2.2 Klasifikasi Trauma
Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan akibat trauma gigi anterior. Klasifikasi trauma gigi yang telah diterima secara luas adalah klasifikasi
menurut Ellis dan Davey 1970 dan klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization WHO
dalam Application of International Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology.
2,5
Trauma pada gigi telah diklasifikasikan oleh berbagai faktor seperti etiologi, anatomi, patologi dan pertimbangan perawatan.
Beberapa klasifikasi dari peneliti pada trauma gigi dapat dilihat pada tabel 4.
5
Tabel 4. Klasifikasi trauma gigi dari beberapa peneliti
5
Tahun Peneliti
1936 1944
1946
1955 1956
1961
1963 1968
1970 1970
1978 1978
1981
1981 Braurer mengklasifikasikan fraktur pada gigi anterior
Adams membagi trauma pada gigi sulung menjadi 6 kelas Hogeborn mengklasifikasikan fraktur pada gigi insisivus sesuai dengan
tingkat keretakannya Sweet mengklasifikasikan gigi anterior
Rabonowitch mengklasifikasikan trauma gigi sulung Ellis mengklasifikasi fraktur pada gigi anterior ke dalam 6 kelompok : 1
fraktur enamel; 2 fraktur dentin; 3 fraktur mahkota di sertai pulpa; 4 fraktur akar; 5 luksasi gigi; 6 intrusi gigi
Bennet mengklasifikasikan pada gigi anterior Garcia-Godoy mengklasifikasikan untuk trauma pada gigi sulung dan gigi
permanen Ellis dan Davey modifikasi Ellis mengklasifikasikan fraktur pada gigi
anterior Hargreaves and Craig memodifikasi dari klasifikasi Ellis dan Davey
Silvestri dan Singh mengklasifikasikan fraktur pada gigi posterior WHO
mengklasifikasikan bagian mulut yang luka dengan pemakaian nomor kode baik pada gigi sulung maupun pada gigi permanen
Andreasen memodifikasi dari WHO mengklasifikasikan dengan menyertakan istilah yang tidak tepat Uncomplicated Complicated crown-
root fracture
dan konkusi, subluksasi Johnson mengklasifikasikan cedera trauma pada gigi anterior
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization WHO dalam Application of International Classification of Diseases to Dentistry and
Stomatology dengan pemberian kode diterapkan baik gigi sulung dan gigi permanen.
Klasifikasi klinis trauma gigi menurut WHO pada kedokteran gigi dan stomatologi dibagi menjadi empat kategori yaitu kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa,
kerusakan pada jaringan periodontal, kerusakan pada jaringan tulang pendukung serta kerusakan pada gingiva dan mukosa mulut.
2,11
Adapun pembagian trauma menurut WHO yaitu : I.
Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa Gambar 1
2,11
a. Infraksi enamel adalah suatu fraktur yang tidak sempurna pada enamel retak dan tanpa adanya kehilangan struktur dari gigi N 502.50.
b. Fraktur enamel uncomplicated crown fracture adalah suatu fraktur dengan kehilangan bagian gigi hanya pada bagian enamel N 502.50.
Tahun Peneliti
1982 1982
1984
1985 1986
1992 1995
2001
2002 2007
Heithersay dan Morile memberikan klasifikasi dari fraktur subgingiva dalam hubungannya dengan berbagai bidang horizontal dari periodonsium
Pulver mengkombinasikan dari klasifikasi Ellis dan Davey, Andreasen , Hargreaves dan Craig serta McDonald dan Avery dan mengklasifikasikan
pada gigi yang mengalami trauma Leubke mengklasifikasikan berdasarkan pembagian fragmen dari fraktur
akar yang diklasifikasikan menjadi 2 tipe: Complete Fracture dan Uncomplete Fracture
atau fracture supraosseus dan fracture intraosseus Ulfhon mengklasifikasikan fraktur mahkota kedalam tiga kelas yang
sederhana Dean dkk mengklasifikasikan gigi yang fraktur berdasarkan orientasi
terhadap bidang fraktur terhadap panjang gigi Application of International Classification of Disease to Dentistry and
Stomalogy
WHO mengklasifikasikan trauma gigi dan pemberian kode Feiglin mengklasifikasikan arah fraktur akar menjadi tiga area
Klasifikasi cedera dentofasial di adopsi dari International Association of Dental Traumatology IADT
Spinas dan Altana mengklasifikasikan fraktur mahkota pada gigi Berman, Blanco dan Cohen mengklasifikasikan trauma gigi pada fraktur
mahkota, fraktur akar dan luksasi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
c. Fraktur enamel-dentin uncomplicated crown fracture adalah suatu fraktur dengan kehilangan bagian gigi hanya pada enamel dan dentin tetapi tidak sampai ke pulpa
N 502.51. d. Complicated crown fracture adalah fraktur yang mengenai enamel dan dentin
hingga mencapai ke pulpa N 502.52. e. Uncomplicated crown-root fracture adalah suatu fraktur pada mahkota enamel,
dentin dan sementum tetapi tidak mengenai pulpa N 502.54. f. Complicated crown-root fracture adalah suatu fraktur yang mengenai enamel,
dentin dan sementum hingga mencapai pulpa N 502.54. g. Fraktur akar adalah fraktur yang mengenai dentin, sementum dan pulpa N
502.53.
Gambar 1. A. Crown infraction dan uncomplicated fracture tanpa melibatkan dentin B. Uncomplicated crown fracture, C. Complicated crown fracture,
D. Uncomplicated crown-root fracture, E. Complicated crown-root fracture, F. Fraktur akar
11
II. Kerusakan pada jaringan periodontal Gambar 2
2,11
a. Konkusi adalah sebuah trauma pada gigi dan struktur pendukungnya tanpa adanya kehilangan yang tidak normal tetapi ada reaksi saat di perkusi N 503.20.
b. Subluksasi adalah trauma pada gigi dan struktur pendukungnya dengan abnormal
tetapi tanpa adanya malposisi dari gigi N 503.20. c.
Luksasi ekstruksi dislokasi periperal, avulsi parsial adalah pergeseran pada sebagian gigi yang keluar dari soket N 503.20.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
d. Luksasi lateral adalah pergeseran gigi keluar dari porosnya, hal ini ditandai adanya
benturan atau trauma alveolar pada soket N 503.20. e.
Luksasi intrusi adalah pergeseran gigi keluar dari porosnya, hal ini ditandai adanya dislokasi benturan atau trauma soket alveolar N 503.21.
f. Avulsi exartikulasi adalah pergeseran atau perpindahan yang sempurna dimana
gigi keluar dari soketnya N 503.22.
Gambar 2. A. Konkusi, B. Subluksasi, C. Luksasi Ekstrusif, D. Luksasi Lateral, E. Luksasi Intrusif, F. Avulsi
11
III. Kerusakan pada jaringan tulang pendukung Gambar 3
2,11
a. Communition of the maxillary alveolar socket
adalah kerusakan dan kompresi dari soket alveolar pada rahang atas. Hal ini dapat juga dilihat pada intrusif dan luksasi
lateral N 502.40. b. Communition of the mandibular alveolar socket adalah kerusakan dan kompresi
dari soket alveolar pada rahang bawah. Hal ini dapat juga dilihat pada intrusif dan luksasi lateral N 502.60.
c. Fraktur dinding soket alveolar maksila adalah fraktur tulang alveolar pada rahang
atas yang melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding soket N 502.40.
d. Fraktur dinding soket alveolar mandibula adalah fraktur tulang alveolar pada rahang bawah yang melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh
bagian fasial atau lingual dari dinding soket N 502.60.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
e. Fraktur prosesus alveolar maksila adalah fraktur yang mengenai prosesus
alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi pada rahang atas N 502.40.
f. Fraktur korpus maksila adalah fraktur pada korpus maksila yang melibatkan
prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi N 502.42. g.
Fraktur korpus mandibula adalah fraktur pada korpus mandibula yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi N 502.61.
Gambar 3. A. Comminution of alveolar socket, B. Fraktur pada fasial dan lingual dinding soket alveolar, C. dan D. Fraktur prosesus alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket gigi,
E. dan F. Fraktur korpus maksila atau mandibula dengan atau tanpa melibatkan soket gigi
11
IV. Kerusakan pada gingiva dan mukosa mulut Gambar 4
2,11
a. Laserasi adalah suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka terbuka tersebut berupa robeknya
jaringan epitel dan subepitel S 01.50. b. Kontusio adalah luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda tumpul
dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa S 01.50.
c. Abrasi adalah luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang berdarah atau lecet S
01.50.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. A. Laserasi, B. Konkusi, C. Abrasi
11
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Johnson, klasifikasi yang paling sering dilakukan adalah metode klasifikasi Ellis. Klasifikasi ini sederhana sebab
hanya didasarkan pada sistem numerik yang menggambarkan tingkat batasan dari trauma.
5
2.3 Perawatan Trauma Gigi Menurut Klasifikasi WHO