Seleksi Sampel Statistik Deskriptif

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab IV dalam penelitian ini akan membahas analisis data dan pembahasan hasil analisis.

A. Analisis Deskriptif Data

Analisis deskriptif data terdiri dari seleksi sampel dan statistik deskriptif.

1. Seleksi Sampel

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report tahun 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007. Pada tabel di bawah ini akan ditunjukkan mengenai jumlah populasi menurut klasifikasi industrinya: Tabel 4.1 Populasi dan Klasifikasi Industri Perusahaan No Klasifikasi Industri Jumlah Persentase 1 Industri Jasa 66 17.36 2 Industri Keuangan 67 17.63 3 Industri Manufaktur dan lainnya 247 65.00 Total 380 100.00 Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam BAB III, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 perusahaan, nama-nama perusahaan sampel dapat dilihat pada lampiran 1. Jumlah sampel dan klasifikasi industri, dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Sampel dan Klasifikasi Industri Perusahaan No Klasifikasi Industri Jumlah Total Persentase 1 Service Industries 15 16.67 2 Finance Industries 17 18.89 3 Manufacture dan lainnya 58 64.44 Total 90 100.00 Terdapat perbedaan jumlah persentase antara populasi dan sampel pada sektor industri jasa dan keuangan diakibatkan keterbatasan data pada sektor jasa, sehingga diganti dengan perusahaan dari sektor industri keuangan.

