Kerangka Teoritis Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

dan tanggung jawabnya berjalan dengan baik, komite audit harus rutin mengadakan pertemuan atau rapat internal.

B. Kerangka Teoritis

Penelitian ini menggunakan environmental disclosure dengan proksi skor IER sebagai variabel dependen, dan corporate governance sebagai variabel independen, serta tipe industri dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Di bawah ini adalah kerangka mengenai hubungan antar masing-masing variabel. V. Independen Variabel Kontrol Variabel Dependen Gambar 2.2 Hubungan antara corporate governance dan environmental disclosure

C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Proporsi Dewan Komisaris Independen X 1 Latar belakang culture atau etnic presiden komisaris X 2 Latar belakang pendidikan presiden komisaris X 3 Jumlah Rapat dewan komisaris X 4 Proporsi komite audit independen X 5 Jumlah Rapat komite audit X 6  Ukuran perusahaan X 7  Tipe Industri X 8 Environmental Disclosure : Skor IER 1 Y Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menguji hubungan antara corporate governance dengan environmental disclosure. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara corporate governance dengan environmental disclosure. 1 Variabel corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini ada 6, yaitu proporsi dewan komisaris independen, latar belakang culture atau etnic presiden komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi anggota komite audit independen, dan jumlah rapat komite audit. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan 2 variabel kontrol, yaitu : ukuran perusahaan dan tipe industri. Berikut adalah hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini : 1. Proporsi dewan komisaris independen dan environmental disclosure Peran utama dewan komisaris adalah terkait dengan fungsi kontrol Pound, 1995. Dewan komisaris independen merupakan alat untuk mengawasi perilaku manajemen untuk meningkatkan pengungkapan informasi sukarela dalam laporan tahunan perusahaan Rosenstein dan Wyatt, 1990. Dalam penelitian Chen dan Jaggi 1998, menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap environmental disclosure. Hasil yang sama juga diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Leftwich, Watt dan Zimmerman 1981, Fama dan Jansen 1983, Forker 1992. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis: 1 IER adalah Indonesian Environmental Reporting Indeks, yaitu indeks yang digunakan untuk membobot environmental disclosure dalam annual report yang merupakan hasil penelitian dari Suhardjanto, Tower, dan Brown 2007. H 1 : Terdapat hubungan positif antara proporsi dewan komisaris independen dan environmental disclosure. 2. Latar belakang culture atau etnic presiden komisaris dan environmental disclosure Latar belakang etnis culture presiden komisaris direpresentasikan dengan loyalitas kelompok etnik yang berada pada kelompok yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang mempunyai pola tingkah laku normatif Cohen, 1974. Hal ini penting untuk mengakui bahwa nilai yang mungkin berbeda antara kelompok- kelompok yang ada dalam suatu negara Spector dan Solomon, 1990, terutama ketika beberapa kelompok etnik memilih untuk menjaga identitas kelompoknya Sendut, 1991. Indonesia merupakan negara dengan banyak ras dan salah satu yang mempunyai kontribusi besar dalam dunia bisnis di Indonesia adalah etnis Tionghoa Kusumastuti dkk, 2006. Etnis Tionghoa dinilai memiliki etos kerja tinggi, memiliki filosofi bisnis yang menjadi ciri khasnya, yaitu hemat dan disiplin bila dibandingkan dengan orang pribumi sendiri Sugiyono, 2007. Dengan adanya budaya dan etos kerja yang tinggi dapat meningkatkan kinerja dalam hal ini adalah kinerja presiden komisaris Setyawan, 2005. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut: H 2 : Terdapat hubungan antara latar belakang etnis atau budaya etnicculture presiden komisaris dan environmental disclosure. 3. Latar belakang pendidikan presiden komisaris dan environmental disclosure Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh presiden komisaris berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki Ahmed and Nicholls, 1994. Akan lebih baik jika seorang presiden komisaris memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi karena seorang presiden komisaris harus memiliki kemampuan untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis Bray, Howard, dan Golan, 1995. Santrock 1995 menyatakan bahwa pendidikan universitas membantu seseorang dalam kemajuan karirnya, di mana seseorang berpendidikan tinggi akan memiliki jenjang karir lebih tinggi dan lebih cepat. Dari uraian di atas, maka dapat dikembangan hipotesis sebagai berikut: H 3 : Terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan presiden komisaris dan environmental disclosure. 4. Jumlah rapat dewan komisaris dan environmental disclosure Sesuai dengan corporate governance guidelines yang ditetapkan 12 September 2007, dewan komisaris harus memiliki skedul atau jadwal rapat tetap dan dapat dilakukan rapat tambahan sesuai dengan kebutuhan serta dilakukan pada saat yang tepat. Hal ini untuk mengetahui apakah operasi perusahaan telah sesuai dengan kebijakan dan strategi perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Brick dan Chidambaran 2007, menunjukkan bahwa semakin banyak rapat yang diselenggarakan dewan komisaris akan meningkatkan kinerjanya. Dari argumen tersebut di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis: H 4 : Terdapat hubungan positif antara jumlah rapat dewan komisaris dan environmental disclosure. 5. Proporsi komite audit independen dan environmental disclosure Komite Audit mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan sebagai sistem pengendalian Collier, 1993. Komite audit indepeden tidak terafiliasi dengan perusahaan atau komite lainnya, sehingga kinerjanya dapat dipercaya McMullen, 1996. Penelitian Forker 1992 menyatakan bahwa keberadaan komite audit independen meningkatkan kualitas kontrol perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simon 2001 bahwa komite audit independen berpengaruh positif terhadap luasnya disclosure. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 5 : Terdapat hubungan positif antara proporsi komite audit independen dan environmental disclosure. 6. Jumlah rapat komite audit dan environmental disclosure Dalam menjalankan tugasnya, komite audit minimal mengadakan rapat 4 kali dalam satu tahun corporate governance guidelines, 2007. Hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan kinerjanya agar sesuai dengan tugas dan fungsinya. Selain tercantum dalam corporate governance guidelines, dalam audit committee charter tahun 2005 dinyatakan bahwa semakin banyak rapat komite audit yang dilakukan akan meningkatkan kinerja komite audit. Dari uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis seperti berikut: H 6 : Terdapat hubungan positif antara jumlah rapat komite audit dan environmental disclosure.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada Bab III berikut ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan macam hubungan tertentu, pengaruh atau menetapkan perbedaan kelompok atau independensi dari dua atau lebih faktor dalam subjek yang diteliti Sularso, 2003. Tujuan dalam penelitian ini adalah menguji pengaruh antara corporate governance, etnis, dan latar belakang pendidikan terhadap environmental disclosure dalam annual report perusahaan-perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia periode 2007.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI untuk periode 2007, yaitu sebesar 380 perusahaan. Penggunaan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasi karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada stakeholders, sehingga memungkinkan data laporan tahunan tersebut diperoleh dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random berbasis alokasi proporsional untuk meyakinkan sampel representatif dari semua sektor industri Haniffa dan Cooke, 2005, yaitu service, finance, dan manufacture termasuk

Dokumen yang terkait

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE DI INDONESIA DAN MALAYSIA (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2013-2015)

3 30 146

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

2 8 82

Corporate Social Responsibility Disclosure: Pengaruh Good Corporate Governance dan Indikator Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Dagang di Bursa Efek Indonesia)

1 8 98

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

2 16 14

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP CORPORATE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK ENVIRONMENTAL DISCLOSURE (Studi pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia).

0 1 15

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Dibursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011).

0 2 19

HESTIN SRI WIDIAWATI S4309035

0 0 102

Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Corporate Governance Disclosure Studi Empiris Pada Perusahaan Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 0 73

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LATAR BELAKANG ETNIS, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, DAN GENDER TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2013

0 1 13