commit to user
· Perlu ada wadah untuk menampung aspirasi anak. · Perlu ada dana untuk memfasilitasi partisipasi anak.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Surakarta baru mengandalkan koordinasi dengan lembaga-lembaga lainnya untuk mengenali
kebutuhan anak. Berdasarkan wawancara kepada Kepala P3G UNS, dinyatakan bahwa upaya mewujudkan Kota Layak Anak KLA dilakukan Pemerintah Kota Surakarta
melalui penandatanganan MOU tentang KLA antara Pemerintah Kota Surakarta dengan lembaga di luar pemerintah seperti lembaga pusat studi wanitapusat studi gender,
organisasi kemasyarakatan, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak. Lebih lanjut dikemukakan oleh Kepala P3G UNS bahwa
penandatanganan MOU tersebut merupakan tonggak kemitraan bersama untuk mendukung terwujudnya KLA sesuai tugas pokok dan fungsi dari lembaga-lembaga
yang memiliki kemitraan terhadap perlindungan anak. Wawancara tanggal 16 Maret 2009
2. Kemampuan menyusun agenda dan prioritas pelayanan terhadap perlindungan
anak
Dalam menangani permasalahan anak di Surakarta, pemerintah menyusun agenda dan prioritas pelayanan yang dibagi ke dalam beberapa bidang, yaitu: perlindungan,
kesehatan, pendidikan, dan partisipasi anak.
Tabel 3.1 Agenda dan Prioritas Pelayanan
Bidang Perlindungan Anak
Permasalahan Agenda dan Prioritas Pelayanan
1 2
3 Perlindungan anak
ESKA · Penyelenggaraan rehabilitasi sosial,
dengan adanya Rumah Rehabilitasi
commit to user
Graha Yoga Pertiwi · Adanya PTPAS
Kesehatan Gizi buruk
· Program Makanan Tambahan PMT · Pondok Kasih Ibu POKASI
Pendidikan Anak putus
sekolah · Pendidikan wajib belajar 9 tahun
· Kejar paket untuk anak putus sekolah Partisipasi anak
Rendahnya partisipasi anak
· Dibentuknya FAS Forum Anak Surakarta
Sumber: DKRPPKB Di bidang perlindungan anak, khususnya kasus ESKA pemerintah melakukan
prioritas pelayanan melalui penyelenggaraan rehabilitasi sosial dengan adanya Rumah Rehabilitasi Graha Yoga Pertiwi. Graha Yoga pertiwi adalah tempat yang berfungsi
memberikan perlindungan dan pelatihan ketrampilan bagi perempuan dan anak korban ESKA dan perdagangan anak. Diharapkan korban tersebut dapat pulih secara psikologis
atau mental maupun kesehatan dan mampu bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat. Melalui penyelenggaraan rehabilitasi sosial ini, diharapkan anak korban
ESKA mendapat ketrampilan yang bermanfaat bagi dirinya. Selain itu, pemerintah membentuk
PTPAS. PTPAS
merupakan gabungan
dari beberapa
institusilembagaorganisasi yang
mempunyai kepedulian terhadap persoalan perempuan dan anak, serta melakukan pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh staf Yayasan Kakak N9 :
“…sudah ada jaring bersamakerjasama pemerintah terhadap lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan stakeholder-stakeholder yang lain, sehingga bisa
terbentuk PTPAS…” Wawancara tanggal 16 Maret 2009 Di bidang kesehatan, masalah anak gizi buruk juga perlu mendapat perhatian.
Untuk mengatasi anak gizi buruk, pemerintah membuat Program Makanan Tambahan PMT. Fungsi PMT adalah sebagai makanan tamabahan menjadi makanan utama yaitu
sarapan pagi. Selain itu, pemerintah membentuk Pondok Kasih Ibu POKASI yang
commit to user
memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, POKASI juga berfungsi sebagai Posyandu anak balita setiap bulan. Di samping itu, POKASI juga berfungsi
sebagai Posyandu Lansia. Di bidang pendidikan, masalah anak putus sekolah menjadi permasalahan
yang sulit untuk diselesaikan. Untuk mengatasi anak putus sekolah, pemerintah membuat program wajib belajar 9 tahun. Untuk mensukseskan wajib belajar 9 tahun
pemerintah membuat kebijakan yang responsif terhadap persoalan tersebut yakni berupa pemberian beasiswa pendidikan. Wajib belajar 9 tahun merupakan dasar
operasional bagi Pemerintah Surakarta untuk menyelenggarakan berbagai pelayanan pendidikan bagi anak dalam hal ini pelayanan beasiswa. Asumsinya
semua warga Surakarta harus mengenyam pendidikan paling tidak 9 tahun. Selain itu, pemerintah membuat program Kejar paket untuk anak putus sekolah. Program
ini dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk menjamin terpenuhinya hak anak akan pendidikan terutama bagi mereka yang tidak lulus dalam sekolah.
Kesempatan pendidikan juga diberikan kepada anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal misalnya bagi anak putus sekolah, anak jalanan, anak kasus
ESKA, dan anak yang bekerja. Kejar paket A adalah untuk kategori SD, kejar paket B untuk kategori SMP dan kejar paket C untuk kategori SMA. Hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh Kepala Bidang Pendidikan Non Formal DISDIKPORA N6: “Anak putus sekolah diarahkan pada pendidikan kesetaraan yaitu Kejar Paket
A, Paket B, dan Paket C. Paket A setara dengan SD, Paket B setara dengan SMP, Paket C setara dengan SMA.” Wawancara tanggal 5 Maret 2009
Di bidang partisipasi anak, khususnya dalam pemenuhan hak partisipasi anak,
Pemerintah Kota Surakarta dalam Program Pengembangan Kota Layak Anak
commit to user
KLA membentuk Forum Anak Surakarta FAS. FAS merupakan aspirasi anak- anak. Sekretaris Pusat Penelitian dan Pengembangan Gender P3G UNS N11 :
“…partisipasi anak di Surakarta sudah lumayan ya mbak, anak sudah mulai dilibatkan oleh pemerintah, kami juga terlibat dalam FAS...” Wawancara
tanggal 17 Maret 2009. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui kemampuan pemerintah
menyusun agenda dan prioritas pelayanan perlindungan anak sudah sesuai dengan kebutuhan anak. Namun sesungguhnya kebutuhan-kebutuhan anak di Kota
Surakarta tidak hanya mencakup kebutuhan perlindungan atas ESKA, gizi buruk, anak putus sekolah, dan partisipasi anak. Masih ada persoalan-persoalan penting
yang belum tertangani oleh Pemerintah Kota Surakarta seperti pendidikan untuk anak jalananterlantar. Untuk mengetahui lebih lanjut perkembangan program
pemerintah, apakah berjalan sesuai harapan anak dan pihak-pihak terkait, akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya mengenai kemampuan mengembangkan
program perlindungan anak.
3. Kemampuan mengembangkan program perlindungan anak