BAB 5 PEMBAHASAN
Subjek pada penelitian ini adalah pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU yang berusia antara 18-60 tahun. Indeks Lobene Stein digunakan untuk melihat
intensitas dan perluasan stein gigi pada pasien perokok di Instalasi Periodonsia RSGM USU. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh
usia dan higiena oral pada pasien perokok terhadap pembentukan stein gigi. Tabel 1 menunjukkan bahwa subjek dengan kelompok usia kurang dari 30
tahun merupakan jumlah subjek terbanyak dibanding dengan kelompok lainnya, hal ini disebabkan individu pada usia tersebut banyak dipengaruhi oleh lingkungan
seperti ketika individu tersebut bergaul dengan teman-teman yang merokok biasanya lebih mudah terpengaruh. Hal ini sejalan dengan penelitian Sreedevi dkk, dimana
sebagian besar perokok berada pada kelompok usia antara 25-30 tahun.
26
Data kebiasaan higiena oral dan perawatan gigi ditunjukkan pada tabel 2 dimana data ini terdiri dari frekuensi menyikat gigi dan kunjungan ke dokter gigi.
Berdasarkan data frekuensi menyikat gigi, sebagian besar subjek menyikat gigi sebanyak 2 kali sehari yaitu 45 orang 75. Frekuensi menyikat gigi sangat
berpengaruh terhadap higiena oral. Menurut Harpreet dkk, subjek yang menyikat gigi dengan frekuensi menyikat gigi dua kali sehari menunjukkan plak gigi yang lebih
sedikit dibandingkan dengan menyikat gigi sekali sehari.
37
Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Laxman dkk menyatakan bahwa
perokok memiliki plak yang lebih tinggi dibanding bukan perokok dan memiliki kecenderungan peningkatan deposit plak dengan semakin meningkatnya konsumsi
jumlah rokok.
32
Berdasarkan data riwayat dental terlihat bahwa sebagian besar subjek yaitu 26 orang 43,3 melakukan kunjungan ke dokter gigi setiap satu tahun sekali.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan p 0,05 antara perokok ringan, sedang dan berat dengan pembentukan stein yang diukur berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
indeks Lobene Stein. Sebanyak 60 subjek penelitian yang diteliti terdiri dari perokok ringan dan perokok sedang sebanyak 19 orang 31,7, perokok berat sebanyak 22
orang 36,7. Indeks Lobene Stein terdiri dari intensitas dan perluasan stein. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sebanyak 14 orang 23,3 perokok berat
memiliki intensitas stein berat dan 14 orang 23,3 memiliki perluasan stein 23 permukaan gigi. Hal ini sejalan dengan penelitian Bertoldo dkk yang menyatakan
bahwa terjadi perubahan warna pada email gigi akibat paparan asap rokok secara signifikan. Hal ini disebabkan asap yang dihasilkan dari pembakaran rokok
mengandung amonia, karbon monoksida, arsenik dan berbagai bahan kimia berpenetrasi ke permukaan gigi dan menyebabkan permukaan menjadi kasar.
1
Permukaan yang kasar akibat stein rokok mempermudah perlekatan plak bakteri sehingga lama kelamaan akan terbentuk kalkulus.
Menurut Sulieman cited Bertoldo intensitas stein sangat berpengaruh pada durasi, jumlah dan jenis rokok.
34
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar perokok berat memiliki stein gigi yang berat. Hal ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Alkhatib dkk. Menurut Alkhatib, intensitas stein tertinggi terdapat pada perokok sedang dan berat dan perokok memiliki prevelansi yang lebih tinggi terhadap
pembentukan stein dibandingkan dengan yang bukan perokok.
7
Menurut Harpreet dkk, pada perokok kandungan asap rokok seperti tar mengakibatkan stein gigi.
37
Cynthia dkk menunjukkan bahwa stein gigi sering terjadi dari margin gingiva ke tepi insisal gigi, daerah mandibula yaitu pada daerah servikal dan lingual.
10
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini, dimana terjadi perluasan stein 23 permukaan gigi di
lingual dan palatal akibat kontak langsung dengan tembakau atau pun nikotin yang bercampur dengan asap rokok sehingga nikotin dapat berpenetrasi pada setiap sudut
dan celah gigi yang mengakibatkan pembentukan stein pada permukaan lingual dan palatal terutama pada perokok berat.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan hasil uji statistik yang signifikan p0,05 antara perokok ringan, sedang, dan berat dengan keparahan
penyakit periodontal berdasarkan Indeks Periodontal Russell karena indeks ini dapat menilai kondisi keparahan periodontal pada seluruh gigi yang ada pada subjek
Universitas Sumatera Utara
penelitian. Peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi memperparah kondisi rongga mulut termasuk pembentukan stein pada pasien perokok yang menderita gingivitis
dan periodontitis. Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa 16 orang 26,7 adalah
perokok ringan dengan gingivitis ringan, sebanyak 8 orang 13,3 adalah perokok sedang yang menderita gingivitis disertai dengan pembentukan poket periodontal.
Sebagian besar perokok berat yang berjumlah 14 orang 23,3 mengalami gingivitis disertai dengan poket periodontal. Hal ini sesuai dengan penelitian Johnson dkk, yang
menyatakan bahwa perokok memiliki kecenderungan 4 kali menderita periodontitis. Hal ini berkaitan dengan lemahnya mekanisme pertahanan tubuh para perokok
sehingga lebih rentan terhadap penyakit periodontal.
27
Macgregor cited Pejcic menyatakan bahwa terjadi peningkatan penumpukan plak pada perokok secara
signifikan dibandingkan dengan bukan perokok. Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Feldman yang menyatakan bahwa perokok memiliki deposit plak
yang lebih rendah dibandingkan yang bukan perokok.
2
Harpreet dkk, menyatakan bahwa perokok yang mengkonsumsi jumlah rokok melebihi 10 atau 20 batang per hari memiliki peningkatan kedalaman poket
periodontal dan kehilangan tulang secara signifikan bila dibandingkan dengan bukan perokok.
37
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada perokok ringan tidak menderita periodontitis, hal ini terjadi karena perokok ringan masih memiliki pertahanan tubuh
yang kuat dimana sel-sel inflamasi akan merespon terhadap serangan bakteri. Respon pejamu berperan penting dalam berbagai bentuk penyakit periodontal. Perkembangan
penyakit periodontal tergantung pada interaksi antara mikroorganisme dengan respon pejamu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wouters yang menunjukkan
bahwa pada perokok ringan tidak mengalami periodontitis.
5
Harpreet dkk menyatakan tar dalam asap rokok memperbesar peluang terjadinya gingivitis, hal ini disebabkan oleh plak bakteri dan faktor lain yang dapat
menyebabkan akumulasi plak disekitar gingiva. Tar dapat mengendap pada permukaan gigi sehingga permukaannya menjadi kasar, mempermudah perlekatan
plak dan tar sehingga mengakibatkan pembentukan stein.
37
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN