Karies pada Remaja Karies yang Tidak Dirawat

lebih dalam ke dalam pulpa dan gejala suatu reaksi akut akan mulai dirasakan. Eksudat inflamasi yang banyak bertumpuk menyebabkan rasa sakit karena mulai menekan ujung saraf pulpa, hal ini menyebabkan gangguan dalam suplai nutrisional, banyak leukosit polimorfonuklear mati, dan terbentuk nanah, selanjutnya mengiritasi sel saraf, dan daerah nekrosis mulai berkembang. 6 c. Faktor substrat atau diet Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain dan menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies. 4 d. Faktor waktu Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. 4

2.1.2 Karies pada Remaja

Karies gigi merupakan penyakit mulut yang paling umum pada remaja meskipun berpotensi untuk dapat dicegah, dan akan memerlukan perawatan yang mahal ketika penyakit ini telah berkembang sampai tahapan yang lebih parah. 11 Dari sudut pandang epidemiologi, karies gigi banyak tersebar di seluruh dunia dan dapat dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang umum di Mexico. Di Amerika Latin, prevalensi karies gigi pada remaja berusia 12 dan 15 tahun lebih dari Universitas Sumatera Utara 70, dengan rata-rata DMFT yang lebih dari 1,5. Strategi-strategi berbeda telah dilakukan untuk mengontrol masalah karies gigi, terutama dengan menggunakan teknik fluoridasi. 8 Pada gigi yang telah mengalami karies dan tidak dirawat, maka gigi akan mati dan memerlukan perawatan yang lebih rumit. Karies yang dibiarkan dan tidak dirawat akan mencapai pulpa gigi, pulpa akan terinfeksi, fistula jalan dari nanah dan abses dapat terbentuk. Rencana perawatan yang dapat dilakukan adalah restorasi dan perawatan endodontik. Apabila tidak segera dilakukan perawatan, kerusakan pada gigi dan jaringan pendukungnya akan menjadi lebih parah, bahkan dapat mengakibatkan pencabutan gigi pada usia muda, sehingga diperlukan biaya perawatan gigi yang semakin mahal. 8,15

2.1.3 Karies yang Tidak Dirawat

Bila sudah terdapat karies maka terjadi progresivitas yang tidak dapat berhenti sendiri, dan bila karies tersebut tidak dirawat maka seiring penjalarannya akan menyebabkan karies yang melibatkan pulpa. 5 a. Pulpitis Inflamasi merupakan reaksi jaringan ikat vaskuler yang sangat penting terhadap cedera. Inflamasi pulpa disebut pulpitis, dan seperti layaknya jaringan lain inflamasi pulpa dapat akut atau kronis. Bentuk pulpitis akut umumnya mengalami rasa sakit berat, sebentar dan terkadang terasa sangat sakit. Bentuk pulpitis kronis hampir tanpa gejala atau hanya terasa sakit sedikit dan berjalan lama. Gejala dapat bervariasi dari mulai nyeri tajam yang hanya sebentar, nyeri berkepanjangan tapi masih dapat ditahan, sampai nyeri berdenyut yang sangat parah. Nyeri juga dapat timbul jika diberi rangsangan, seperti makanan, atau timbul secara spontan. 5,6 Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang timbul jika diberi stimulasi. Pada umumnya gampang terjadi reaksi bila diberi stimulasi dingin, tetapi pulpa mampu kembali menjadi normal setelah stimuli dihentikan. 5,6 Pulpitis ireversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat Universitas Sumatera Utara simtomatik atau asimtomatik, tetapi jika nyeri timbul dapat berlangsung lama. Walaupun pada umumnya nyeri timbul karena rangsangan makanan atau perubahan suhu, nyeri dapat pula timbul secara spontan misalnya pada waktu malam hari. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai beberapa jam, dan tetap ada setelah stimuli dihilangkan. 5,6 Nekrosis pulpa tidak mudah dideteksi kecuali gigi sudah nekrosis seluruhnya. Walaupun demikian penegakkan diagnosisnya dipermudah karena biasanya nekrosis sering disertai pulpitis ireversibel dan ada perubahan di jaringan sekitar apeks yang terlihat melalui radiografi. 5,6 Gambar 1. Pulpitis 16 b. Ulserasi Ulserasi oral adalah suatu keadaan akibat dari beberapa penyebab, yang mana trauma merupakan penyebab yang paling umum. Lokasi ulser yaitu pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum dan tepi perifer lidah ini diakibatkan oleh kontak dengan ujung gigi yang tajam atau gigi yang patah. Ulkus biasanya tampak sedikit cekung dan oval. Pada awalnya eritematous dijumpai di daerah perifer, yang perlahan menjadi merah muda karena keratinisasi. 17 Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Ulserasi 18 c. Fistula Fistula terjadi karena peradangan kronis dan aktifitas eksudat purulen pus pada daerah akar gigi. Penyebab terjadinya fistula adalah karies yang tidak dirawat. Karies gigi yang lama menyebabkan peradangan pada daerah sekitar fragmen akar. Peradangan ini menyebabkan kerusakan tulang dan jaringan penyangga gigi. Peradangan yang terlalu lama dan infeksi karies gigi dapat menimbulkan nanah pada sekitar fragmen akar yang karies, pertahanan tubuh akan berusaha melawan, dan juga mengeluarkan jaringan yang telah rusak dengan cara mengeluarkan nanah keluar tubuh melalui permukaan yang terdekat. Daerah yang terdekat adalah menembus tulang tipis dan gusi yang menghadap ke pipi, melalui saluran yang disebut fistula. Jika saluran ini tersumbat, maka akan terjadi pengumpulan nanah. 19 Gambar 3. Fistula 20 d. Abses Abses gigi adalah komplikasi karies gigi yang telah melibatkan pulpa yang memudahkan bakteri untuk masuk jauh lebih dalam lagi. Abses merupakan suatu Universitas Sumatera Utara penyakit infeksi yang ditandai oleh pembengkakan jaringan lunak yang berisi bahan purulen yang berasal dari infeksi bakteri di dalam pulpa gigi. 17,19 Gambar 4. Abses 21 2.2 Indeks DMF-T Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaannya meliputi semua gigi kecuali molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak dapat berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor, pada kolom yang tersedia diisi kode D gigi yang kariesdecay, M gigi yang hilangmissing, F gigi yang ditumpatfilling dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. 4 Tabel 1. Indeks DMF-T Klein untuk Gigi Permanen 4 DMF-T Klein D decay Gigi yang mengalami karies Karies sekunder Tambalan sementara M Mi missing indicated Me missing extracted Gigi yang hilangdicabut atau diindikasikan untuk dicabut karena karies F filling Gigi dengan tumpatan sempurna Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar Untuk DMF-T rata-rata adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa. 4 Universitas Sumatera Utara

