Keadaan Sosial Tinjauan Umum Kota Surakarta a. Sejarah Perkembangan Kota

commit to user Sambernyawa Mangkunagara I. Sejak saat itu, Solo merupakan kota dengan dua sistem administrasi, yang berlaku hingga 1946, pada masa Perang Kemerdekaan Republik Indonesia RI. Saat ini kota Surakarta berkembang menjadi kota besar yang mempunyai fungsi ganda, yakni sebagai pusat administrasi tingkat regional, kota industri, kota perdagangan, pariwisata, budaya dan olahraga. Perkembangan fisik dan kegiatannya telah melampaui batas wilayah administrasi Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta yang merupakan cikal bakal dan inti pertumbuhan kota Surakarta sekarang.

b. Keadaan

Geografis Surakarta juga disebut Solo atau Sala merupakan kota peringkat kesepuluh terbesar setelah Yogyakarta. Secara Astronomis Kota Solo terletak diantara 110° 46’ - 110° 51’ Bujur Timur dan antara 7° 31’- 7° 35’ Lintang Selatan. Secara geografis Kota Solo terletak diantara dua buah gunung yaitu Gunung Lawu dan Gunung Merapi, dan berada ditepi sungai Bengawan Solo. commit to user Gambar . 1 Peta Kota Solo Sumber : www.surakarta.go.id Wilayah administratif Kota Solo terletak di tengah wilayah eks Karesidenan Surakarta, dengan batas wilayah: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Transportasi Kota Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa juga terhubung di kota ini.

c. Sosial

dan Budaya Berdasarkan Monografi kelurahan jumlah penduduk tahun 2003 sebanyak 555.395 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki 273.516 jiwa dan perempuan 281.879 jiwa. Penduduk berusia produktif sebanyak 336.354 commit to user jiwa dan yang berusia tidak produktif sebanyak139.148 jiwa. Jumlah dan struktur penduduk seperti itu menunjukkan potensipangsa pasar dan deferensiasi pasar yang cukup besar. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan yang seimbang dan lebih dari 75 penduduk berusia produktif, Kota Surakarta memiliki sumber daya manusia yang potensial untuk menangani berbagai sektor. Bahasa daerah yang digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa dialek Surakarta. Dialek ini berbeda sedikit dengan dialek-dialek Jawa yang digunakan di kota-kota lain seperti di Semarang maupun Surabaya. Perbedaannya berupa kosakata yang digunakan, ngokokasar, kramahalusnya, dan intonasinya. Bahasa Jawa dari Surakarta digunakan sebagai standar bahasa Jawa nasional dan internasional, seperti di Suriname. Di Solo, juga terdapat salah satu sistem religi dan kepercayaan kejawen memang mengajarkan agar seseorang membiasakan laku spiritual seperti laku prihatin berjaga malam Jawa: lek-lekan. Dengan kebiasaan melakukan ritual lek-lekan, orang Jawa meyakini sebagai sarana komunikasi transendental seorang makhluk jagad alit dengan sang kholiq jagad ageng guna mencari keharmonisan dan keselarasan hidup.

d. Sosio