Pada saat terjadi IODM, angin pasat di bagian timur Samudera Hindia tropis menjadi lebih kuat dan lama dan menekan intrusi arus katulistiwa sehingga
proses pendinginan lautan Indonesia berlangsung lebih lama. Hal ini menyebabkan upwelling lebih kuat dan lapisan termoklin menjadi lebih dangkal di
barat Sumatera dan selatan Jawa Saji et al., 1999. Hubungan antara SPL dan anomali kedalaman termoklin dapat dijelaskan dengan IODM Qu et al., 2005.
2.4.3 El Nino Southern Oscillation ENSO
Sinyal dominan yang menjelaskan variabilitas iklim saat ini berasal dari daerah ekuatorial Pasifik yang dikenal dengan El Nino-Southern Oscillation
ENSO. The Southern Oscillation merupakan komponen atmosferik yang diukur sebagai perbedaan tekanan atmosferik pada permukaan laut antara Tahiti dan
Darwin dan dilaporkan sebagai The Southern Oscillation Index SOI. Nilai SOI negatif selama periode hangat dan positif selama periode dingin. Komponen EL
Nino merupakan hasil pengukuran anomali suhu permukaan laut SPL di bagian timur dan tengah daerah ekuatorial Pasifik. Anomali SPL positif di region El Nino
3 mengindikasikan periode El Nino dan anomali SPL negatif terjadi selama periode La Nina Brabson, 2008. Perbandingan kondisi normal dan kondisi pada
saat El Nino disajikan secara grafis pada Gambar 5a dan 5b. Lapisan termoklin naik ke atas di bagian timur Samudera Pasifik sebagai
hasil dari upwelling pada kondisi normal. Massa air hangat mengalami adveksi ke arah barat dan menumpuk di kolam massa air bagian barat. Sel sirkulasi Walker
terbentuk di atmosfer sebagai respon terhadap penurunan SPL dan wilayah terbesar terjadinya konveksi terdapat di bagian barat di atas kolam massa air
hangat. Penurunan sel Walker di bagian timur menguatkan angin pasat di bagian timur Samudera Pasifik. Penguatan kondisi normal ini dikenal dengan periode La
Nina atau periode dingin yang disebabkan oleh intensifikasi upwelling massa air dingin di bagian timur Samudera Pasifik.
Pergeseran kolam massa air hangat ke arah tengah Samudera Pasifik mempengaruhi pergeseran konveksi atmosferik pada kondisi El Nino.
Pergeseran sel Walker menyebabkan melemahnya angin pasat di bagian timur dan lapisan termoklin tertekan ke bawah akibat melemahnya angin pasat yang
menggerakkan upwelling. ENSO merupakan contoh variabilitas antar-tahunan yang disebabkan
interaksi atmosfer-lautan di Samudera Pasifik. Menurut Potemra et al. 2003,
ENSO merupakan fenomena anomali angin antara timur dan barat Samudera Pasifik yang menyebabkan perbedaan tinggi muka laut diantara kedua sisi
samudera. Kuantifikasi ENSO dapat dilakukan dengan pengukuran pada saat kejadian, durasi dan kekuatan amplitudonya Trenberth, 1997. Peristiwa El Nino
diawali dengan turunnya tekanan udara di Samudera Pasifik Selatan bagian timur dan bergeser dan pecahnya sirkulasi Walker ke arah timur. Tekanan udara
di atas Indonesia menguat. Massa air permukaan yang hangat yang biasanya ada di bagian barat menyebar ke timur. Bergeraknya massa air permukaan yang
hangat ke timur mengurangi gradien SPL zonal di sepanjang katulistiwa Pasifik. Akibatnya angin pasat makin lemah dan El Nino berkembang.
Fenomena El Nino memiliki dampak signifikan pada iklim lokal, regional dan global. Perubahan pola presipitasi dan produkfitas di laut merupakan salah
satu implikasinya secara sosial ekonomi. Oleh karena pertimbangan- pertimbangan tersebut, studi tentang dinamika El Nino, komponen yang
menggerakkannya, dampaknya terhadap iklim dan pola variabilitasnya menjadi sangat penting dipelajar Brabson, 2008.
Salah satu parameter untuk menunjukkan fase El Nino atau La Nina adalah Southern Oscillation Index SOI. SOI adalah suatu indeks perbedaan
tekanan udara permukaan laut antara Darwin dan Tahiti yang kemudian dinormalkan dengan standar deviasi Trenberth, 1997. Beberapa penelitian
penting tentang feomena ENSO dan dampaknya terhadap karakteristik dan dinamika perairan di barat Sumatera dan selatan Jawa telah dilakukan Sprintall
et al., 1999; Sprintall et al., 2003; Susanto et al., 2001; Susanto dan Marra, 2005; Gordon et al., 2003; Gordon dan McClean, 1998; Susanto et al., 2007.
Gambar 5a Proses interaksi atmosfer-lautan di Samudera Pasifik tropis pada kondisi normal.
Gambar 5b Proses interaksi atmosfer-lautan di Samudera Pasifik tropis pada kondisi El Nino.
Australia Amerika
Selatan Termoklin
Massa air hangat bergeser ke arah
timur ke bagian tengah Samudera
Pasifik
Kondisi El Nino
Garis termoklin tertekan lebih dalam di bagian timur Samudera
Pasifik disebabkan pelemahan Sirkulasi Walker dan adveksi
massa air hangat yang berasal dari bagian barat
Konveksi bergeser ke arah timur ke tengah
Samudera Pasifik Angin pasat melemah
Australia Amerika
Selatan Sirkulasi Walker
Termoklin
Massa air hangat tertumpuk di
bagian barat
Kondisi Normal
Angin pasat yang kuat menyebabkan upwelling
massa air dingin di sepanjang pantai
Konveksi terjadi di atas kolam air hangat
warm water pool Sel Walker yang turun di
bagian timur menguatkan angin pasat dan upwelling
3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian