gereja akan tetapi upacara MangadatiAdat Nagok belum dilaksanakan. Sedangkan upacara adat pernikahan adalah upacara adat yang dilaksanakan secara
keseluruhan, mulai dari tahap awal hingga akhir. Dalam upacara pernikahan itu ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan. Adapun tahap-tahap upacara
parnikahan seperti, Marhusip, Marhata sinamot Marsukkun utang, Martoggo raja, Martumpol, Mangadatiacara puncak, Maningkir tangga.
Upacara Pasahat Sulang Pahompu Pesta Pernikahan Adat yang tertunda sifatnya hampir sama dengan acara adat “Marunjuk” yaitu mengukuhkan
pernikahan secara adat Batak atas mempelai seperti pesta Marunjuk. Bedanya, pesta marunjuj harus melewati beberapa tahapan adat yang cukup panjang,
sedangkan yang mangadati hanya menjalani beberapa tahapan adat berskala kecil.https:id-id.facebook Pasahat sualang-sulang pahompu Batak Shop.com
Yang dimaksut berskala kecil contohnya adalah ”acara doa syukur menyambut pengantin” yang biasanya dilanjutkan dengan acara manuruk-nuruk atau
“permintaan maaf” kepada keluarga istri karena putrinya sudah dibawa kawin lari tanpa prosedur adat. Orang dahulu menyebutnya “patuduhon natinangko” atau
memperlihatkan hasil curian dengan membawa kurban adat oleh rombongan keluargan pengantin.https:id-id.facebook Pasahat Sualang-sulang Pahompu
Batak Shop.com
2.2 Teori yang Digunakan
Secara etimologi, teori berasal dari bahasa yunani theoria yang berarti kebetulan alam atau realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah
Universitas Sumatera Utara
teruji keterandalannya, yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian.
Subagyo 1991:20, mendefinisikan bahwa teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematika dalam gejala sosial maupun nature yang
ingin diteliti. Teori merupakan abstraks dari pengertian tau hubungan dari proposisi atau dalil. Ada pendapat lain, FN Kerlinger dalam bukunya
Foundations of Behavioral Research 1993 teori adalah sebuah set konsep atau contruct yang hubungan satu dengan yang lainnya, suatu set dari proposisi yang
mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena. Teori merupakan landasan fundamental sebagai argumentasi dasar untuk
menjelaskan atau memberi jawaban terhadap masalah yang digarap, dengan landasan teori ini maka segala masalah yang timbul dalam skripsiini akan
terjawab. Penulis menggunakan teori semiotik dalam penulisan skripsi ini. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda.
Morris 1946:3, mendefinisikan semiotik adalah ilmu mengenai tanda, baik itu bersifat manusiawi maupun hewani, berhubungan dengan suatu bahasa
tertentu atau tidak mengandung unsur kebenaran atau kekeliruan, bersifat sesuai atau tidak sesuai, bersifat wajar atau mengandung unsur yang dibuat-buat.
Saussure 1916:2, mengatakan kita dapat menerima suatu ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam kehidupan sosial. Kehidupan sosial tersebut
Universitas Sumatera Utara
merupakan bagian dari psikologi sosial dan sebagai akibat dari psikologi umum, yang kemudian kita sebut sebagai semiologi. Semiologi mengajarkan kita suatu
tanda terdiri dari apa saja dan kaidah-kaidah apa yang mengaturnya. Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda van Zoest, 1993:1.