2. Statistik Deskriptif

Environmental disclosure sebagai variabel dependen dalam penelitian ini diperoleh dari annual report masing-masing perusahaan sampel. Berdasarkan 90 perusahaan sampel tersebut, ternyata hanya ada 44 perusahaan yang mengungkap environmental disclosure dalam laporan tahunannya atau sebesar 48.89 dari seluruh sampel yang digunakan. Tabel 4.3 akan menyajikan jumlah perusahaan sampel yang mengungkap environmental disclosure. Tabel 4.3 Perusahaan dengan Environmental Disclosure Perusahaan No Klasifikasi Industri Jumlah Total Persentase 1 Service Industries 7 7.78 2 Finance Industries 4 4.44 3 Manufacture dan lainnya 33 36.67 Total 44 48.89 Kemudian dari 44 perusahaan tersebut, environmental disclosure akan dibobot dengan menggunakan indeks IER sesuai dengan pengungkapan informasi lingkungan yang ada di dalam annual report. Daftar perusahaan dan bobot pengungkapan informasi lingkungan dapat dilihat pada lampiran 2. Dari ke-44 perusahaan dengan environmental disclosure, sektor keuangan merupakan sektor dengan pengungkapan informasi lingkungan hidup lebih kecil dibanding dengan 2 sektor lainnya. Namun demikian, Bank Permata dalam annual reportnya telah mengungkapkan kegiatan lingkungannya dengan baik, Untuk mengundang partisipasi karyawan, setiap departemen saling bersaing memperebutkan Green and Clean Award yang didasarkan pada prinsip 5R Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin dan penghargaan diberikan kepada yang terbaik dan terburuk di setiap lokasi utama Permata Bank. Selama tahun 2007, Permata Bank juga melaksanakan berbagai acara termasuk bekerjasama dengan WWF dalam seminar interaktif `Permata Bank peduli Global Warming`, `Tips Gaya Hidup Hijau Ala Permata Bankers`, Eco-Bussiness Tourism yaitu kegiatan benchmarking ke perusahaan yang ramah lingkungan, in-house training OHSAS 18001:2007 dan SO 14001:2004 Integrated EHS Management System untuk mensosialisasikan penerapan OHSAS 18001:2007 di Permata Bank tahun 2008 dan Awareness Vendor dengan tema Green Building AR Bank Permata, 2007. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mengungkapkan informasi lingkungan rata-rata sebesar 5,40. Nilai rata-rata pengungkapan sebesar 5,40 berarti environmental disclosure pada annual report perusahaan-perusahaan di Indonesia masih sangat rendah karena skor total untuk environmental disclosure pada penelitian ini adalah 35. Dari 44 perusahaan dengan nilai rata-rata pengungkapan 5,40 ada 25 perusahaan yang mempunyai bobot pengungkapan di bawah rata-rata, sedangkan 19 perusahaan lainnya mempunyai bobot pengungkapan di atas rata- rata. Nilai minimum environmental disclosure pada penelitian ini adalah 0,59 yaitu oleh PT Tira Austenite dan PT Adira Dinamika Muti Finance, yaitu berkenaan dengan aspek keanekaragaman hayati. PT Tira Austenite yang merupakan perusahaan dari sektor industri jasa menyatakan dalam annual reportnya mengenai pengungkapan program penghijauan seperti berikut ini, Planting of trees in the areas arround in the company offices, to reflect the company`s concern for global warming and to conserve the environmental arround the company AR PT Tira Austenite, 2007. Item penghijauan ini juga merupakan item terbanyak kedua yang diungkap setelah item programs for protections dalam annual report perusahaan-perusahan di Indonesia. Terbukti dengan adanya 32 perusahaan yang mengungkapkan pada laporan tahunan. Hal ini disebabkan program penghijauan merupakan program lingkungan yang mudah dilakukan dan menggunakan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan item pengungkapan lainnya. Nilai maksimum atau bobot tertinggi environmental disclosure sebesar 11,20 dilakukan oleh PT Inco dengan mengungkap 11 item dari 35 item pengungkapan dalam IER. Hal ini dikarenakan PT Inco merupakan perusahaan pertambangan yang aktivitas operasi utamanya bersinggungan langsung dengan alam, sehingga tanggung jawabnya terhadap lingkungan lebih tinggi. Item terbanyak yang diungkap dalam annual report perusahaan- perusahaan di Indonesia adalah mengenai programs for protections. Program for Protections merupakan seluruh program yang dilakukan oleh perusahaan- perusahaan dalam menjaga lingkungan akibat aktivitas perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada 38 perusahaan yang mengungkap item tersebut, diantaranya adalah PT Semen Gresik Tbk. PT Semen Gresik Tbk dalam annual reportnya menyatakan, In performing its environmental management activities, the following strategy has been implemented by the Company, to include: • Environment Monitoring Program • Environment Management Program • Resources Conservation Program • Implementing management system related to environment • Clean Development Mechanism CDM Implementation AR PT Semen Gresik Tbk, 2007 Belum lama ini telah diselenggarakan Konferensi Global Warming and Climate Change di Nusa Dua Bali yang berlangsung mulai tanggal 1 November sampai dengan 15 November 2007 dan diikuti oleh sebagian besar negara-negara di dunia untuk mengurangi efek pemanasan global yang terjadi. Ada beberapa poin penting dalam konferensi ini berkenaan dengan lingkungan hidup, diantaranya adalah kesediaan negara-negara peserta konferensi untuk mengurangi emisi gas yang ada. Indonesia sebagai salah satu negara peserta konferensi yang sangat concern dalam hal global warming tentu saja bersedia untuk mengurangi jumlah emisi gas yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat dibuktikan salah satunya dalam annual report PT Inco, Suatu contoh yang signifikan adalah keberhasilan kami dalam proyek bernilai 62 juta yang telah selesai pada tahun 2007 di mana kami telah berhasil menekan tingkat emisi debu yang keluar dari seluruh tanur listrik sesuai dengan mandat dari pemerintah AR PT Inco, 2007. Aspek dalam GRI 2002 yang sama sekali tidak diungkap dalam annual report perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah mengenai kegiatan transportasi. Hal ini dimungkinkan karena aspek transportasi belum menjadi topik atau isu menarik bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan statistik deskriptif dari variabel independen penelitian. Informasi mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi: nilai minimum, maksimum, rata-rata mean, dan standar deviasi dihitung menggunakan alat bantu perangkat statistik SPSS release 16. Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian Variabel Min Max Mean Std.deviasi ED .59 11.20 5.40 2.62 Prop_DKI 25.00 100.00 42.93 15.06 Rapat_DK 2 77 9.23 12.06 Prop_KAI 25.00 100.00 55.61 22.92 Rapat_KA 1 104 10.26 13.27 Total_Asset 314 312,533,200 17,257,907 46,089,452 Ada sekitar 43 susunan dewan komisaris pada perusahaan-perusahaan di Indonesia terdiri dari anggota komisaris independen. Proporsi ini sudah baik karena berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam pada tanggal 1 Juli tahun 2000, bahwa proporsi dewan komisaris independen adalah 30 dari total anggota dewan komisaris. Komisaris independen mempunyai peranan penting dalam pengungkapan informasi lingkungan pada laporan tahunan. Ada 7 perusahaan 7,77 yang mempunyai proporsi dewan komisaris independen 25 dan hanya ada 2 perusahaan yang seluruh anggota dewan komisarisnya terdiri dari komisaris independen yaitu PT Aneka Tambang, dan Millenium Pharmacom International. Agar proses pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris berjalan efektif, corporate governance guidelines 2007 menyatakan bahwa minimal dewan komisaris harus mengadakan rapat intern sebanyak 4 kali dalam 1 tahun. Dari data statistik deskriptif di atas terdapat 15 perusahaan 16,67 yang menyelenggarakan rapat dibawah ketentuan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia akan ketentuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah memenuhi peraturan Bapepam terkait dengan proporsi komite audit independen minimal sebesar 33. Hal ini terbukti dengan jumlah rata-rata proporsi komite audit independen perusahaan-perusahaan di Indonesia, yaitu sebesar 56. Sedangkan hanya terdapat 3 perusahaan saja yang proporsi komite audit independennya tidak sesuai dengan regulasi. Masih terkait dengan peraturan Bapepam, tersebut di dalamnya bahwa komite audit independen harus menyelenggarakan rapat intern minimal 4 kali dalam 1 tahun corporate governance guidelines, 2007. Dari data statistik pada tabel 4.4 di atas masih terdapat perusahaan di Indonesia yang tidak mematuhi ketentuan rapat intern komite audit yaitu 9 perusahaan atau sekitar 10. Berdasarkan tabel di atas juga dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar Rp 17.257.907.027.079,53. Dari seluruh sampel dalam penelitian ini, terdapat 47 perusahaan 52,22 yang mempunyai ukuran perusahaan di atas nilai rata-rata dan 47,78 sisanya mempunyai nilai di bawah rata-rata. Ini berarti mengindikasikan bahwa iklim perekonomian Indonesia mulai stabil.

B. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE DI INDONESIA DAN MALAYSIA (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2013-2015)

3 30 146

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

2 8 82

Corporate Social Responsibility Disclosure: Pengaruh Good Corporate Governance dan Indikator Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Dagang di Bursa Efek Indonesia)

1 8 98

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

2 16 14

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP CORPORATE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK ENVIRONMENTAL DISCLOSURE (Studi pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia).

0 1 15

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Dibursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011).

0 2 19

HESTIN SRI WIDIAWATI S4309035

0 0 102

Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Corporate Governance Disclosure Studi Empiris Pada Perusahaan Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 0 73

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LATAR BELAKANG ETNIS, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, DAN GENDER TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2013

0 1 13