2. Jurgen Trabaut 1996 yang berjudul Elemente Der Semiotik, dalam buku ini memaparkan pengertian ilmu Semiotika dan juga menjelaskan beberapa teori
tentang suatu tanda dalam ilmu Semiotik. 3. Tarigan Girson, skripsi 2012 upacara adat cawir metua pada masyarakat
Batak Karo di Kabupaten Langkat : Kajian Semiotik. Skripsi ini membahas tentang Upacara adat cawir metua, makna dang fungsi yang terkandung
dalam upacara adat tersebut.
2.1.1 Pengertian Semiotika
Semiotika yang diperbincangkan sejak era filsafat Yunani, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, semeion yang artinya tanda
. Secara
terminologis, menurut Eco, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh
kebudayaan sebagai tanda. Pakar lainnya juga memberikan definisi untuk istilah semiotika atau semiologi. Dalam definisi Saussure, semiologi adalah sebuah ilmu
yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat. Dengan demikian, tanda dalam kajian semiotika dapat diartikan secara luas, baik itu yang dapat
ditangkap oleh panca indera, maupun tanda yang sifatnya meta dan mempengaruhi dalam kehidupan sosial.
Semiotika baru berkembang sejak awal abad ke-20, meskipun pada awal abad ke-18 dan ke-19 sudah banyak ahli teks khususnya Jerman yang berusaha
mengurai berbagai masalah yang berkaitan dengan tanda. Untuk dapat memahami semiotika, maka perlu diketahui konsep semiotic menurut beberapa tokoh
Universitas Sumatera Utara
semiotika terkemuka, yaitu para semiotisan seperti Ferdinand de Saussure 1857- 1913 di Swiss dan Charles Sanders Peirce 1834-1914 di Amerika Serikat.
Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa yunani yaitu semion yang berarti tanda. Jadi, jika dilihat dari kata asalnya maka semiotik adalah ilmu yang
mempelajari tentang tanda. Ilmu ini menganggap bahwa masyarakat dan kebudayaan adalah tanda yang mempunyai arti.
Pokok perhatian semioik adalah tanda. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang memiliki ciri khusus yang penting. Pertama tanda harus dapat
diamati, dalam arti tanda itu harus dapat ditangkap. Kedua, tanda harus menunjuk pada sesuatu yang lain. Artinya bisa menggantikan, mewakili, dan menyajikan.
De Saussure dalam buku Benny H. Hoed 2011:3 menjelaskan menggunakan istilah signifiant signifier, ing,; penanda ,ind. untuk segi bentuk
tanda, dan signifie signified, ing,; petanda, ind. untuk segi maknanya. Semiotik memiliki dua aspek, yaitu penanda signfier dan petanda signified. Penanda
adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda itu sendiri yaitu artinya.
2.1.2 Pengertian Upacara Adat Sulang-sulang Pahompu