Menurut Peirce 1958:1, tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan
lain-lain. Hal yang dapat menjadi tanda bukan hanya bahasa, melainkan berbagai hal yang dapat melingkupi kehidupan di sekitar kita. Tanda dapat berupa bentuk
tulisan, karya seni, sastra, lukisan, dan patung. Sudjiman 1983:3, mengatakan semiotika mulanya dari konsep tanda,
istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani semion yang berarti tanda-tanda terdapat dimana-mana, kata adalah tanda, demikian juga gerak, isyarat, bendera,
dan sebagainya. Menurut Danesi dan Perron 1996: 68-70 dalam buku Benny H. Hoed
yang berjudul Semiotik Dinamika Sosial Budaya mengatakan bahwa penelitian semiotik mencakup tiga ranah yang berkaitan dengan apa yang diserap manusia
dari lingkungannya the world, yakni yang bersangkutan dengan “tubuh”-nya, “pikiran”-nya, dan “kebudayaan”-nya. Semisis pada dasarnya menyangkut segi
“tubuh” fisik, setidak tidaknya pada tahap awal. Kemudianmelalui representasi berkembang kegiatan di dalam “pikiran” dan selanjutnya, bila dilakukan dalam
Universitas Sumatera Utara
rangka kehidupan sosial, menjadi sesuatu yang hidup dalam “kebudayaan” sebagai signifying order. Dari sini, kita akan memahami bahwa ada hubungan
yang erat antara “semiosis”, “representasi”, dan “signifying order”, yakni antara kemampuan sejak lahir manusia untuk memproduksi dan memahami tanda
semiosis, kegiatan dalam kognisi manusia untuk mengaitkan representamen dengan pengetahuan dan pengalamannyarepresentasi, serta sistem tanda yang
hidup dan diketahui bersama kebudayaan masyarakatnya signifying order. Ketiga ranah tersebut sejajar dengan teori Peirce tentang proses
representasi dan representamen. Representasi tanda menyangkut hubungan antara representamen dan objeknya. Dalam teori semiotik Peirce, representasi tanda tidak
sama kadarnya. Pada tahap awal, tanda baru hanya dilihat sifatnya saja-yakni bahwa itu adalah tanda-dan disebut “qualisign”. Pandangan Danesi dan Perron ini
bersangkutan dengan “tubuh” atau “sesiosis dasar”. Kemudian pada tahap yang lebih lanjut, representasi tanda sudah berlaku untuk tempat dan waktu tertentu,
misalnya, menunjukkan sesuatu dengan jari: disini, disana yang disebut “singular sign”. Dalam pandangan Danesi dan Perron ini sudah berkaitan
dengan “pikiran” manusia. Akhirnya sejumlah tanda berfungsi berdasarkan konvensi dalam suatu masyarakat yang disebut dengan “legisign”. Yang terakhir
ini disebut oleh Danesi dan Perron sebagai “the signifiying order”. Proses pemaknaan standa sudah berlaku secara sosial.
Dalam melihat kebudayaan sebagai signifiying order, kita dapat membedakan empat faktor yang berkaitan satu sama lain dan perlu diperhatikan,
yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Jenis tanda ikon, indeks, dan lambang; 2. Jenis sistem tanda bahasa, musik, gerakan tubuh, dan lukisan;
3. Jenis teks percakapan, grafik, lagulirik, komik, dan lukisan, dan 4. Jenis kontekssituasi yang mempengaruhi makna tanda psikologis, sosial,
historis, dan kultural. Jenis- jenis Tanda
Ditinjau dari relasinya, Charles Sanders Pierce dalam buku Benny H. Hoed 2011:24 membedakan tanda sebagai berikut :
1. Ikon icon, adalah tanda yang ada sedemikian rupa sebagai kemungkinan,
tanpatergantung pada adanya sebuah denotatum penanda, tetapi dapat dikaitkan dengannya atas dasar suatu persamaan yang secara potensial
dimilikinya. Definisi ini mengimplikasikan bahwa segala sesuatu merupakan ikon, karena semua yang ada dalam kenyataan dapat dikaitkan dengan suatu
yang lain. Sehinga dapat dipahami ikon juga merupakan tanda yang menyerupai objek benda yang diwakilinya atau tanda yang menggunakan
kesamaan ciri-ciri yang sama dengan yang dimaksudkan. 2.
Indeks index, adalah sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya tergantung dari adanya sebuah denotatum penanda. Dengan kata lain tanda
yang sifatnya tergantung pada keberadaan suatu penanda. Tanda ini memiliki kaitan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya.
Universitas Sumatera Utara
3. Simbol Lambang symbol, adalah tanda dimana hubungan antara tanda
dengan denotatum penanda ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau kesepakatan bersama konvensi. Tanda bahasa dan matematika
merupakan contoh simbol. Simbol juga dapat menggambarkan suatu ide abstrak dimana tidak ada kemiripan antara bentuk tanda
dan arti.httpgoogleweblight.2014.catatadkv.blogshop.com
Kajian ini dilihat berdasarkan penandaan dan pemaknaan di mana penandaan konsep Charles Sanders Pierce dikaji lewat jenis ikon, indeks, dan
simbol. Sedangkan berdasarkan konsep Roland Barthes, pemaknaan tanda yang dikaji dengan menggunakan :
1.Makna Denotatif Kata denotatif berasal dari kata denotasi denostation yang berarti tanda,
petunjuk atau menunjukkan ataupun artimakna yang langsung dari suatu tanda, yang telah disepakati bersama atau sudah menjadi pengertian yang sama. Dalam
kaitannya dengan penelitian ini, tanda yang dimaksud adalah tanda-tanda visual, baik yang non-verbal garis, bidang, warna, tekstur, dan lain-lain, maupun
bersifat verbal atau sudah berwujud menggambarkan manusia, binatang, dan bentuk representatif lainnya.
