BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian menggunakan rancangan penelitian cross sectional, yaitu mempelajari hubungan pengalaman karies skor DMFT, karies tidak diawat skor
PUFA dengan tingkat kualitas hidup pada remaja.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Sunggal. Dipilihnya sekolah SMP N 9 dan SMAN 15 di Kec. Medan Sunggal karena jumlah populasi yang cukup
untuk dilakukan penelitian, dan adanya akses ke sekolah tersebut yang dapat dijangkau oleh peneliti.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Populasi pada penelitian adalah remaja yang berstatus pelajar dari SMPN 9
dan SMAN 15 di Kec. Medan Sunggal yang berjumlah 1.777 orang siswa, yang terdiri atas 610 orang siswa dari SMPN 9 dan 1167 orang siswa dari SMAN 15.
Alasan dipilih siswa SMP dan SMA untuk mewakili remaja adalah karena usia siswa SMP dan SMA berkisar antara 12 sampai 18 tahun merupakan remaja tahap awal dan
akhir yang mulai mengembangkan pemikiran tentang bagaimana pandangan orang terhadap penampilan dan bersosialisasi terhadap teman sebaya.
3.3.2 Sampel Pengukuran besar sampel menggunakan rumus:
n = Z
2
1- α2 . P 1-P N
d2 N-1 + Z
2
1- α2 . P 1-P
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: n : Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z
2
1- α2 : Nilai baku normal error type I α=0,05 yang ditentukan 1,96
2
P : Dari penelitian S.C. Leal prevalensi PUFA di negara Brazil yaitu sebesar 26,2 = 0,262
N : Populasi yaitu 1.777 orang d : 0,05
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh besar sampel yang digunakan adalah 160 orang siswa, dengan pembagian sampel 80
orang dari SMPN 9 dan 80 orang dari SMAN 15 Kec. Medan Sunggal Lampiran 1. Pengambilan sampel pada masing-masing sekolah dilakukan dengan teknik simple
random sampling.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, skor DMF-T, skor PUFA
dan kualitas hidup remaja yang menggunakan Oral Health Impact profile OHIP-14. 3.4.2 Definisi Operasional
1. Jenis kelamin responden: laki-laki dan perempuan. 2. Usia responden: dihitung hingga ulang tahun terakhir, yaitu usia 12-18
tahun. 3. Pengalaman karies, diukur menggunakan indeks DMF-T oleh Klein H pada
tahun 1938, terdiri atas D, M dan F: a. D Decayed= Gigi dicatat sebagai karies apabila pit dan fisur berwarna
kehitaman dan ujung sonde menyangkut; jaringan permukaan gigi terasa lunak dan ujung sonde terasa masuk ke dalam; gigi yang mempunyai tambalan sementara.
b. M Missing, terdiri atas Mi missing indicated dan Me missing extracted= Mi missing indicated adalah gigi tetap dengan lesi karies yang tidak
dapat ditambal lagi dan harus dicabut, yaitu karies gigi yang meluas, gigi tinggal radiks serta karies dengan polip pulpa. Me missing extracted merupakan gigi tetap
Universitas Sumatera Utara
yang sudah dicabut. c. F Filling= gigi tetap dengan lesi karies yang sudah ditambal sempurna dan
permanen, tidak ada karies sekunder atau karies primer. Perhitungan indeks DMF-T adalah penjumlahan dari: D + M + F
Pembagian kategori DMF-T yaitu nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh dibagi menjadi 3 kategori dengan jarak interval yang sama, maka kategori
DMF-T: a.
Baik = skor 0-2, b.
Sedang = skor 3-5 dan c.
Buruk = skor 6-8. 4. Karies yang tidak dirawat, diukur dengan menggunakan indeks PUFA yang
diperkenalkan pertama kali oleh Monse pada tahun 2010. Indeks PUFA terdiri atas P, U, F dan A:
a. P Pulpitis adalah keterlibatan pulpa, dicatat apabila kamar pulpa terbuka dan kelihatan struktur korona gigi rusak karena proses karies atau hanya akar gigi
yang tersisa. b. U Ulserasi akibat ujung yang tajam dari gigi yang telah rusak, dicatat
apabila ada sisi yang tajam dari gigi dengan keterlibatan pulpa atau sisa akar menyebabkan traumatik ulser di sekitar jaringan lunak seperti lidah atau mukosa
bukal. c. F Fistula dicatat bila ada saluran pus yang berhubungan dengan gigi yang
memiliki keterlibatan pulpa. d. A Abses dicatat jika terdapat pembengkakan yang mengandung pus yang
berhubungan dengan gigi yang memiliki keterlibatan pulpa. Perhitungan indeks PUFA adalah penjumlahan dari: P + U + F + A
5. Kualitas hidup:
Kualitas hidup yaitu respons terhadap gejala yang dialami oleh remaja SMP dan SMA akibat DMF-T dan PUFA dalam kehidupan sehari-harinya yang diukur
dengan tujuh dimensi dari Oral Health Impact Profile OHIP-14. Tujuh dimensi
Universitas Sumatera Utara
tersebut adalah keterbatasan fungsi fisik, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial dan
hambatan. Masing-masing terdiri atas dua pertanyaan dan ditanyakan seberapa sering
dialami dalam satu bulan terakhir dan diukur menggunakan skala likert, yaitu: 0 = tidak pernah
1 = sangat jarang 1-2 kalibulan
2 = kadang-kadang 2 kalibulan
3 = sering hampir setiap minggu 4 = sangat sering hampir setiap hari
Total skor antara 0-56 dengan nilai tertinggi adalah 56. Total skor diperoleh dari menambahkan skor dari masing-masing pertanyaan. Total skor yang tinggi
menunjukkan kualitas hidup yang rendah begitu pula sebaliknya. Kualitas hidup dikategorikan berdasarkan Singarimbun, yaitu:
a. Baik bila 59 dari total skor yaitu 32,
b. Sedang 60-79 dari total skor yaitu 33-44 dan
c. Buruk bila 80 dari total skor yaitu 45.
3.5 Metode Pengumpulan Data