2.3 Indeks PUFA

Keterbatasan indeks DMF-T dalam memberikan informasi tentang akibat karies gigi yang tidak dirawat, seperti abses pulpa atau hal lebih serius seperti terjadinya lesi pada daerah tersebut, menjadi dasar pengembangan indeks PUFA. Indeks ini diperkenalkan pertama kali oleh Monse et al. pada tahun 2010. Indeks ini mencatat tahap-tahap lesi karies gigi yang tidak dirawat, dengan demikian indeks ini dapat digunakan untuk membuat kebijakan prosedur kesehatan, yang mana tidak mungkin dapat dilakukan dengan indeks DMFT. 7,22 Cara perhitungan skor indeks PUFA individual hampir sama dengan cara penghitungan DMFT, tetapi dicatat secara terpisah dari indeks DMFT. Skor ini terdiri atas pulpa yang terbuka Pp, ulserasi mukosa oral yang disebabkan ujung akar yang tajam Uu, fistula Ff dan abses Aa. Ulser yang tidak disebabkan oleh gigi karies dengan ruang pulpa yang terbuka tidak dicatat. Pada kasus yang mengalami infeksi odontogenic yang meluas diberikan skor Pp untuk keterlibatan pulpa. Bila pada gigi susu dan gigi tetapnya mengalami tahap infeksi odontogenic , maka keduanya diberikan skor. Huruf kapital PUFA untuk menghitung kerusakan pada gigi tetap, dan huruf kecil pufa untuk menghitung kerusakan pada gigi susu. Penilaian ini dilakukan secara visual tanpa harus menggunakan alat. Kriteria indeks PUFA diuraikan pada Tabel 2. 7,22-24 Tabel 2. Kode dan kriteria indeks PUFA 7,22-24 Kode Kriteria Pp Terlihatnya ruang pulpa yang terbuka atau struktur dasar gigi yang telah rusak yang melibatkan pulpa disebabkan karies, hanya akar atau pecahan akar saja yang tertinggal. Tidak perlu dilakukan probing untuk mendiagnosa peradangan ini. Uu Ulserasi akibat trauma ujung akar gigi yang tajam yang telah rusak. Ulserasi karena trauma yang melibatkan pulpa dan pecahan akar ini dapat dijumpai pada jaringan lunak seperti mukosa bukal, mukosa bibir, palatum dan lidah. Universitas Sumatera Utara