PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

(1)

iv PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

PERUSAHAAN:

STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

DISUSUN OLEH: APRERIA ANGGITARANI

NIM. F0305004

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009


(2)

v HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMB

ING

Skripsi dengan judul

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN:STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing untuk diajukan kepada tim penguji skripsi.

Surakarta, Mei 2009 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Ak


(3)

vi

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.

Surakarta, Mei 2009 Tim Penguji Skripsi

1. Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si.Ak Ketua (………..) NIP. 132 086 156

2. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Akt. Pembimbing (………..) NIP. 132 282 196

3. Sri Suranta, SE, M.Si, Ak Anggota (………..) NIP. 132 163 900


(4)

vii

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka

apabila kamu telah selesai dari suatu urusan yang lain, dan

hanya kepada Tuhanmu lah kamu berharap”

(Qs. Alam Nasyrah : 6-8)

Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat “

( al-Baqarah [2]: 214 )

Kegagalan bukan berarti kehancuran, tetapi sebagai batu

loncatan menuju sukses

(Phytagoras)

kebaikan dalam kata-kata menciptakan percaya diri

kebaikan dalam berpikir menciptakan kebijakan

kebaikan dalam memberi menciptakan cinta

(lao Tzu)


(5)

viii

PERSEMBAHAN

I Dedicate this research for :

Allah SWT Sang pemilik hidup ini

Orang Tua ku: : (Alm. My Mom)

Papah Mamah ku untuk doa dan kasih sayangnya yang tulus…

“M. Fandy Asshiddiqi”

Thanks for being my motivation And Thanks for all


(6)

ix

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat, karunia, petunjuk dan ridho-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis dengan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak sebagai berikut :

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Djoko Suhardjanto M.Com (Hons), Ph.D, Akt selaku pembimbing skripsi atas semua nasehat, bantuan, dorongan, kritik, dan sarannya yang sangat membantu penulis untuk mencapai hasil yang terbaik. Terimakasih Bapak … untuk segalanya, semoga Bapak mendapat balasan atas segala yang telah diberikan kepada kami.


(7)

x 4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang

telah sabar membantu dan menuntun selama delapan semester masa kuliah.

5. Keluargaku (Papah, Mamah, adek-adekku Ninda, Fada, Rama, Eyangku, Bapak, Ibu’, D Agha, D Ozal, D Putri, Budhe, dan Mbak-mbakku) terimakasih untuk doanya, semoga aku bisa membahagiakan dan membanggakan kalian I’m very happy to have all of you as my family. 6. Especially for M. Fandy Asshiddiqi yang selalu membantu dan memberi

dukungan kepadaku, menemani disaat susah dan senang, terimakasih untuk semua yang telah kau berikan padaku, tetap sabar ya menghadapi aku....

7. Sahabat-sahabatku Doti, Fany, Ratna dan Moniqe. I just wanna say Thanks Girls, Thanks for everything. Meskipun ntar kita dah pada lulus, keep contact ya…

8. Teman-teman seperjuangan skripsi “Pak Djoko family “ Sari, Laras, Uli, dan Mari…waktu yang telah kita lewati bersama, susah dan senang akan menjadi kenangan tak terlupakan. Thanks atas bantuan support dan doanya selama ini.

9. Keluarga keduaku di Solo, Mb Din, Mb Dwi, Can2, Mb Sari, Mb Widi, Ibu Kos, m Mul dan adek kecilku Wefiya……terimakasih atas kebersamannya.

10. Temen-temen Akuntansi 2005 (Smangaaad!!!!!)


(8)

xi Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan pada diri penulis yang masih dalam taraf belajar. Maka dari itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun baik mengenai isi, pembahasan ataupun segala hal sangat diharapkan oleh penulis. Harapan penulis semoga sesuatu yang telah dikerjakan dapat dimanfaatkan secara optimal serta mendapatkan hikmah yang berharga dari apa yang dirasakan selama penyusunan skripsi.

Akhir kata dengan segala ketulusan dan kerendahan diri, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kelemahan dalam skripsi.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Surakarta, Mei 2009


(9)

xii

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAKSI ………..

ABSTRACT ………... HALAMAN PERSETUJUAN ………... HALAMAN PENGESAHAN ………... HALAMAN MOTTO ……….... HALAMAN PERSEMBAHAN ……….... KATA PENGANTAR ……….... DAFTAR ISI ……….. DAFTAR TABEL ……….. DAFTAR GAMBAR ………... BAB I. PENDAHULUAN ………...

A. Latar Belakang Masalah ………... B. Perumusan Masalah ……….. C. Tujuan Penelitian ……….. D. Manfaat Penelitian ……… E. Sistematika Penulisan ………... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...

A. Landasan Teori……….………... 1. Kinerja Keuangan Perusahaan…………... 2. Corporate Governance...

ii iii iv v vi vii viii xi xiv xv 1 1 7 7 7 8 10 10 10


(10)

xiii 3. Peran dan Fungsi Dewan Komisaris………..

4. Peran dan Fungsi Komite Audit………... B. Kerangka Teoritis... C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis... BAB III. METODE PENELITIAN ………...

A. Desain Penelitian... B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel... C. Data dan Metode Pengumpulan Data... D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya... E. Metode Analisis Data... BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………... A. Analisis Deskriptif sampel... B. Statistik Deskriptif... C. Pengujian Hipotesis... 1. Analisis Regresi Berganda... 2. Uji beda T dan ANOVA... D. Pembahasan Hasil Analisis... BAB V. PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran... C. Keterbatasan... D. Rekomendasi... 11 16 19 21 23 28 28 28 29 30 33 37 37 38 41 42 44 49 55 55 56 57


(11)

xiv REFERENSI


(12)

xv

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

3. 1 4.1 4. 2 4. 3 4. 4 4. 5 4. 6 4. 7

4. 8 4. 9 4.10

Keterangan Persamaan Regresi Berganda... Populasi dan Klasifikasi Industri... Sampel dan Klasifikasi Industri... Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian... Hasil Analisis Regresi Berganda... Hasil Uji beda TGroup Statistic... Hasil Uji beda TIndependent Sample Test…... Hasil ANOVALevene`s Test of Equality of Error Variance ... Hasil ANOVATest of Between-Subjects Effects……... Hasil ANOVAPost Hoc Test ... Ringkasan Hasil Pengujian ………..

36 37 38 39 43 45 46

47 47 48 57


(13)

xvi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

2.1 Hubungan antara corporate governance dan kinerja


(14)

(15)

ii PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ABSTRAKSI

Apreria Anggitarani F 0305004

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance

terhadap perusahaan. Variabel corporate governance yang digunakan adalah proporsi dewan komisaris independen, latar belakang belakang culture atau etnis presiden komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi komite audit independen, dan jumlah rapat komite audit. Penelitian ini juga menggunakan leverage dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan CFROA (Cash Flow return on Asset)..

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 90 perusahaan dari semua sektor industri, yaitu service, finance dan manufacture termasuk mining.

Metode pemilihan sampel menggunakan metode random berbasis alokasi porposional. Pengujian dilakukan dengan menggunakan regresi berganda, uji beda t, ANOVA.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan adalah latar belakang culture presiden komisaris, jumlah rapat komite audit. Leverage sebagai variabel kontrol juga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Kata Kunci: corporate governance, komisaris independen, komite audit independen, kinerja keuangan perusahaan.


(16)

iii THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE, ETHNIC, AND EDUCATIONAL BACKGROUND ON THE COMPANIES FINANCIAL

PERFORMANCE: (An Empirical Study on Public Companies Listed in Indonesian Stock Exchange)

ABSTRACT Apreria Anggitarani

F 0305004

The purpose of this study is to examine relationship between corporate governance and its companies’ financial performance. Corporate governance aspect uses the proportion of independent commissioner, the commissioner president`s ethnic background, the commissioner president`s educational background, the number of commissary chamber meeting, the proportion of independent audit committee, and the number of audit committee meeting as the independent variable. This study also investigates leverage and firm size as control variable. with the companies’ financial performance measured using CFROA (Cash Flow Return on Asset).

The sample taken in this research was 90 companies from all industrial sectors: service, finance and manufacture, including mining. This study employed a hypothesis test using logistic regression, multiple regression, t-test, and ANOVA.

Analysis of statistical results the commissioner president`s ethnic background, the number of audit committee meeting are as significant predictors to companies’ financial performance. The leverage as control variable also effects to companies’ financial performance.

Keywords: Corporate governance, independent commissioners, independent audit committee, companies’ financial performance.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

Penelitian ini membahas mengenai corporate governance dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pada Bab I berikut ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang bertugas mengelola sumber-sumber ekonomik untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan dapat memuaskan kebutuhan masyarakat (www.wikipedia.org). Perusahaan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini berkaitan dengan kontribusi perusahaan dalam penyediaan lapangan kerja, penyerapan dan penciptaan sumber daya ekonomi, serta pemasukan pajak kepada negara. Perkembangan perusahaan sangat tergantung pada ketersediaan modal yang salah satu sumbernya diperoleh dari investor, untuk itu perusahaan harus berupaya bagaimana investor tertarik untuk melakukan investasi.

Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar. Hasil dari kinerja tersebut harus dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik perusahaan tersebut (Hawkins, 1979). Perusahaan yang mempunyai kinerja yang bagus akan terjamin kelangsungan hidupnya karena akan mendapat kepercayaan dari publik, sehingga publik akan merasa nyaman untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Untuk mengetahui bagaimana kinerja yang dicapai oleh suatu perusahaan perlu dilakukan penilain kinerja (Lingle dan Schiemann, 1996).


(18)

Ada berbagai metode penilaian kinerja yang digunakan selama ini, yaitu penilaian kinerja perusahaan dengan ukuran keuangan dan non keuangan. Sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu mencari laba, maka hampir semua perusahaan mengukur kinerjanya dengan ukuran keuangan. Pengukuran dengan aspek keuangan lebih sering digunakan karena ada standar pembanding yang potensial, baik berupa laporan keuangan dimasa lalu atau dengan laporan keuangan perusahaan lain yang sejenis (Hansen dan Mowen, 1997). Dengan menggunakan ukuran keuangan dapat diketahui hasil tindakan dimasa lalu. Ukuran keuangan tersebut biasanya dilengkapi juga dengan ukuran non keuangan seperti kepuasan customer, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang.

Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar penilaian kinerja perusahaan karena dengan melihat laporan keuangan dapat diukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu yaitu dengan melihat laporan laba ruginya (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Namun, seringkali angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan, sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar (Theresia, 2005). Dalam hal seperti ini, penggunaan arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa datang karena arus kas (cash flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradono dan Cristiawan, 2004).

Penelitian ini menggunakan CFROA (Cash flow return assets) sebagai alat pengukur kinerja keuangan perusahaan. CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi dengan total aktiva. Salah satu alasan menggunakan


(19)

CFROA sebagai alat pengukur kinerja karena CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja keuangan perusahaan saat ini dan tidak terikat dengan harga saham (Cornett, Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006). Jadi laba yang ditampilkan menggambarkan laba yang sebenarnya, atau laba yang benar-benar dihasilkan oleh perusahaan pada satu periode.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan adalah corporate governance. Sejak krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 isu mengenai corporate governance telah menjadi salah satu bahasan penting yang menarik (Swasembada, 2005). Corporate Governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi pihak-pihak minoritas (outside investor/minority shareholder) dari ekspropiarsi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham pengendali (insider) dengan penekanan pada mekanisme legal (Shleiver dan Vishny, 1997). Corporate governance digunakan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja dan merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, jika hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholder lainnya dapat terjalin dengan baik maka kinerja keuangan perusahaan akan tercapai (Darmawati, Khomsiyah, Rahayu, 2004).

Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji keterkaitan antara mekanisme corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan, yaitu Menon dan Wiliams (1994); Dalton, Johnson dan Ellstrand (1999); Klapper dan Love (2002); Darmawati, Khomsiyah dan Rahayu (2004); Dwivedi dan Jain (2005); Chau dan Leung, 2006.

Proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris merupakan variabel yang sering digunakan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Black, Jang dan Kim (2003)


(20)

menemukan bahwa proporsi dewan komisaris independen mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Fungsi dari dewan komisaris independen adalah mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan memberikan nasihat kepada manajemen (KNKG, 2004). Kinerja dan tugas dewan komisaris untuk mengawasi jalannya perusahaan akan efektif bila masing-masing anggota dewan aktif hadir dalam pertemuan dewan komisaris (corporate governance guidelines, 2007). Pertemuan dewan komisaris ini dilakukan baik secara internal maupun eksternal sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya.

Indonesia memiliki keberagaman etnis, salah satunya adalah etnis Tionghoa sebagai minoritas di Indonesia memberikan pengaruh dalam dunia bisnis (Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra, 2007). Sebelum era reformasi, etnis ini sering memperoleh perlakuan diskriminasi dalam masyarakat Indonesia. Namun sekarang keberadaan etnis ini telah diakui memberikan kontribusi besar dalam memajukan perekonomian bangsa. Etnis Tionghoa dinilai memiliki etos kerja tinggi, memiliki filosofi bisnis yang menjadi ciri khasnya, yaitu hemat dan disiplin bila dibandingkan dengan orang pribumi sendiri (Sugiyono, 2007). Dengan karakteristik ini dianggap perbedaan etnis di Indonesia memiliki pengaruh terhadap dunia perekonomian terutama sektor bisnis.

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh anggota dewan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki (Robert, 1992). Meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih baik jika anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi, karena dengan memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi, setidaknya anggota dewan memiliki kemampuan lebih baik untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi (Kusumastuti, Supatmi dan Sastra, 2007).

Komite audit sering ditunjukkan sebagai sebuah kesuksesan corporate governance, karena keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan berfungsi untuk meningkatkan


(21)

pengendalian dalam perusahaan (Forker, 1992). Komite audit merupakan suatu variabel yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja keuangan perusahaan dan mempengaruhi keputusan manajer (Menon dan Wiliams, 1994). Komite audit mempunyai tugas memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi (Herwidayatmo, 2000).

Dalam menjalankan tugasnya, komite audit minimal mengadakan pertemuan 4 kali dalam satu tahun (corporate governance guidelines, 2007). Semakin tinggi proporsi outsider maka pertemuan audit committee akan semakin sering, dimana hubungan antara komposisi dewan dan frekuensi pertemuan akan merefleksikan monitoring audit committee, jadi apabila audit comitte semakin sering melakukan pertemuan maka akan meningkatkan kinerja perusahaan (Menon dan Wliams, 1994).

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian salah satunya yang dilakukan oleh Klaper dan Love (2000) perbedaannya adalah proksi variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan CFROA seperti dalam penelitian Cornet dkk (2006), sedangkan penelitian Klaper dan Love menggunakan proksi ROA untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan yang lain aspek corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini ditambah dengan variabel dewan komisaris dan komite audit sebagai pelaksana fungsi pengawasan dalam perusahaan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Corporate Governance, Etnis , dan Latar Belakang Pendidikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(22)

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh corporate governance yang terdiri dari (1) proporsi dewan komisaris independen, (2) latar belakang culture atau etnic presiden komisaris, (3) latar belakang pendidikan presiden komisaris, (4) jumlah rapat dewan komisaris, (5) proporsi anggota komite audit independen, dan (6) jumlah rapat komite audit terhadap kinerja keuangan perusaahaan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah mengetahui adanya pengaruh corporate governance, etnis dan latar belakang pendidikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan kontribusi terhadap literatur penelitian akuntansi khususnya mengenai corporate governance dengan kinerja keuangan di Indonesia.

2. Memberikan masukan kepada penyelenggara perusahaan dalam memahami mekanisme corporate governance, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan.

3. Menjadi acuan tambahan dalam menganalisis informasi yang disajikan oleh perusahaan berkenaan dengan corporate governance dan kinerja keuangan perusahaan bagi stakeholder seperti investor, kreditor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. 4. Memberikan masukan bagi regulator dalam penentuan kebijakan corporate governance.


(23)

5. Memberikan tambahan literatur dalam bidang ilmu akuntansi khususnya bagi kalangan akademisi.

E. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini diuraikan tinjauan pustaka yang memuat landasn teori yang terkait dengan topik penelitian, penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis, serta kerangka teoritis.

Bab III : Metode Penelitian

Berisi tentang desain penelitian; populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel; variabel penelitian dan pengukurannya; dan metode analisis data yang terdiri dari pengujian data dan pengujian hipotesis.

Bab IV : Analisis Data

Bab ini menguraikan hasil pengumpulan data, analisis variabel independen dan variabel dependen, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil analisis.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian serta saran bagi peneliti selanjutnya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Setelah membahas pendahuluan di Bab I. Pada Bab II ini akan menjelaskan mengenai landasan teori, kerangka teoritis, serta penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.

A. Landasan Teori

Landasan teori disini akan menjelaskan mengenai definisi kinerja keuangan, corporate governance, peran dan fungsi dewan komisaris, serta peran dan fungsi komite audit.

1. Kinerja Keuangan Perusahaan

Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997, hal 503) adalah merupakan kata benda (n) yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja. Pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003).

Hawkins dalam The Oxford Paperback Dictionary 1979 mengemukakan pengertian kinerja sebagai berikut: Performance is: (1) the process or manner of performing, (2) a notable action or achievement, (3) the performing of a play or other entertainment.


(25)

Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati.

Sedangkan penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.

Penilaian kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja yang dicapai. Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Penilaian kinerja perusahaan (Companies performance assessment) mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996). Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi manajemen mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi (Lingle dan Schiemann, 1996). Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategik, program dan anggaran organisasi.

2. Corporate governance

Corporate governance telah menjadi salah satu bahasan penting yang menarik sejak krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 (Swasembada, 2005). Penyebab terjadinya krisis keuangan adalah lemahnya penerapan corporate governance, salah satu cirinya adalah tindakan para manajer perusahaan yang mementingkan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan investor, sehingga akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah ditanamkan (Johnson, Simon, Boone, Breach dan Friedman, 2000).


(26)

Corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder (Monks dan Minow, 2003). Corporate governance adalah suatu gabungan antara hukum, peraturan dan praktek-praktek sektor privat yang cocok yang memungkinkan perusahaan untuk menarik modal, sumberdaya manusia dan beroperasi secara efisien, sehingga dapat menjaga kelangsungan operasional dengan menghasilkan nilai ekonomis jangka panjang untuk pemegang sahamnya dan masyarakat secara keseluruhan (OECD, 1999).

Keberhasilan dari praktik corporate governance perusahaan publik tidak terlepas dari adanya sebuah peraturan. Ada tiga tantangan fundamental yang saat ini dihadapi oleh pembuat peraturan publik (Coglianese, 2004). Pertama adalah siapa yang seharusnya membuat peraturan, pemerintah atau self-regulation misalnya BEI. Tantangan kedua adalah bagaimana mengaturnya. Pembuat peraturan menghadapi dua pilihan yaitu membuat prinsip atau peraturan corporate governance. Tantangan ketiga adalah bagaimana caranya agar prinsip atau peraturan tersebut dilaksanakan.

Pada April 1998, OECD telah mengeluarkan seperangkat prinsip-prinsip corporate governance yang dikembangkan seuniversal mungkin. Hal ini mengingat bahwa prinsip ini disusun untuk digunakan sebagai referensi di berbagai negara yang mempunyai karakteristik sistem hukum, budaya dan lingkungan yang berbeda. Dengan demikian, prinsip yang universal tersebut akan dapat dijadikan pedoman oleh semua negara atau perusahaan namun tetap harus disesuaikan dengan sistem hukum, aturan atau nilai yang berlaku di negara masing-masing.

Prinsip-prinsip corporate governance yang dikembangkan oleh OECD meliputi 5 hal sebagai berikut:


(27)

Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus mampu melindungi hak-hak para pemegang saham. Hak-hak tersebut meliputi hak dasar pemegang saham, yaitu hak untuk (1) menjamin keamanan metode pendaftaran kepemilikan, (2) mengalihkan atau memindahkan saham yang dimilikinya, (3) memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur, (4) ikut berperan memberikan suara dalam RUPS, (5) memilih anggota dewan komisaris dan direksi, (6) memperoleh pembagian keuntungan perusahaan.

2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham

Kerangka corporate governance harus menjamin adanya perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan penggantian atau perbaikan atas pelanggaran dari hak-hak mereka. Prinsip ini juga mensyaratkan adanya perlakuan yang sama atas saham-saham yang beredar dalam satu kelas, melarang praktek-praktek insider trading dan self dealing, dan mengharuskan anggota dewan komisaris untuk melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest). 3. Peranan stakeholder yang berkaitan dengan perusahaan

Kerangka corporate governance harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholder, seperti ditentukan dalam undang-undang dan mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan para stakeholder tersebut dalam rangka menciptakan hubungan kesejahteraan, lapangan kerja, dan kesinambungan usaha.

4. Keterbukaan dan transparansi

Kerangka corporate governance harus menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan ini meliputi informasi mengenai keadaan keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Disamping itu, informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan meminta auditor eksternal melakukan audit yang bersifat independen atas laporan keuangan.

5. Akuntanbilitas dewan komisaris (board of directors)

Kerangka corporate governance harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris, dan akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris beserta kewajiban-kewajiban profesionalnya kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.

Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, dan diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan


(28)

memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan dan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan investor, serta dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997). Dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).

Hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dengan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahaan antara kepemilikan (di pihak principal/investor) dan pengendalian (di pihak agent/manajer). Investor memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan. Selain itu, ada tiga unsur tambahan yang dapat membatasi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh agen. Unsur-unsur tersebut adalah bekerjanya pasar tenaga manajerial, bekerjanya pasar modal dan unsur bekerjanya pasar bagi keinginan menguasai dan memiliki/mendominasi kepemilikan perusahaan (market for corporate control). Agen bisa tidak bermasa depan bila kinerjanya buruk sehingga diberhentikan oleh pemegang saham.

Agency Theory merupakan pengembangan dari teori corporate governance yang sering digunakan dalam penelitian untuk memahami antara karakteristik dewan direksi dengan nilai perusahaan (Carter, dkk. 2003). Peraturan di Indonesia mengenai board governance merupakan suatu bentuk upaya dari pemerintah sebagai pihak regulator untuk memperbaiki corporate governance di Indonesia, terutama pasca krisis ekonomi tahun 1997.


(29)

3. Peran dan Fungsi Dewan Komisaris

Sesuai dengan ketentuan pasal 97 Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas, dimana UU ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam National Code for Good Corporate Governance 2001 bahwa komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasehat kepada direksi. Kemudian dalam pasal 98 ayat 1 UU perseroan terbatas dinyatakan bahwa komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.

Salah satu aspek penting dalam corporate governance adalah dewan pengurus perseroan atau board of directors. Indonesia menganut two board system, artinya komposisi dewan pengurus perseroan terdiri dari fungsi eksekutif yaitu dewan direksi, dan fungsi pengawasan yang dijalankan oleh dewan komisaris (Herwidayatmo, 2000). Berdasarkan kerangka hukum, sistem pengawasan yang ada pada persuahaan-perusahaan di Indonesia terletak pada dewan komisaris. Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris ini didukung dengan keberadaan komisaris independen dalam komposisi dewan komisarisnya. Barry (1999) menyatakan bahwa outsider directors dapat membantu memberikan kontinuitas dan objektivitas yang diperlukan bagi suatu perusahaan untuk berkembang dan makmur. Komisaris independen membantu merencanakan strategi jangka panjang perusahaan dan secara berkala melakukan review atas implementasi strategi tersebut. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, perusahaan akan mendapat akses atas talent dan pengetahuan khusus yang mungkin akan sangat mahal jika diperoleh selain melalui outsider directors.


(30)

Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan Peraturan Pencatatan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak tanggal 1 Juli 2000. Perusahaan yang tercatat di BEI wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris.

Adapun persyaratan menjadi komisaris independen adalah sebagai berikut:

 Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan tercatat yang bersangkutan

 Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan/atau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan

 Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lain yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan

 Memahami peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal

 Diusulkan oleh pemegang saham dan dipilih oleh pemegang saham yang bukan merupakan pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Penelitian Dalton dkk (1999) menemukan adanya hubungan antara keberadaan dewan komisaris independen dengan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja dan tugas dewan komisaris untuk mengawasi jalannya perusahaan akan berjalan sebagaimana mestinya bila masing-masing anggota dewan aktif hadir dalam pertemuan dewan komisaris (corporate governance guidelines, 2007). Brick dan Chidambaran (2007) berpendapat bahwa semakin sering dewan komisaris dan komite audit melakukan pertemuan, maka akan meningkatkan nilai perusahaan.


(31)

thionghoa dan dari negara lain secara tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Kusumastuti, dkk (2007), yang menunjukkan adanya hubungan antara nilai perusahaan dengan faktor etnis presiden komisaris yang menduduki jabatan tersebut. Keberadaan golongan etnis tionghoa di Indonesia sebagai minoritas memberikan pengaruh di dunia bisnis (www.indonesia.go.id). Ada pendapat mengatakan kesuksesan mereka didorong etos kerja tinggi khas semangat kaum minoritas, sikap hemat, dan disiplin yang merupakan inti dari filosofi bisnis juga menjadi ciri khas kehidupan warga tionghoa. Tionghoa sebagai etnis minoritas memiliki kebudayaan yang terus dijunjung tinggi sehingga hal ini memungkinkan mereka dapat bertahan dan berhasil dalam menjalankan bisnis. Karakteristik inilah yang dianggap etnis tionghoa dalam dewan komisaris di Indonesia memiliki pengaruh terhadap dunia perekonomian, terutama sektor bisnis.

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh anggota dewan biasanya berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki, meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih baik jika anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi (Kusumastuti dkk, 2007). Dengan memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi, setidaknya anggota dewan memiliki kemampuan lebih baik dalam mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis. Untuk menjalankan perusahaan dengan baik, tidak hanya kemampuan hard skil saja yang perlu diperhatikan melainkan seorang anggota dewan juga harus memiliki kemampuan soft skil seperti kemampuan beradaptasi, komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah (Nurudin, 2004).

4. Peran dan Fungsi Komite Audit


(32)

pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan antara lain Bapepam dengan surat edaran No. SE-03/PM/2000 menyaratkan bahwa setiap perusahaan publik di Indonesia wajib membentuk komite audit. Dalam pelaksanaan tugasnya, komite audit mempunyai fungsi membantu dewan komisaris untuk:

 Meningkatkan kualitas laporan keuangan

 Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan

 Meningkatkan efektivitas fungsi audit internal maupun audit eksternal

 Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris Berdasarkan strukturnya, anggota komite audit minimal terdiri dari tiga orang yang diketuai oleh satu orang komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen terhadap perusahaan serta menguasai dan memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan. Syarat untuk menjadi anggota komite audit adalah independen atau tidak memiliki hubungan usaha maupun afiliasi dengan perusahaan, direktur, komisaris, maupun pemegang sahan utama. Anggota komite audit juga harus memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam bidang tugasnya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.

Menurut Herwidayatmo (2000) keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan berfungsi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan adanya komite audit, perusahaan akan lebih meningkatkan kualitas laporan keuangan. Selain itu, tugas komite audit adalah memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi. Untuk itu, komite audit harus melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi atau informasi keuangan lainnya. Dalam menjalankan tugasnya, komite audit minimal mengadakan pertemuan empat kali dalam satu tahun


(33)

(corporate governance guidelines, 2007).

Corporate governance memiliki keterkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Klapper dan Love (2002) dalam penelitiannya menemukan hubungan yang positif antara corporate governance dengan kinerja perusahaan di negara berkembang. Black dkk (2005) melaporkan bukti bahwa indeks corporate governance perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek korea secara ekonomik mempunyai korelasi yang signifikan dengan nilai pasar perusahaan. Hasil penelitian Darmawati dkk (2004) menemukan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

B. Kerangka Teoritis

Penelitian ini menggunakan kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel dependen dan menggunakan corporate governance sebagai variabel independen serta ukuran perusahaan dan leverage sebagai variabel kontrol.


(34)

Variabel Independen

Gambar 2.1

Hubungan antara corporate governance dan kinerja keuangan perusahaan

X1 Komposisi

Dewan komisaris

X2 Latar belakang

culture presiden komisaris

X3 Latar belakang

pendidikan presiden komisaris

X5 Proporsi jumlah

komite audit

X6 Jumlah rapat

komite audit

Y Kinerja keuangan perusahaan Variabel control:

a. Ukuran perusahaan b. Leverage

X4 Jumlah rapat

dewan komisaris


(35)

Berdasarkan gambar 2.1 di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan CFROA sebagai variabel dependen dalam penelitian ini dipengaruhi secara langsung oleh variabel independen yaitu proporsi dewan komisaris dependen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris, latar belakang etnis (culture) dan latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi jumlah komite audit independen, jumlah rapat komite audit, serta menggunakan variabel kontrol ukuran perusahaan dan leverage.

C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menguji hubungan antara corporate governance dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara corporate governance dengan kinerja keuangan perusahaan. Variabel corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini ada 6, yaitu proporsi dewan komisaris independen terhadap seluruh jumlah anggota dewan komisaris, latar belakang culture atau etnic presiden komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi anggota komite audit independen terhadap seluruh anggota komite audit, dan jumlah rapat komite audit. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan 2 variabel kontrol, yaitu ukuran perusahaan dan leverage. Berikut adalah hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini :

1. Proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris dan kinerja keuangan perusahaan

Peran utama dewan komisaris adalah terkait dengan fungsi kontrol, dimana dewan komisaris independen merupakan alat untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan memberikan nasihat kepada manajemen (KNKG, 2004).


(36)

Dwivedi dan Jain (2005) menemukan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil yang sama juga diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Black dkk (2005) Dari beberapa penelitian diatas maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Terdapat hubungan positif antara proporsi dewan komisaris independen

terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris dan kinerja keuangan perusahaan.

2. Latar Belakang culture atau etnic presiden komisaris dan kinerja keuangan perusahaan Latar belakang etnis (culture) presiden komisaris direpresentasikan dengan loyalitas kelompok etnis yang berada pada kelompok yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang mempunyai pola tingkah laku normatif (Cohen, 1974).

Indonesia merupakan negara dengan banyak ras dan salah satu yang mempunyai kontribusi besar dalam dunia bisnis di Indonesia adalah etnis Tionghoa (Kusumastuti dkk, 2007). Etnis Tionghoa dinilai memiliki etos kerja tinggi, memiliki filosofi bisnis yang menjadi ciri khasnya, yaitu hemat dan disiplin bila dibandingkan dengan orang pribumi sendiri (Sugiyono, 2007). Dengan karakteristik ini dianggap perbedaan etnis di Indonesia memiliki pengaruh terhadap dunia perekonomian terutama sektor bisnis. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

H2 : Terdapat hubungan antara latar belakang culture atau etnic presiden

komisaris dan kinerja keuangan perusahaan.

3. Latar belakang pendidikan presiden komisaris dan kinerja keuangan perusahaan.

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh presiden komisaris berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki (Ahmed and Nichols, 1994). Akan lebih baik jika


(37)

presiden komisaris memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi karena setidaknya presiden komisaris memiliki kemampuan untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi (Bray, Howard, dan Golan, 1995).

Santrock (1995) menyatakan bahwa pendidikan universitas membantu seseorang dalam kemajuan karirnya, di mana seseorang berpendidikan tinggi akan memiliki jenjang karir lebih tinggi dan lebih cepat. Dari uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan presiden komisaris dan

kinerja keuangan perusahaan.

4. Jumlah rapat dewan komisaris dan kinerja keuangan perusahaan.

Sesuai dengan corporate governance guidelines (2007), dewan komisaris harus memiliki skedul atau jadwal pertemuan tetap dan dapat dilakukan pertemuan tambahan sesuai dengan kebutuhan serta dilakukan pada saat yang tepat. Hal ini untuk mengetahui apakah operasi perusahaan telah berjalan dan menyesuaikan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan strategi perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vaveas (2003); Brick dan Chidambaran (2007), menunjukkan bahwa semakin banyak rapat yang diselenggarakan dewan komisaris, maka akan meningkatkan kinerjanya. Dari argumen tersebut diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis:

H4 : Terdapat hubungan positif antara jumlah rapat dewan komisaris dan kinerja

keuangan perusahaan.

5. Proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh anggota komite audit dan kinerja keuangan perusahaan


(38)

dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, terutama dari aspek pengendalian karena komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam implementasi corporate governance yang baik (Effendi, 2005). Penelitian Forker (1992) menyatakan bahwa keberadaan komite audit independen meningkatkan kualitas kontrol perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Menon dan Wiliams (1994) komite audit merupakan suatu variabel yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja keuangan perusahaan dan mempengaruhi keputusan manajer. Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5 : Terdapat hubungan positif antara proporsi komite audit independen terhadap

jumlah seluruh anggota komite audit dan kinerja keuangan perusahaan.

6. Jumlah rapat komite audit dan kinerja keuangan perusahaan.

Dalam menjalankan tugas untuk dapat meningkatkan kinerjanya, komite audit minimal mengadakan pertemuan 4 kali dalam satu tahun (Corporate governance guidelines, 2007). Semakin sering komite audit melakukan rapat maka komite audit melakukan fungsi pengawasan dengan baik, berarti pelaksanaan corporate governance efektif (Menon dan Williams, 1994). Dari uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis seperti berikut:

H6 : Terdapat hubungan positif antara jumlah rapat komite audit dan kinerja keuangan


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian sebelumnya, Bab I telah dibahas mengenai apa yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian, kemudian tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kemudian pada Bab II dijelaskan mengenai tinjauan pustaka, beberapa penelitian terdahulu serta merumuskan 6 hipotesis dari penelitian ini.

Pada Bab III ini akan dikemukakan mengenai data-data yang digunakan meliputi desain penelitian, populasi, sample dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data, variable penelitian dan pengukurannya, metode analisis data berupa pengujian prasyarat dan pengujian hipotesis.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pengujian hipotesis untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh corporate governance, etnis, dan latar belakang pendidikan terhadap kinerja keuangan dalam annual report perusahaan-perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia periode 2007.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2007, yaitu sebesar 380 perusahaan. Penggunaan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasi karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada stakeholders, sehingga memungkinkan data laporan tahunan tersebut diperoleh dalam penelitian ini.


(40)

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random berbasis alokasi proporsional untuk meyakinkan sampel representatif dari semua sektor industri (Haniffa dan Cooke, 2005), yaitu service, finance, dan manufacture termasuk mining. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 90 perusahaan. Rosche (1975) dalam Sekaran (2000:295) menyatakan bahwa dalam analisis regresi berganda ukuran sampel hendaknya minimal sepuluh kali variabel dalam penelitian.

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan tahun 2007. Laporan tahunan dipilih karena memiliki kredibilitas yang tinggi, selain itu laporan tahunan digunakan oleh sejumlah stakeholder sebagai sumber utama informasi yang pasti (Deegan dan Rankin,1997), memiliki potensi yang besar untuk mempengaruhi penyebaran distribusi secara luas (Adams dan Harte, 1998), menawarkan deskripsi menajemen pada suatu periode tertentu (Neimark, 1992) dan dapat diakses untuk tujuan penelitian (Woodward, 1998).

Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), JSX Fact Book dan dari situs masing-masing perusahaan sampel.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi variable-variabel penelitian dan pengukurannya.

a. Variabel Independen

1. Proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris


(41)

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (OECD, 2004). Indikator yang digunakan adalah persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan komisaris perusahaan (Black dkk, 2005).

2. Latar belakang culture atau etnic presiden komisaris

Latar belakang culture presiden komisaris diukur dengan menggunakan dummy variable, indikator yang digunakan adalah dengan mengadopsi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra (2007), yaitu untuk presiden komisaris yang berasal dari pribumi dikode 1, etnis Tionghoa dikode2, dan berasal dari negara lainnya dikode 3.

3. Latar belakang pendidikan presiden komisaris

Indikator yang digunakan adalah latar belakang pendidikan presiden komisaris adalah apabila presiden komisaris mempunyai latar belakang pendidikan keuangan atau bisnis dikode 1, sedangkan yang lain dikode 0. Indikator tersebut sesuai dengan penelitian Haniffa dan Cooke (2005).

4. Jumlah rapat dewan komisaris

Jumlah rapat dewan komisaris merupakan rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Indikator yang digunakan adalah jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam waktu satu tahun. Hal ini sesuai dengan corporate governance guidelines (2007) dan penelitian Vafeas (2003).


(42)

Komite audit independen merupakan anggota komite audit yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Indikator yang digunakan adalah persentase anggota komite audit yang berasal dari luar perusahaan (independen) dari seluruh jumlah komite audit perusahaan, yaitu sesuai dengan penelitian Forker (1992), dan Simon (2001).

6. Jumlah rapat komite audit

Jumlah rapat komite audit merupakan rapat yang dilakukan oleh komite audit dalam perusahaan. Indikator yang digunakan adalah jumlah rapat komite audit yang diselenggarakan dalam jangka satu tahun, dan sesuai dengan audit committee charter (2005) dan corporate governance guidelines (2007).

b. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan (Ujiyanto dan Pramuka, 2007). CFROA merupakan salah satu pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi, dimana CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja keuangan perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham, sehingga CFROA yang dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya (Cornett dkk, 2006).

CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi dengan total aktiva.

CFROA =

assets dep EBIT

Keterangan:


(43)

EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak Dep = Depresiasi

Asset = Total aktiva

c. Variabel kontrol

Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan leverage.

1. Ukuran Perusahaan.

Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan proksi yang sama dengan penelitian Black, Jang dan Kim (2003); Gillan, Hartzell dan Starks (2003); Barucci dan Falini (2004), yaitu log total asset perusahaan. Total aset digunakan karena total aset berisi keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan baik yang lancar maupun tidak lancar, sehingga lebih menunjukkan ukuran perusahaan yang sebenarnya.

2. Leverage

Leverage merupakan persentase perbandingan antara total utang dengan total ekuitas. Rasio ini menunjukkan seberapa besar dari total keseluruhan asset perusahaan yang diperoleh atau didanai oleh utang. Hal ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Gillan, Hartzell dan Starks (2003); (Durnev dan Kim, 2003).

E. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan statistik deskriptif, dan pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS release 16.


(44)

A. Statistik Deskriptif

Pengujian ini terdiri dari penghitungan mean, median, standar deviasi, maksimum, dan minimum dari masing-masing data sampel. Pengujian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut.

B. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda, uji beda T dan ANOVA.

1. Analisis Regresi Berganda

Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Sebagai prasyarat pengujian regresi berganda dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2003). Pengujian asumsi klasik meliputi:

1) Uji Normalitas

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat normal atau tidak. Hasil pengujian normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Sminorv. Kriteria pengujian apabila value > 0.05 maka data berdistribusi secara normal, sedangkan apabila  value < 0.05 data tidak berdistribusi normal. Hal ini didukung juga dengan tampilan grafik histogram dan normal probability plot.

2) Uji Multikolineritas

Multikolineritas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang sempurna antara beberapa semua variabel independen dalam model regresi. Pendeteksiannya dilakukan dengan menggunakan toleransi value VIF (variance


(45)

inflation factor). Jika nilai tolerance value 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolineritas.

3) Uji Autokorelasi

Uji ini untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang sempurna antara anggota-anggota observasi. Untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam model regresi terdapat autokorelasi atau tidak, dapat diketahui melalui uji Durbin-Watson. Apabila nilai DW lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari 4-du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

4) Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas berarti terdapat varian yang tidak sama dalam kesalahan pengganggu. Untuk menentukan heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot, titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6

+ b7X7 + b8X8 + e

Tabel 3.1

Keterangan Persamaan Regresi Berganda

Simbol Keterangan

Y : Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan CFROA X1 : Proporsi dewan komisaris independen

X2 : Latar belakang culture atau etnic presiden komisaris, 1 = Pribumi, 2 =

Tionghoa, 3 = Lainnya

X3 : Latar belakang pendidikan presiden komisaris, 1 = bisnis / keuangan, 0 =

lainnya

X4 : Jumlah Rapat dewan komisaris

X5 : Proporsi komite audit independen

X6 : Jumlah Rapat komite audit

X7 : Ukuran perusahaan

X8 : Leverage


(46)

b1– b8 : Koefisien regresi

e : Error

2. Uji beda T dan ANOVA

Uji beda T digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda, sedangkan anova digunakan untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik atau kategorikal dengan kategori lebih dari dua) (Ghozali, 2003).


(47)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil analisis terhadap data yang digunakan dalam penelitian dan pembahasan hasil analisis.

A. Analisis Deskriptif Data

Analisis deskriptif data terdiri dari seleksi sampel dan statistik deskriptif. 1. Seleksi Sampel

Analisis deskriptif dalam penelitian ini berisi mengenai profil subyek penelitian dan karakteristik data yang digunakan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007. Pada tabel dibawah ini akan ditunjukkan mengenai jumlah populasi menurut klasifikasi industrinya:

Tabel 4.1

Populasi dan Klasifikasi Industri Perusahaan

No Klasifikasi Industri Jumlah Persentase (%) 1 Industri Jasa 66 17.36 2 Industri Keuangan 67 17.63 3 Industri Manufaktur dan lainnya 247 65.00 Total 380 100.00

Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam BAB III, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 perusahaan. Jumlah sampel dan klasifikasi industri, dapat dilihat dalam table 4.2 berikut:


(48)

Tabel 4.2

Sampel dan Klasifikasi Industri Perusahaan

No Klasifikasi Industri Jumlah Total Persentase (%) 1 Service Industries 17 18.89 2 Finance Industries 19 21.12 3 Manufacture dan lainnya 54 59.99 Total 90 100.00

Terdapat perbedaan jumlah persentase antara populasi dan sampel pada sektor jasa dan manufaktur diakibatkan keterbatasan data pada sektor tersebut, sehingga diganti dengan perusahaan dari sektor keuangan.

B. Statistik Deskriptif

Kinerja keuangan sebagai variabel dependen dalam penelitian ini diukur dengan CFROA yaitu EBIT ditambah Depresiasi dibagi dengan total aset. Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan statistik deskriptif dari variabel-variabel penelitian. Informasi mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi: nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dihitung menggunakan alat bantu perangkat statistik SPSS release 16. Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian

Variabel Min Max Mean Std.deviasi

CFROA 9.26 2156.89 65.21 1.320 Prop_DKI .50 100.00 42.93 15.380 Rapat_DK 2 52 7.84 7.465 Prop_KAI 25.00 100.00 55.61 22.738 Rapat_KA 1 104 10.26 13.156 Total_Asset 3.15E8 2.04E14 1.0997E13 2.658 Leverage -1.90 1487.00 18.98 338.513


(49)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas hasil deskriptif kinerja keuangan yang diukur dengan CFROA diperoleh rata-rata sebesar 65.21% yang berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel mampu menghasilkan laba bersih sebelum pajak dan depresiasi sebesar 65.21% dari seluruh total aktiva. Hasil ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum pajak cukup baik. Hal ini bisa disebabkan karena kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2007 cukup stabil. Pertumbuhan ekonomi 2007 mencapai 6% atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi 2006 sebesar 5,5%. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi dan investasi. Kenaikan gaji PNS dan peningkatan UMR menyebabkan peningkatan konsumsi berlanjut dengan peningkatan daya beli masyarakat (Abdullah, 2007). Dari sisi investasi ada peningkatan investasi swasta baik berbentuk PMA maupun PMDN. Adanya peningkatan ekspor dari beberapa komoditas yang memberikan sumbangan terbesar seperti tekstil, peralatan listrik, produk kimia, peralatan mesin dan komoditi yang berbasis sumber daya alam (www.gemapembebasan.or.id).

Ada sekitar 43% susunan dewan komisaris pada perusahaan-perusahaan di Indonesia terdiri dari anggota komisaris independen. Proporsi ini sudah baik karena berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam pada tanggal 1 Juli tahun 2000, bahwa proporsi dewan komisaris independen adalah 30% dari total anggota dewan komisaris. Jadi rata-rata proporsi dewan komisaris independen untuk perusahaan sampel sudah terpenuhi. Ada 52 perusahaan sampel yang memiliki proporsi dewan komisaris independen lebih dari 50%, sisanya 38 perusahaan mempunyai proporsi dewan komisaris independen dibawah itu.

Agar proses pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris berjalan efektif, corporate governance guidelines (2007) menyatakan bahwa minimal dewan komisaris harus mengadakan rapat intern sebanyak 4 kali dalam 1 tahun. Dari data statistik deskriptif di atas terdapat 13 perusahaan (14.44%) yang menyelenggarakan rapat dibawah ketentuan yang ada.


(50)

Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia akan ketentuan yang telah ditetapkan. Sisanya 77 perusahaan sudah memenuhi ketentuan jumlah rapat yang ditentukan.

Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah memenuhi peraturan Bapepam terkait dengan proporsi komite audit independen minimal sebesar 33%. Hal ini terbukti dengan jumlah rata-rata proporsi komite audit independen perusahaan-perusahaan di Indonesia, yaitu sebesar 55.61%. Dari total perusahaan sampel, hanya ada 1 perusahaan yaitu PT Semen Gresik yang proporsi komite audit independennya tidak sesuai dengan regulasi yang ada. Masih terkait dengan peraturan Bapepam, yang menyebutkan bahwa komite audit independen harus menyelenggarakan rapat intern minimal 4 kali dalam 1 tahun (corporate governance guidelines, 2007). Dari data statistik masih ada 7 perusahaan di Indonesia yang tidak mematuhi ketentuan rapat intern komite audit. Sisanya yaitu 83 perusahaan sudah memenuhi ketentuan yang ada. Berarti kesadaran perusahaan untuk melakukan rapat sudah baik dan tidak hanya untuk memenuhi regulasi saja.

Berdasarkan tabel 4.3 di atas juga dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar Rp.1.0997E13. Dari seluruh jumlah sampel dalam penelitian ini, terdapat 38 perusahaan (42.22%) yang mempunyai ukuran perusahaan di atas nilai rata-rata artinya 38 perusahaan dalam sampel ini merupakan perusahaan besar dan 57.77% sisanya yang mempunyai nilai di bawah rata-rata merupakan perusahaan kecil.

Rata-rata leverage perusahaan di Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar 18.98%. artinya bahwa rata-rata modal perusahaan yang berasal dari hutang sebesar 18.98%. Semakin kecil leverage berarti semakin bagus karena perusahaan mampu melunasi utang dengan modalnya.


(51)

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan 2 pengujian, yaitu pengujian dengan menggunakan analisis regresi berganda, dan didukung dengan uji beda T serta ANOVA. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik, hasil pengujian data untuk penelitian ini disajikkan pada lampiran 3.

