BAB 5 PEMBAHASAN
Rata-rata skor DMF-T remaja usia 12-18 tahun pada SMPN 9 dan SMAN 15 di Kecamatan Medan Sunggal adalah 2,08±1,66. Hasil penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indirawati pada responden remaja di kota Bandung yaitu 1,5.
26
Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh lingkungan tempat tinggal responden yang berada di pinggiran Kota Medan yang
dominan dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Menurut US Department of Health and Human Services, anak-anak dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi
rendah mengalami jumlah karies dua kali lebih tinggi dan kecenderungan tidak mendapatkan perawatan gigi dibanding anak dengan tingkat sosial ekonomi yang
tinggi.
27
Rata-rata skor PUFA remaja usia 12-18 tahun pada SMPN 9 dan SMAN 15 di Kecamatan Medan Sunggal adalah 0,78±0,99. Hasil penelitian ini hampir sama bila
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murthy pada responden remaja di Kota Bangalore India yaitu 0,85.
28
Hal ini mungkin disebabkan oleh sosial ekonomi responden yang rendah dan mempengaruhi perilaku responden dalam
mencari pelayanan kesehatan, sehingga tidak ada upaya atau rendahnya kesadaran untuk merawat kerusakan giginya.
Dari seluruh dimensi kualitas hidup dapat dilihat dampak yang paling sering atau hampir tiap minggu bahkan hampir tiap hari terjadi pada dimensi
ketidakmampuan fisik yaitu tidak puas dengan makanan yang dikonsumsi akibat gigi yang berlubang dengan persentase 16,88. Pada dimensi sakit fisik tidak nyaman
atau enak saat mengunyah akibat gigi yang berlubang paling sering atau hampir tiap minggu bahkan hampir tiap hari terjadi dengan persentase 16,25. Hal ini mungkin
disebabkan rasa sakit pada gigi akibat karies yang tidak dirawat. Pada dimensi ketidaknyamanan psikis, paling sering atau hampir tiap minggu
bahkan hampir tiap hari dialami oleh remaja adalah merasa cemas atau khawatir
Universitas Sumatera Utara
dengan persentase 15,63. Pada dimensi ketidakmampuan psikis, paling sering atau hampir tiap minggu bahkan hampir tiap hari terjadi adalah merasa malu karena nafas
bau memiliki persentase 11,87. Menurut Papalia dan Olds masa remaja adalah masa di mana anak mulai menghabiskan waktu diluar rumah dengan teman sebaya untuk
mencapai kemandirian emosional dari orangtuanya. Akibat keadaan rongga mulut
yang tidak nyaman tersebut menyebabkan remaja mempunyai masalah dalam interaksi sosialnya serta menyebabkan kecanggungan dan kekakuan dalam pergaulan
seperti merasa malu saat berbicara dengan orang yang berada disekitarnya karena nafas bau, juga kehilangan kepercayaan diri seperti merasa cemas atau khawatir. Hal
ini yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan dalam diri remaja dan berdampak pada kualitas hidupnya.
1,29
Pada dimensi hambatan, remaja sering merasa hidupnya kurang memuaskan yaitu dengan persentase 10,63, hal ini mungkin terjadi karena beberapa dampak
yang dirasakan oleh responden seperti tidak nyaman saat mengunyah, memilih-milih makanan, merasa cemas dan khawatir dengan keadaan rongga mulutnya, juga
responden sulit merasa santai saat beristirahat yang diakibatkan dari rasa sakit karena karies yang tidak dirawat.
Pada dimensi ketidakmampuan sosial, persentase yang sering atau hampir tiap minggu dialami remaja adalah sulit dalam belajar 7,50, hal ini mungkin terjadi
karena rasa sakit pada gigi yang timbul mengganggu rasa nyaman remaja saat belajar sehingga membuat remaja sulit belajar. Dimensi keterbatasan fungsi yang sering atau
hampir tiap minggu dialami remaja adalah sulit mengucapkan katakalimat 4,38, hal ini mungkin disebabkan karena adanya rasa sakit dan pembengkakan akibat abses
yang mengganggu fungsi fonetik dari remaja. Persentase responden yang memiliki kategori kualitas hidup yang baik adalah
93,75, kategori sedang 6,25, dan kategori buruk 0. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya remaja masih menganggap penyakit gigi dan mulut cukup
mengganggu tetapi bukanlah suatu penyakit yang serius. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara skor DMF-T
dengan kualitas hidup remaja, begitu pula skor PUFA dengan kualitas hidup remaja.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan rongga mulut yang buruk merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup remaja dan
mengganggu ketika makan karena tidak nyaman saat mengunyah dan anak lebih memilih-milih makanan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN