan interdisiplin ilmu (interdisciplinary approaches), yang melibatkan bidang ilmu: ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum, dan lainnya yang relevan. Hal ini diperlukan karena wilayah pesisir pada dasarnya terdiri dari sistem sosial yang terjalin secara kompleks dan dinamis serta pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem (mangrove, terumbu karang, estuarin, pantai berpasir, dan lainnya) yang satu sama lain saling terkait, tidak berdiri sendiri. Perubahan atau kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosistem lainnya. Selain itu, wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia maupun proses-proses alamiah yang terdapat di lahan atas (upland areas)


(46)

18

maupun laut lepas (oceans). Kondisi empiris seperti ini mensyaratkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu (PWPLT) harus memperhatikan segenap keterkaitan ekologis (ecological linkages) tersebut yang dapat mempengaruhi suatu wilayah pesisir.

Mengingat bahwa suatu pengelolaan (management) terdiri dari tiga tahap utama: perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi; maka nuansa keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi. 2.2.1. Perencanaan terpadu

Perencanaan terpadu dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor dalam perencanaan pembangunan dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan, (Dahuri et al, 2008). Perencanaan terpadu biasanya dimaksudkan sebagai suatu upaya secara terprogram untuk mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan dan mengoptimalkan antara kepentingan untuk memelihara lingkungan, keterlibatan masyarakat, dan pembangunan ekonomi. Seringkali, keterpaduan juga diartikan sebagai koordinasi antara tahapan pembangunan di wilayah pesisir dan lautan yang meliputi: pengumpulan dan analisis data, perencanaan, implementasi, dan kegiatan konstruksi (Sorensen, 1990) diacu dalam Dahuri et al, (2008).

Dalam konteks perencanaan pembangunan sumber daya alam yang lebih luas, Hanson (1988) diacu dalam Dahuri et al, (2008) mendefinisikan perencanaan sumber daya secara terpadu sebagai suatu upaya secara bertahap dan terprogram untuk mencapai tingkat pemanfaatan sistem sumber daya alam secara optimal dengan memperhatikan semua dampak lintas sektoral yang mungkin timbul. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemanfaatan optimal adalah suatu cara pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomis secara berkesinambungan untuk kemakmuran masyarakat. Kemudian, Lang (1986) diacu dalam Dahuri et al (2008) menyarankan bahwa keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam, seperti pesisir dan lautan, hendaknya dilakukan pada tiga tataran (level): teknis, konsultatif, dan koordinasi. Pada tataran teknis, segenap pertimbangan teknis, ekonomis, sosial, dan lingkungan hendaknya secara seimbang atau proporsional dimasukkan kedalam


(1)

Time 2,006 2,007 2,008 2,009 2,010 2,011 2,012 2,013 2,014 2,015 2,016 2,017 2,018 2,019 2,020 2,021 2,022 2,023 2,024 2,025 2,026 2,027 2,028 2,029 2,030 2,031 2,032 2,033 2,034 2,035 2,036

LBH_BABI_EX_2 INTERSRUK_SP5 INTSTRUKSM15_1 INSTRUKSO_50

646.65 678.65 549.65 323.32

670.26 702.26 573.26 346.93

696.10 728.10 599.10 372.77

724.37 756.37 627.37 401.04

753.78 785.78 656.78 430.45

784.39 816.39 687.39 461.06

815.43 847.43 718.43 492.10

846.87 878.87 749.87 523.54

878.47 910.47 781.47 555.14

910.18 942.18 813.18 586.85

939.85 971.85 842.85 616.52

967.22 999.22 870.22 643.89

989.24 1,021.24 892.24 665.91

1,005.46 1,037.46 908.46 682.13

1,016.19 1,048.19 919.19 692.86

1,021.19 1,053.19 924.19 697.86

1,025.17 1,057.17 928.17 701.84

1,028.11 1,060.11 931.11 704.78

1,030.64 1,062.64 933.64 707.31

1,032.75 1,064.75 935.75 709.42

1,034.87 1,066.87 937.87 711.54

1,036.99 1,068.99 939.99 713.66

1,039.12 1,071.12 942.12 715.79

1,041.25 1,073.25 944.25 717.92

1,043.38 1,075.38 946.38 720.05

1,045.52 1,077.52 948.52 722.19

1,047.67 1,079.67 950.67 724.34

1,049.81 1,081.81 952.81 726.48

1,051.97 1,083.97 954.97 728.64

1,054.12 1,086.12 957.12 730.79

1,056.29 1,088.29 959.29 732.96


(2)

Time 2,006 2,007 2,008 2,009 2,010 2,011 2,012 2,013 2,014 2,015 2,016 2,017 2,018 2,019 2,020 2,021 2,022 2,023 2,024 2,025 2,026 2,027 2,028 2,029 2,030 2,031 2,032 2,033 2,034 2,035 2,036

LBH_SAPI_EX_2 INSTRSP5 INSTRSM10 INSTRKSO60

3,136.10 3,292.91 2,822.49 1,254.44

3,250.59 3,407.40 2,936.98 1,368.93

3,375.91 3,532.72 3,062.30 1,494.25

3,512.99 3,669.80 3,199.38 1,631.33

3,655.64 3,812.45 3,342.03 1,773.98

3,804.07 3,960.88 3,490.46 1,922.41

3,954.63 4,111.44 3,641.02 2,072.97

4,107.09 4,263.90 3,793.48 2,225.43

4,260.38 4,417.19 3,946.77 2,378.72

4,414.14 4,570.95 4,100.53 2,532.48

4,558.06 4,714.87 4,244.45 2,676.40

4,690.78 4,847.59 4,377.17 2,809.12

4,797.55 4,954.36 4,483.94 2,915.89

4,876.25 5,033.06 4,562.64 2,994.59

4,928.24 5,085.05 4,614.63 3,046.58

4,952.50 5,109.31 4,638.89 3,070.84

4,971.79 5,128.60 4,658.18 3,090.13

4,986.06 5,142.87 4,672.45 3,104.40

4,998.33 5,155.14 4,684.72 3,116.67

5,008.58 5,165.39 4,694.97 3,126.92

5,018.85 5,175.66 4,705.24 3,137.19

5,029.14 5,185.95 4,715.53 3,147.48

5,039.45 5,196.26 4,725.84 3,157.79

5,049.79 5,206.60 4,736.18 3,168.13

5,060.14 5,216.95 4,746.53 3,178.48

5,070.52 5,227.33 4,756.91 3,188.86

5,080.92 5,237.73 4,767.31 3,199.26

5,091.33 5,248.14 4,777.72 3,209.67

5,101.77 5,258.58 4,788.16 3,220.11

5,112.24 5,269.05 4,798.63 3,230.58

5,122.72 5,279.53 4,809.11 3,241.06


(3)

Lampiran 24. Bahasa program model dinamik init JM_PDD = 65769

flow JM_PDD = +dt*LAJU

flow JM_PDD_AKTUAL = +dt*LAJU flow JM_PDD_SIMULASI = +dt*LAJU_6

aux LAJU = (JM_PDD_EX* (1/FPENG_LAHAN)* FRAK_PDD)*FAK_KR GRAPH(TIME,2006,2,[0.89,0.99,0.99,0.94,0.88,0.71,0.4,0.12,0.07,0.05,0.05"Min :0;Max:1"])

aux FAK_KR_1 =

GRAPH(TIME,2006,2,[0.89,0.99,0.99,0.94,0.88,0.71,0.4,0.12,0.07,0.05,0.05"Min :0;Max:1"])

aux FAK_KR_10 =

GRAPH(TIME,2006,2,[0.89,0.99,0.99,0.94,0.88,0.71,0.4,0.12,0.07,0.05,0.05"Min :0;Max:1"])