2. Makna Konotatif Kata konotatif berasal dari kata konotasi connotation yang berarti
pengertian tambahan atau arti kedua yang tersirat diluar arti denotatif tadi. Serta konotasi adalah merupakan istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca subjek serta nilai-nilai
dari kebudayaannya.httpgoogleweblight.2014.arifbudi.lecture.ub.ac.id Berdasarkan
skripsi ini, maka teori yang digunakan untuk mengkajiUpacara Sulang-sulang pahompu pada masyarakat Batak Toba adalah
teori semiotika.Saussure 1974:1 mengatakan bahwa tanda memiliki tiga aspek yaitu :
1. Aspek itu sendiri 2. Aspek material dan tanda. Aspek material ini dapat berupa bunyi, tautan huruf
menjadi kata, gambar warna dan atribut-atribut lainnya ini disebut dengan signifier
3. Konsep ini sangat berperan dalam mengkontruksikan makna suatu denotataum atau objek yang disebut dengan signified.
Tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Yang dapat menjadi
tanda bukan hanya bahasa, melainkan berbagai hal yang dapat melingkupi kehidupan sehari-hari kita. Tanda dapat berupa bentuk tulisan, karya seni, sastra,
lukisan dan patung. Berdasarkan objeknya Pierce merumuskan suatu tanda selalu merujuk
pada suatu acuan. Setiap tanda selalu memiliki fungsi dan memiliki makna yang sesuai dengan tanda itu sediri.
Universitas Sumatera Utara
Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta menyebutkan simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan
sebagainya yang menyatakan sesuatau hal, atau mengandung maksud tertentu. Misalnya, warna putih melambangkan kesucian, warna merah melambangkan
keberanian, dan padi melambangkan kemakmuran. Dengan demikian, dalam konsep Pierce simbol diartikan sebagai tanda
yang mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan petanda yang sifatnya
konvensional. Berdasarkan konvensi itu pula masyarakat pemakainya dapat menafsirkan ciri dan hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan
menafsirkan maknanya. Pierce juga membagi klasifikasi simbol menjadi tiga jenis yaitu:
1. Rhematic symbol atau Symbolik rheme 2. Dicent symbol atau proposition proposisi
3. Argumen
1. Rhematic symbol atau Symbolic rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan
objeknya melalui asosiasi nilai umum. Misalnya, di jalan kita melihat lampu merah lantas kita katakan berhenti. Mengapa kita katakan demikian, ini terjadi
karena adanya asosiasi dengan benda yang kita lihat.
Universitas Sumatera Utara
2. Dicent symbol atau proposition proposisi adalah tanda yang langsung
menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang mengatakan “Pergi” penafsiran kita langsung berasosiasi pada otak dan serta
merta kita pergi. Padahal dari ungkapan tersebut yang kita kenal hanya kata. Kata-kata yang kita gunakan membentuk kalimat, semuanya adalah proposisi
yang mengandung makna yang berasosiasi dalam otak. Otak secara otomatis dan cepat menafsirkan proposisi itu dan seseorang segera dapat menitipkan
pilihan atau sikap. 3.
Argumen yakni tanda yang merupakan kesamaan seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu.httpgoogleweblight.2014klasifikasi symbol blog
shop.com Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teori semiotik yang
dikemukakan oleh Peirce. Di mana setiap tanda memiliki makna yang bersifat arbitrer atau mana suka.Sesuai dengan teori di atas masyarakat Batak Toba juga
memberi makna pada setiap tanda bersifat arbitrer. Artinya mereka menentukan makna dari sebuah tanda sesuai dengan situasi dan apa yang ingin mereka
utarakan yang sesuai dengan adat istiadatnya. Masyarakat Batak Toba menyesuaikannya dengan bentuk dan kebiasaan mereka sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah