investor dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan tersebut.
4. Environmental Disclosure
Akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai alat kendali utama terhadap aktivitas perusahaan. Tanggung jawab manajemen
tidak terbatas pada pengelolaan dana ke dalam perusahaan kepada investor dan kreditor, tetapi juga meliputi dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap
lingkungan. Environmental disclosure adalah pengungkapan informasi yang berkaitan
dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan Suratno dkk, 2006. Zhegal dan Ahmed 1990 mengidentifikasi pelaporan lingkungan meliputi
pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam dan pengungkapan lain yang berhubungan dengan
lingkungan. Pengungkapan informasi lingkungan hidup perusahaan bertujuan sebagai
media untuk mengkomunikasikan realitas untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politis Hayuningtyas, 2007. Pertangggungjawaban lingkungan hidup
juga merupakan respon terhadap kebutuhan informasi dari kelompok-kelompok yang berkepentingan interest groups seperti serikat pekerja, aktivis lingkungan
hidup, kalangan religius dan kelompok lain Guthrie dan Parker, 1990.
Environmental disclosure merupakan wujud pertanggungjawaban sosial perusahaan Hadi, 2006. Melalui pengungkapan lingkungan hidup pada laporan
tahunan, masyarakat dapat memantau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi tanggung jawab sosialnya. Dengan cara
demikian, perusahaan akan memperoleh perhatian, kepercayaan dan dukungan dari masyarakat sehingga perusahaan dapat tetap eksis Parsons, 1996.
Pengungkapan informasi lingkungan hidup perusahaan masih bersifat voluntary, unaudited dan unregulated Mathews, 1984. Namun demikian,
beberapa institusi telah menawarkan model yang bisa dijadikan pedoman. 1
Institute of Chartered Accountants in England and Walls ICAEW Merupakan organisasi profesi para akuntan di Inggris dan Wales ini
mengeluarkan rekomendasi pada tema lingkungan yang perlu diungkap dalam annual report, yaitu:
a. Kebijakan lingkungan oleh perusahaan.
b. Identitas para direktur dilengkapi dengan rincian tanggung jawab
mereka pada lingkungan. c.
Tujuan lingkungan perusahaan. d.
Informasi aksi lingkungan yang telah dilakukan, termasuk rincian asal dan jumlah pengeluaran dalam aktivitas lingkungan.
e. Dampak utama bisnis terhadap lingkungan, dan bila memungkinkan
disertai dengan pengukuran kinerja lingkungan terkait. f.
Kepatuhan terhadap aturan dan petunjuk industri yang berkaitan dengan lingkungan termasuk bila memungkinkan eco-audit scheme
dari masyarakat Eropa dan rincian yang berkaitan dengan pendaftaran dan persetujuan Standar Inggris tentang “SM
Lingkungan 7750”. g.
Risiko lingkungan yang signifikan yang tidak disyaratkan untuk diungkap dalam kewajiban kontinjensi.
h. Laporan audit eksternal pada aktivitas lingkungan yang dilakukan
oleh perusahaan termasuk yang terkait dengan tempat-tempat tertentu.
2 Global Reporting Initiative’s GRI
GRI merekomendasikan beberapa aspek lingkungan yang harus diungkap dalam annual report. Ada 30 item yang direkomendasikan oleh GRI dan terdiri
dari 9 aspek. Kesembilan aspek tersebut adalah: a. Material
b. Energi c. Air
d. Keanekaragaman hayati e. Emisi dan limbah
f.
Produk dan jasa g. Ketaatan pada peraturan
h. Transportasi i.
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menjaga lingkungan. Pentingnya
pengungkapan informasi
lingkungan environmental
disclosure berkaitan dengan adanya kontrak perjanjian sosial social contract. Kontrak antara perusahaan dengan masyarakat, baik yang sifatnya eksplisit
maupun implisit yang timbul karena interaksi perusahaan dengan lingkungan, membawa konsekuensi perusahaan harus bertanggung jawab tidak hanya terhadap
kesejahteraan pemegang saham, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial, yaitu tanggung jawab untuk menjaga kelangsungan lingkungan hidup Belkaoui, 2000.
Banyak kasus yang telah terjadi berkenaan dengan lingkungan hidup yang belum diungkap dalam annual report perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Diantaranya adalah kasus pencemaran Teluk Buyat oleh PT Newmont. PT Newmont, Nusa Tenggara menggunakan teknologi yang berbahaya di laut, yaitu
pembuangan tailing ke laut Submarine Tailing Disposal, yang terbukti telah mengakibatkan pencemaran di Teluk Buyat, Sulawesi Utara. Bahkan hasil survei
KLH yang dilakukan bulan September 2004 di daerah Tongo Sejorong, Benete dan Lahar, Nusa Tenggara Barat, menunjukkan sekitar 76 – 100 responden
nelayan menyatakan bahwa pendapatan mereka menurun setelah Newmont membuang tailingnya ke Teluk Senunu, yang besarnya mencapai 120.000 ton
tailing perhari, atau 60 kali besarnya tailing Newmont di Teluk Buyat WALHI, 2005. Itulah sebabnya mengapa perusahaan perlu melakukan pengungkapan
informasi lingkungan.
5. Corporate Governance