1. Analisis Regresi Berganda

Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris, latar belakang etnis presiden komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh anggota komite audit, jumlah rapat komite audit. Dua variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan leverage terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan perusahaan.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16. Berikut ini adalah hasil dari analisis regresi linier berganda yang disajikan dalam bentuk tabel beserta penjelasannya.


(52)

Tabel 4.4

Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel Coefficient Std.Error t Sig Constant 4.334 1.087 3.986 .000 Prop_DKI 0.001 .006 .156 .876 LBC_PK 0.337 .159 2.121 .037** LBP_PK -0.037 .166 -.224 .823 Rapat_DK 0.000 .012 -.014 .989 Prop_KA 0.000 .004 .103 .918 Rapat_KA 0.018 .006 2.792 .007** Asset (Log) -0.113 .092 -1.223 .225 Leverage 0.000 .000 -2.653 .010** R Square .259

Adjusted R Square .186

F 3.540

Sig .001

** Secara statistik signifikan pada tingkat 0.05 * Secara statistik signifikan pada tingkat 0.10

Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut diperoleh nilai R2 dan Adjusted (R2) adalah 0.259 dan 0.186. Sesuai dengan Ghozali (2003) bahwa bila dalam model terdapat variabel independen lebih dari dua maka angka adjusted R square lebih baik dalam menilai kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Berdasarkan nilai Adjusted (R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 18.6% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variable kontrol dan sisanya sebanyak 81.4% (100%-18.6%) dijelaskan oleh faktor lain. Nilai F hitung sebesar 3.540 dengan probabilitas 0.001 (<0.05), berarti bahwa variabel-variabel independen dan kontrol secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan perusahaan.

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa koefisien dari variabel independen yang signifikan secara statistik adalah latar belakang etnis presiden komisaris dengan nilai


(53)

signifikansi yang diperoleh sebesar 0.037 artinya bahwa latar belakang etnis presiden komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tingkat 5% dan jumlah rapat komite audit dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.007 pada tingkat signifikansi 5%. Sedangkan untuk variabel kontrol yang berpengaruh pada variabel dependen adalah leverage pada tingkat 5%.

Variabel-variabel lain yang tidak signifikan secara statistik adalah proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris (ρ-value = 0.876), latar belakang pendidikan presiden komisaris (ρ-value = 0.823), jumlah rapat dewan komisaris (p-value = 0.989), proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh anggota komite audit (ρ-value = 0.918). Variabel kontrol ukuran perusahaan (ρ-value = 0.225) variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil pengujian nilainya jauh diatas 0.05.

2. Uji beda T dan ANOVA

Uji beda T digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda T dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel (Ghozali, 2003). Dalam penelitian ini uji beda T dilakukan pada variabel kontrol leverage. Hal ini dikarenakan leverage berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Leverage dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perusahaan dengan leverage di atas rata-rata yang di kode 1 dan kelompok perusahaan dengan leverage di bawah rata-rata yang di kode 0.


(54)

Tabel 4.5 Hasil Uji Beda T

Group Statistic

Leverage Mean Std.deviation

Di atas mean 1.6269 2.46 Di bawah mean 2.9334 2.74

Berdasarkan analisis tabel 4.5 terlihat bahwa rata-rata kinerja keuangan perusahaan untuk perusahaan yang mempunyai leverage di atas rata-rata adalah 1.6269 sedangkan untuk kelompok perusahaan yang mempunyai leverage di bawah rata-rata adalah 2.9334 di sini terlihat jelas bahwa kinerja keuangan perusahaan antara perusahaan yang mempunyai leverage di atas rata-rata dan perusahaan yang mempunyai leverage di bawah rata-rata berbeda. Untuk melihat apakah perbedaan ini memang nyata secara statistik, maka kita harus melihat hasil independen sampel test. Yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Beda t Independent Sample Test

Levene`s Test Equality T-test for Equality of Means Of Variance

CFROA F Sig t Sig. (2-tail) Equal variance assumed .110 .741 -4.343 .000 Equal variance not assumed -4.426 .000

Berdasarkan hasil tabel diatas bahwa F hitung levene test sebesar 0.110 dengan p-value 0.741 karena signifikansi > 0.05 maka dapat disimpulkan memiliki variance yang sama. Dengan demikian analisis uji beda T harus menggunakan asumsi equal variance assumsed adalah -4.343 dengan signifikansi 0.000 (two tail). Jadi dapat disimpulkan bahwa


(55)

rata-rata kinerja keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mempunyai leverage di atas rata-rata dan perusahaan yang mempunyai leverage di bawah rata-rata.

ANOVA digunakan untuk menguji hubungan antara satu variabel independen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik). Dalam penelitian ini, ANOVA digunakan untuk menguji variabel latar belakang etnis presiden komisaris karena variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan mempunyai 3 kategori.

Tabel 4.7 Hasil ANOVA

Levene`s Test of Equality of Error Variances

F df1 df2 Sig

.429 2 87 .653

Hasil uji levene test menunjukan bahwa nilai F test sebesar 0.429 dan tidak signifikan

pada 0.05 (ρ>0.05) yang berarti variance sama dan asumsi ANOVA diterima Tabel 4.8

Hasil Anova

Test of Between-Subjects Effects

Source F Sig

Corrected Model 4.021 .021 Intercept 495.430 .000 LBC_PK 4.021 .021 R-Square = .085

Adjusted R-square = .064

Berdasarkan pengujian ANOVA, nilai F hitung diperoleh 495.430 untuk intercept dan signifikan pada 0.05. Begitu juga dengan variabel latar belakang etnis presiden komisaris dengan nilai F sebesar 4.021 dan signifikan pada 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa latar


(56)

belakang etnis presiden komisaris mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Besarnya nilai adjusted R-square 0.064 mempunyai arti bahwa variabel kinerja keuangan dapat dijelaskan oleh variabel latar belakang etnis presiden komisaris sebesar 6.4%

Tabel 4.9

Hasil ANOVA Post Hoc test

Turkey HSD 1 2 -.3265 .210

3 -1.2045 .042 2 1 .3265 .210 3 -.8780 .195 3 1 -.3265 .042 2 .8780 .195

Bonferroni 1 2 -.2867 .277

3 -3.8630 .048 2 1 .2867 .277 3 -3.5763 .255 3 1 3.860 .048 2 3.5763 .255

Hasil turkey HSD maupun bonferroni menunjukan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan antara presiden komisaris etnis pribumi dengan presiden komisaris etnis negara lain dengan rata-rata perbedaan kinerja keuangan sebesar 1.2045 dan signifikan pada 0.042. Perbedaan kinerja keuangan antara presiden komisaris etnis pribumi dan presiden komisaris etnis tionghoa sebesar .3265 dan secara statistik tidak signifikan (ρ-value = 0.210 jauh diatas 0.05). Sedangkan perbedaan kinerja keuangan antara presiden komisaris etnis tionghoa dengan presiden komisaris negara lain sebesar .8780 dan secara statistik tidak signifikan (ρ -value = 0.195 jauh diatas 0.05).


(57)

D. Pembahasan Hasil Analisis

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa hipotesis latar belakang culture presiden komisaris, jumlah rapat komite audit dan variabel kontrol leverage berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa variabel independen dan kontrol hanya mempengaruhi variabel dependen yaitu kinerja keuangan sebesar 18.6% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Variabel latar belakang culture presiden komisaris berpengaruh secara statistik pada level 5% terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Carter, Simkins dan Simpson (2003) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh latar belakang culture dewan komisaris. Hasil ini didukung dengan uji ANOVA yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan antara presiden komisaris dengan latar belakang presiden komisaris etnis pribumi dengan etnis dari negara lain. Artinya bahwa kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan presiden komisaris berasal dari etnis pribumi akan berbeda dengan presiden komisaris yang berasal dari etnis negara lain. Hal ini bisa disebabkan karena sifat karakteristik dari masing-masing etnis berbeda, misalnya sifat karakeristik yang dimiliki etnis dari negara lain yaitu etos kerja (semangat kerja) tinggi, rasional, disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan material, hemat dan bersahaja, tidak mengumbar kesenangan, menabung dan investasi (Sugiyono, 2007) .

Jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tingkat signifikansi 5%. Jumlah rapat komite audit dapat menjadi salah satu mekanisme corporate governance yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Artinya, Perusahaan di Indonesia tidak menggunakan komite audit hanya sebagai pelengkap saja, akan tetapi dilatar belakangi kebutuhan perusahaan akan adanya komite audit. Komite audit dipandang oleh banyak pihak sebagai alat monitoring untuk menghindari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan memonitor kinerja manajemen. Komite audit yang melakukan


(58)

pertemuan secara rutin dengan dewan komisaris, dewan direksi, internal auditor, eksternal auditor, penasehat perusahaan memungkinkan untuk membahas mengenai penyelesaian pekerjaaan, permasalahan yang dihadapi perusahaan dan bersama-sama mencari penyelesain terbaik untuk perusahaan (Menon dan Williams, 1994). Semakin sering komite audit melakukan rapat maka komite audit melakukan fungsi pengawasan dengan baik, berarti pelaksanaan corporate governance berjalan efektif dan pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (Bradbury, Mak dan Tang, 2004). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Menon dan Williams (1994); Bradbury dkk (2004); Raghunandan, Read dan Rama (2001); Kelley, Koh, Tong (2005); Zahra dan Pearce (1989).

Leverage sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tingkat signifikansi 5%. Hasil ini didukung dengan uji beda T yang hasilnya adalah rata-rata kinerja keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mempunyai leverage di atas rata-rata dan perusahaan yang mempunyai leverage di bawah rata-rata. Pada dasarnya perusahaan memerlukan dana untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan dalam mencapai tujuannya, dana tersebut didapat perusahaan salah satunya dari modal pinjaman. Apabila perusahaan mampu mengalokasikan dananya dengan baik tentunya perusahaan akan dengan mudah untuk mengoptimallisasi operasional perusahaan dalam memaksimalkan laba sehingga kinerja keuangan perusahaan akan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Durnev dan Kim (2003).

Dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yang lain yaitu proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh anggota komite audit


(1)

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + LBC_DK

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:CFROA

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected

Model 5.514

a

2 2.757 4.021 .021

Intercept 339.692 1 339.692 495.430 .000

LBC_DK 5.514 2 2.757 4.021 .021

Error 59.652 87 .686

Total 1136.290 90

Corrected Total 65.166 89

a. R Squared = ,085 (Adjusted R Squared = ,064)

Post Hoc Tests

LBC_DK

Multiple Comparisons Dependent Variable:CFROA

95% Confidence Interval (I)

LBC_ DK

(J) LBC_ DK

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

Lower

Bound Upper Bound

2 -.3265 .19189 .210 -.7840 .1311

1

3 -1.2045* .48988 .042 -2.3726 -.0364

1 .3265 .19189 .210 -.1311 .7840

2

3 -.8780 .50393 .195 -2.0796 .3236

1 1.2045* .48988 .042 .0364 2.3726

Tukey HSD

3

2 .8780 .50393 .195 -.3236 2.0796


(2)

3 -1.2045* .48988 .048 -2.4003 -.0086

1 .3265 .19189 .277 -.1420 .7949

2

3 -.8780 .50393 .255 -2.1082 .3522

1 1.2045* .48988 .048 .0086 2.4003

3

2 .8780 .50393 .255 -.3522 2.1082

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,686. *. The mean difference is significant at the ,05 level. Homogeneous Subsets

CFROA

Subset LBC_

DK N 1 2

1 60 3.3117

2 27 3.6382 3.6382

3 3 4.5162

Tukey HSDa

Sig. .719 .098

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,686. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,751.

T-Test

Group Statistics Rata2

Lev N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

1 21 1.6269 1.16988 .25529

CFROA


(3)

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Differe nce

Std. Error Differe

nce Lower Upper Equal

variances assumed

.110 .741 -4.34 3

86 .000

-1.3065 8

.30085

-1.9046 5

-.70851 CFR

OA

Equal variances not assumed

-4.42 6

34.5

56 .000

-1.3065 8

.29517

-1.9060 9


(4)

64

LAMPIRAN 1

DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL

NO Nama Perusahaan

1 Berlian Laju Tanker (BLTA) 2 Millenium Pharmacon Internatio 3 PT. Pelayaran tempuran emas 4 Centrin Online (CENT) 5 PT Matahari Putra Prima Tbk 6 PT Hero Supermarket Tbk (HERO) 7 PT Indosiar Karya Media Tbk 8 PT. Pusako Tarinka 9 PT. Pudjiadi and Sons 10 PT. Tigaraksa satria 11 PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk 12 PT Tempo Inti Media Tbk 13 Arpeni Pratama Ocean Line 14 Astra Graphia (ASGR) 15 Fortune Indonesia (FORU) 16 PT. Panorama setrawisata 17 Bank Artha Graha Internasional 18 Bank Rakyat Indonesia (BBRI) 19 Asuransi Bintang (ASBI) 20 Asuransi Dayin Mitra (ASDM) 21 Asuransi Harta Aman Pratama 22 Asuransi Multi Artha Guna 23 Bank Agroniaga (AGRO) 24 Bank Bukopin (BBKP) 25 Bank Bumi Arta (BNBA) 26 Bank Century (BCIC)

27 Bank Danamon Indonesia (BDMN). 28 Asia Kapitalindo Securities

29 BFI Finance Indonesia (BFIN) 30 Bank Lippo (LPBN). 31 Bank Mayapada Internasional 32 Bank Mega (MEGA)

33 Bank Niaga (BNGA) 34 PT. Pacific utama


(5)

65

35 Bintang Mitra Semetaraya (BMSR) 36 Elnusa (ELSA)

37 PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) 38 PT Myoh Technology Tbk

39 PT Metrodata Electronics Tbk 40 PT. Modernland Reality

41 PT. Royal oak development asia 42 PT. Rukun Raharja

43 PT. United tractors 44 Gudang Garam 45 Indosat (ISAT) 46 PT. Pakuwon Jati

47 PT. Ristia Bintang Mahkotasejati 48 Indofarma

49 AKR Corporindo (AKRA) 50 Bakrie Telecom (BTEL) 51 Intiland Development (DILD) 52 PT. Panca wiratama sakti 53 PT. Modern Intrnasional 54 PT. Radiant utama interinsco 55 PT. Suryainti permata 56 PT Total Bangun Persada 57 Indofarma 58 PT Jasa Marga Tbk 59 Citra Marga Nusaphala Persada 60 Darma Henwa (DEWA) 61 PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) 62 PT Indonesia Paradise Property 63 PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) 64 PT. Sentul city

65 PT. Telkom Indonesia 66 PT. Wijaya karya 67 PT Jaya Real Property Tbk 68 PT Jakarta Setiabudi Internasi 69 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 70 Ciputra Development 71 Indofood sukses makmur 72 PT. Indocement Tunggal Perkasa


(6)

66

73 Fajar Surya wisesa 74 Holcim Indonesia 75 Adhi Karya Tbk 76 Aneka Tambang Tbk 77 Apexindo Pratama Duta 78 Bakrie&Brother Tbk 79 Bumi Resources (BUMI) 80 Central Proteina Prima (CPRO) 81 PT Semen Gresik 82 PT Bukit Asam 83 PT Sumalindo Lestari Jaya 84 International Nickel (Inco) 85 Astra International (ASII) 86 Bakrieland Development (ELTY) 87 Lippo Karawaci (LPKR) 88 Bhuwanatala Indah Permai(BIPP) 89 PT. Tira austenite


Dokumen yang terkait

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 7 17

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

4 11 109

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

2 16 14

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCETERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013).

0 5 14

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013).

0 2 14

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA RIIL (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Riil (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indo

0 2 19

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan (studi empiris di perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

0 0 97

HESTIN SRI WIDIAWATI S4309035

0 0 102

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012)

0 2 12

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LATAR BELAKANG ETNIS, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, DAN GENDER TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2013

0 1 13