aux FPENG_LAHAN = (1-LUAS_LAHAN/LAHAN_TERP) aux FRLBHPDTSM10 = STEP(0.1,10)

aux FRLBHPDTSO60 = STEP(0.6,60) aux FRLBHPDTSP5 = STEP(+0.05,5)

aux INSSO60 = LBH_SAPI_EX_5*STEP_SO60 aux INSTR10 = LBH_SAPI_EX_4*STEP_SM10 aux INSTRCAIR50 = LBH_CAIR_10-HSLFRA50 aux INSTRKSO60 = LBH_SAPI_EX_5-FRSO60 aux INSTRS_P5 = LBH_SAPI_EX_3*STEP_SP5_1 aux INSTRSM10 = LBH_SAPI_EX_4-HSLFRSM10 aux INSTRSP5 = LBH_SAPI_EX_3+HSILFRSP5 aux INSTRUK10_1 = LBH_CAIR_9*ISTEP_SM10 aux INSTRUK50 = LBH_CAIR_10*STEP_SO50

aux INSTRUKSM10 = LBH_PADAT_8*FRLBHPDTSM10 aux INSTRUKSM15 = LBH_BABI_EX_4*STTEP_SM15 aux INSTRUKSO_50 = LBH_BABI_EX_5-FRSO50 aux INSTRUKSO60 = LBH_PADAT_9*FRLBHPDTSO60 aux INSTRUKSP15 = LBH_BABI_EX_3*STEP1_SP5 aux INSTRUKSP5 = LBH_PADAT_7*FRLBHPDTSP5 aux INTERSRUK_SP5 = LBH_BABI_EX_3+HASILFRSM15 aux INTERSTRUKSM10 = LBH_PADAT_8-HASILFRAKSM10 aux INTERSTRUKSM10_1 = LBH_CAIR_9-HASILFRAKSM10_1 aux INTERSTRUKSO60 = LBH_PADAT_9-HASILFRAKSO60 aux INTERSTRUKSP5 = LBH_PADAT_7+HASILFRAKSP5 aux INTRK50 = LBH_BABI_EX_5*STEP_SO_50

aux INTSTRUKSM15_1 = LBH_BABI_EX_4-FRSM15 aux INTSTRUKSP5_1 = LBH_CAIR_8+HASILFRAKSP5_1 aux ISSTRUKSP5 = LBH_CAIR_8*STEP_SP5

aux ISTEP_SM10 = STEP(0.1,10)

aux KEB_BANGUNAN = JM_PDD_EX/INDEKSW

aux LAHAN_TERP = KEB_BANGUNAN*LUAS_LHN_TIPA_RMH KEB_BANGUNAN_10*LUAS_LHN_TIPA_RMH_9


(4)

aux LBH_CAIR_1 = JM_PDD_46*FRAK_LBH_CAIR_1 JM_PDD_EX_39*LBH_EKOR/(INDEK_KJA)*FR_KJA aux LBH_KJA_EX_1 =

aux LBH_PADAT_1 = JM_PDD_46*FR_LBH_PADAT_1

aux LBH_PADAT_EX_1 = JM_PDD_AKTUAL*FR_LBH_PADAT_5 aux LBH_TINJA_EX =

JM_PDD_EX_39*INJA_ORG/(INDEKS_PDTY)*FR_TINJAA

(JM_PDD_EX_43)*LBH_TIAP_BABI_4/(INDEKS_BABI_4)*FR_BABI_4 aux LBHBABISM38 =

(JM_PDD_EX_42)*LBH_TIAP_BABI_3/(INDEKS_BABI_3)*FR_BABI_3 aux LBHBABISP46 =

(JM_PDD_EX_41)*LBH_TIAP_BABI_2/(INDEKS_BABI_2)*FR_BABI_2 aux LBHCAIRSM38 = JM_PDD_EX_42*FRAK_LBHCAIR_8

aux LBHCAIRSO33 = JM_PDD_EX_43*FRAK_LBHCAIR_9 aux LBHCAIRSP46 = JM_PDD_EX_41*FRAK_LBHCAIR_7 aux LBHKJASM38 =

JM_PDD_EX_42*LBH_EKOR_3/(INDEK_KJA_3)*FR_KJA_3 aux LBHKJASO33 =

JM_PDD_EX_43*LBH_EKOR_4/(INDEK_KJA_4)*FR_KJA_4 aux LBHKJASP46 =

JM_PDD_EX_41*LBH_EKOR_2/(INDEK_KJA_2)*FR_KJA_2 aux LBHPADATS46 = JM_PDD_EX_41*FR_LBH_PADAT_8 aux LBHPADATSM38 = JM_PDD_EX_42*FR_LBH_PADAT_9 aux LBHPADATSO33 = JM_PDD_EX_43*FR_LBH_PADAT_10 aux LBHSAPISM =

JM_PDD_EX_42*LBH_TIAP_SAPI_3/(INDEK_SAPI_3)*FR_SAPI_3 aux LBHSAPISO33 =

JM_PDD_EX_43*LBH_TIAP_SAPI_4/(INDEK_SAPI_4)*FR_SAPI_4 aux LBHSAPISP46 =

JM_PDD_EX_41*LBH_TIAP_SAPI_2/(INDEK_SAPI_2)*FR_SAPI_2 aux LBHTINJASM38 =

JM_PDD_EX_42*INJA_ORG_3/(INDEKS_PDTY_3)*FR_TINJAA_3 aux LBHTINJASO33 =

JM_PDD_EX_43*INJA_ORG_4/(INDEKS_PDTY_4)*FR_TINJAA_4 aux LBHTINJASP46 =

JM_PDD_EX_41*INJA_ORG_2/(INDEKS_PDTY_2)*FR_TINJAA_2 aux PENC = LBH_CAIR_EXI+LBH_PADAT_EX*FRAK_PENC aux PENC_1 = LBH_CAIR_1+LBH_PADAT_1*FRAK_PENC_1 aux PENC_10 = LBHCAIRSO33+LBHPADATSO33*FRAK_PENC_10 aux PENC_11 = LBH_CAIR_7+LBH_PADAT_6*FRAK_PENC_11 aux PENC_12 = LBH_CAIR_8+LBH_PADAT_7*FRAK_PENC_12 aux PENC_13 = LBH_CAIR_9+LBH_PADAT_8*FRAK_PENC_13 aux PENC_14 = LBH_CAIR_10+LBH_PADAT_9*FRAK_PENC_14 aux PENC_15 = LBH_CAIR_11+LBH_PADAT_10*FRAK_PENC_15 aux PENC_2 = LBH_CAIR_EX+LBH_PADAT_2*FRAK_PENC_2 aux PENC_3 = LBH_CAIR_3+LBH_PADAT_3*FRAK_PENC_3 aux PENC_4 = LBH_CAIR_4+LBH_PADAT_4*FRAK_PENC_4


(5)

aux PENC_5 = LBH_CAIR_2+LBH_PADAT_EX_1*FRAK_PENC_5 aux PENC_6 = LBH_CAIR_5+LBH_PADAT31*FRAK_PENC_6 aux PENC_7 = LBH_CAIR_6+LBH_PADAT_5*FRAK_PENC_7 aux PENC_8 = LBHCAIRSP46+LBHPADATS46*FRAK_PENC_8 aux PENC_9 = LBHCAIRSM38+LBHPADATSM38*FRAK_PENC_9 aux STEP_SM10 = STEP(0.1,10)

aux STEP_SO_50 = STEP(0.5,50) aux STEP_SO50 = STEP(0.5,50) aux STEP_SO60 = STEP(0.6,60) aux STEP_SP5 = STEP(+0.05,5) aux STEP_SP5_1 = STEP(+0.05,5) aux STEP1_SP5 = STEP(0.05,5) aux STTEP_SM15 = STEP(0.15,15) aux TBSP =

LBH_BABI_EX+LBH_CAIR_EX+LBH_KJA_EX+LBH_PADAT_EX+LBH_S API_EX+LBH_TINJA_EX

aux TBSP_1 =

LBH_BABI_EX+LBH_CAIR_EX+LBH_KJA_EX+LBH_PADAT_EX+LBH_S API_EX+LBH_TINJA_EX

aux TBSP_10 =

LBH_BABI_EX_6+LBH_CAIR_EX+LBH_KJA_EX_6+LBH_PADAT_EX+LB H_SAPI_EX_6+LBH_TINJA_EX_6

aux TBSP_2 =

LBH_BABI_EX_1+LBH_CAIR_EX+LBH_KJA_EX_1+LBH_PADAT_EX+LB H_SAPI_EX_1+LBH_TINJA_EX_1

aux TBSP_3 =

LBHBABISP46+LBH_CAIR_EX+LBHKJASP46+LBH_PADAT_EX+LBHSAP ISP46+LBHTINJASP46

aux TBSP_4 =

LBHBABISM38+LBH_CAIR_EX+LBHKJASM38+LBH_PADAT_EX+LBHSA PISM+LBHTINJASM38

aux TBSP_5 =

LBHBABIS033+LBH_CAIR_EX+LBHKJASO33+LBH_PADAT_EX+LBHSAP ISO33+LBHTINJASO33

aux TBSP_6 =

LBH_BABI_EX_2+LBH_CAIR_EX+LBH_KJA_EX_2+LBH_PADAT_EX+LB H_SAPI_EX_2+LBH_TINJA_EX_2

aux TBSP_7 =

LBH_BABI_EX_3+LBH_CAIR_EX+LBH_KJA_EX_3+LBH_PADAT_EX+LB H_SAPI_EX_3+LBH_TINJA_EX_3

aux TBSP_8 =

LBH_BABI_EX_4+LBH_CAIR_EX+LBH_KJA_EX_4+LBH_PADAT_EX+LB H_SAPI_EX_4+LBH_TINJA_EX_4

aux TBSP_9 =

LBH_BABI_EX_5+LBH_CAIR_EX+LBH_KJA_EX_5+LBH_PADAT_EX+LB H_SAPI_EX_5+LBH_TINJA_EX_5


(6)

const FR_KJA = 0.012

const FR_LBH_PADAT = 0.03 const FR_PD = 0.046

const FR_SAPI = 0.02 const FR_TINJAA = 0.02

const FRAK_LBH_CAIR_1 = 0.0198 const FRAK_LBHCAIR = 0.0198 const FRAK_PDD = 0.041

const FRAK_PDD_2 = 0.033 const FRAK_PDD_3 = 0.041 const FRAK_PDD_4 = 0.041 const FRAK_PDD_5 = 0.031 const FRAK_PDK_38 = 0.038 const FRAK_PDK_46 = 0.046 const FRAK_PENC = 0.06 const FRSAPI = 0.02 const FRSO50 = 323.33 const FRSO60 = 1881.66

const HASILFRAKSM10_1 = 130.22 const HASILFRAKSO60 = 1183.84 const HASILFRAKSP5 = 98.65 const HASILFRAKSP5_1 = 65.11 const HASILFRSM15 = 32

const HSILFRSP5 = 156.81 const HSLFRA50 = 651.11 const HSLFRSM10 = 313.61 const INDEK_SAPI = 5 const INDEKS_BABI = 8 const INDEKS_PDTY = 3 const INJA_ORG = 1.141/1000 const LBH_EKOR = 5.25/1000000

const LBH_TIAP_BABI = 4.31*(365/1000) const LBH_TIAP_SAPI = 32.66*(365/1000) const LUAS_LAHAN = 1344.08