Grup Landform Marin M

Tabel 16. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim pada Landform K.3 BI+U Iklim Order Suborder Great Grup Subgrup cT C Vertisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts Mollisol Ustoll Argiustoll Lithic Argiustolls Haplustoll Lithic Haplustolls Typic Haplustolls Vertisol. Kedua order tersebut mempunyai kesamaan pada kategori suborder yaitu munculnya regim kelembaban ustic pada kategori suborder. Dari nama klasifikasi tanah pembentuk subgroup, dapat diperkirakan bahwa tanah yang dijumpai pada landform ini mempunyai kedalaman solum yang beragam. Terbukti dengan munculnya nama Lithic dan Typic sebagai unsur pembentuk subgroup. Hal ini menggambarkan bahwa tanah pada daerah tersebut ada yang memiliki solum dangkal dan ada juga yang memiliki solum yang dalam, sehingga untuk kedalaman solum ini sulit untuk diprediksi. Adanya keragaman tersebut diduga terjadi akibat proses pelarutan pada bahan induk kapur. Semakin murni bahan induk kapur maka semakin tipis solum tanah yang dapat terbentuk begitu pula sebaliknya. Tanah-tanah yang dijumpai pada landform K.3 ini umumnya sangat dipengaruhi oleh bahan induk batu gamping Vertisol Mollisol. Sehingga tanah yang muncul mempunyai pH yang basa akibat adanya pengaruh kandungan Ca tinggi yang terdapat dalam bahan induk batu gamping Tabel 16. Delineasi landform ke dalam landform K.3 masih belum dapat mendelineasi satuan tanah yang terdapat dalam satuan landform K.3. Walaupun dari segi bahan induk dan iklim sudah homogen, diduga faktor relief lerenglah yang mengakibatkan masih tetap dijumpainya klasifikasi tanah yang beragam pada landform ini.

4.2.4. Grup Landform Marin M

Landform marin adalah landform yang terbentuk oleh proses marin, baik proses yang bersifat konstruktif pengendapan maupun destruktif abrasi. Daerah yang terpengaruh air permukaan yang bersifat asin secara langsung ataupun bersifat pasang surut tergolong dalam landform marin Marsoedi et al., 1997. Tabel 17. Sebaran landform M.22 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya Data Site Tebal avr clay Avr pH Avr C Avr KTK Avr KTK liat Avr KB lokasi ID Iklim Bi+umur Subgrup Relief m dpl Solum A B AB A B A B A B A B A B Jabar AY 010 A fK Typic Endoaquents n 2 15 74,00 6,00 8,54 46,32 62,59 364,00 Jabar AY 062 A fK Typic Endoaquents n 4 18 79,00 6,50 8,30 48,74 61,70 204,00 Jabar SY 022 B fK Typic Endoaquents n 1 15 41,00 7,00 6,97 41,57 101,39 389,00 Oesao AK 024 C fK Aeric Endoaquepts n 3 160 45,00 57,25 0,79 7,80 8,05 1,02 0,85 39,21 43,08 87,13 76,92 100,00 100,00 Oesao AK 035 C fK Aeric Endoaquepts n 1 87 30,00 69,67 0,43 8,20 8,27 0,92 1,22 37,67 40,64 125,57 58,46 100,00 100,00 Oesao BP 048 C fK Aeric Endoaquepts n 1 100 52,20 59,95 0,87 8,20 8,35 1,26 1,19 37,09 39,07 71,05 83,32 100,00 100,00 Jabar AY 040 C fK Sulfic Endoaquents n 3 20 71,00 6,00 13,49 45,95 64,72 290,00 Oesao BP 042 C fK Typic Endoaquents n 1 20 72,00 8,30 1,66 40,94 56,86 100,00 Besi CB 127 C fK Typic Endoaquepts n 10 100 42,00 46,67 0,90 7,70 7,90 2,25 1,20 28,80 29,66 68,57 63,67 221,00 195,00 Besi AK 052 C fK Typic Fluvaquents n 1 15 27,00 7,20 4,48 26,03 96,41 333,00 Kolom A dan B menunjukkan jenis horison horison A dan horison B Kolom AB menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B Terdapat 9 unit landform yang termasuk dalam landform Marin Tabel 4. Dari 9 unit landform tersebut landform dengan pedon pewakil terbanyak pada unit landform marin adalah landform M.2.2 dengan pedon sebanyak 10 pedon. Atas dasar tersebut, subgrup landform M.2.2 menjadi contoh studi kasus gambaran tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik dan klasifikasi tanah pada grup landform marin. Landform M.2.2 adalah landform untuk dataran pasang surut lumpur. Dataran pasang surut lumpur adalah wilayah pesisir yang terdiri dari bahan berlumpur dan dipengaruhi pasang surut air laut Marsoedi et al., 1997. Tabel 17, menunjukkan sebaran landform M.2.2 beserta karakteristik tanah di dalamnya yang dijumpai pada 3 lokasi survei LREPP II yaitu Karawang Jabar, Besikama, dan Oesao NTT. Landform M.2.2 ini tersebar pada lokasi-lokasi yang beriklim tipe A CH≥2000 mmth, tipe B CH≥1500-2000 mmth dan tipe C CH1500 mmth, dengan satu bahan induk penyusun tanah yang dijumpai. Nilai KB tanah-tanah yang dijumpai pada landform ini memiliki nilai KB yang tergolong sangat tinggi 100. Klasifikasi tanah pada landform ini, tingkat keragamannya masih tinggi. Keragaman klasifikasi tanah tidak hanya terjadi pada tingkat subgrup dalam order yang sama, keberagaman tanah pada order yang berbeda pun masih dijumpai pada Landform ini. Selanjutnya dilakukan pengelompokan klasifikasi tanah berdasarkan bahan induk dan iklim yang sama pada landform ini Tabel 18. Setelah dikelompokan berdasarkan kategori taksonomi, diketahui bahwa pada landform M.2.2 yang telah dipisahkan berdasarkan bahan induk dan iklimnya masih dijumpai tanah dengan klasifikasi yang sangat berbeda. Tabel 18. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim pada Landform M.22 BI+U Iklim Order Suborder Great Grup Subgrup fK A Entisol Aquent Endoaquent Typic Endoaquents B Entisol Aquent Endoaquent Typic Endoaquents C Inceptisol Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts Typic Endoaquepts Entisol Aquent Endoaquent Sulfic Endoaquents Typic Endoaquents Fluvaquent Typic Fluvaquents Gambar 14. Sebaran landform M.2.2 daerah Karawang – Jabar Gambar 15. Sebaran pedon tanah pada landform M.2.2 Karawang – Jabar Kotak Merah Gambar 14 memperlihatkan sebaran landform M.2.2 di daerah Karawang. Sebaran pedon tanah pewakil yang terdapat pada landform ini terpusat di bagian utara daerah Karawang kotak merah. Dari kotak tersebut, terlihat beberapa pedon yang menggerombol Gambar 15. Berdasarkan klasifikasinya, tanah yang terdapat pada wilayah tersebut didominasi oleh order Entisol dengan greatgroup Endoaquent, walaupun pada tingkat subgroup masih terlihat beragam Tabel 19. Tabel 19. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di M.2.2 Karawang - Jabar Pedon Order Subgrup Kode AY 062 Entisol Typic Endoaquents AY 040 Entisol Sulfic Endoaquents SY 022 Entisol Typic Endoaquents Tanda yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama Tabel 19 menunjukkan keragaman tanah pada kategori subgroup yang tergolong tanah dengan tahap perkembangan baru Entisol. Pedon AY 062 dengan pedon AY 040 yang letaknya berdekatan memiliki perbedaan unsur pembentuk pada kategori subgroup. Pedon AY 062 memiliki subgrup Typic Endoaquents sedangkan pedon AY 040 memiliki subgroup Sulfic Endoaquents. Berdasarkan prinsip SPT dalam kasus ini, penentuan SPT masih bisa ditelusuri batas-batasnya. Hal ini karena jarak antara satu titik pengamatan dengan pengamatan yang lainnya saling berjauhan sehingga masih bisa ditelusuri batas- batasnya dengan menambah jumlah titik pengamatan. Secara umum tanah yang dijumpai pada daerah ini sangat dipengaruhi oleh air, terbukti dengan munculnya regim kelembaban aquic sebagai unsur pembentuk klasifikasi pada kategori suborder. Selain daerah Karawang, sebaran landform M.2.2 juga dijumpai di daerah Oesao NTT. Gambar 15 memperlihatkan sebaran landform M.2.2 di daerah Oesao yang terpusat di bagian barat Oesao. Sebaran landform M.2.2 di daerah ini tidak begitu luas, sehingga pedon yang dijumpai jumlahnya sedikit. Sebaran pedon pada kotak pengamatan kotak merah tersusun atas 4 pedon pewakil yang dijumpai Gambar 16. Letak keempat pedon tersebut berada pada satu poligon dan jarak antara satu pedon dengan pedon lainnya saling berjauhan. Gambar 16. Sebaran landform M.2.2 daerah Oesao – NTT Gambar 17. Sebaran landform M.2.2 daerah Oesao – NTT Kotak Pengamatan Tabel 20. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform M.2.2 Oesao - NTT Pedon Order Subgrup Kode BP 042 Entisol Typic Endoaquents BP 048 Inceptisol Aeric Endoaquepts AK 024 Inceptisol Aeric Endoaquepts AK 035 Inceptisol Aeric Endoaquepts Tanda yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama Tabel 20 memperlihatkan bahwa hampir seluruh klasifikasi tanah yang dijumpai pada daerah Oesao sebelah barat didominasi oleh order Inceptisol. Selain order Inceptisol terdapat juga satu pedon dengan order Entisol BP 042. Keragaman pada tingkat order masih terjadi, pedon BP 042 yang memiliki order Entisol letaknya tidak jauh dari pedon BP 048 yang memiliki order Inceptisol. Dari kondisi lingkungannya dapat diperkirakan bahwa klasifikasi tanah yang dijumpai di daerah ini sangat dipengaruhi oleh air, hal ini ditandai dengan munculnya regim kelembaban aquic pada unsur pembentuk suborder baik pada order Inceptisol maupun Entisol. Pedon dengan dengan order Inceptisol mempunyai kategori subgroup tanah yang homogen yaitu Aeric Endoaquepts. Dengan komposisi pedon seperti diperjelas pada Gambar 19 maka pedon Typic Endoaquents yang dijumpai pada daerah ini belum dapat dianggap sebagai tanah inklusi pada landform tersebut karena berdasarkan prinsip SPT jumlah pengamatannya masih belum memenuhi syarat untuk menentukan jenis SPT.

4.2.5. Grup Landform Tektonik dan Strultural T