BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan dari penilitian ini, yaitu:
1. Terdapat perbedaan potensi kebangkrutan pada perusahaan Automotive and
Components terbuka di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model
Altman Z-score, Springate, dan Zmijewski. 2.
Analisis kebangkrutan model Zmijewski adalah yang paling akurat dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan Automotive and Components
terbuka di Bursa Efek Indonesia.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
1. Sehubungan dengan kondisi keuangan perusahaan, manajemen perlu tetap
berhati-hati dalam mengelola dan menjalankan operasi perusahaan. Manajemen sebaiknya melakukan evaluasi kinerja minimal satu tahun sekali.
2. Investor yang ingin berinvestasi perlu mengetahui dengan jelas kondisi
perusahaan. Penelitian ini hanya untuk memprediksi kemungkinan kebangkrutan, bukan sebagai penentu kepastian kebangkrutan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Kebangkrutan
Kebangkrutan bankcruptcy menurut Rudianto 2013:251 diartikan sebagai “kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi untuk mencapai
tujuannya”. Kebangkrutan menurut Brealy et al. 2008:28-29 adalah “reorganisasi atau likuidasi perusahaan yang tidak dapat membayar utangnya”.
Sedangkan kebangkrutan menurut Syahyunan 2015:116 merupakan “kondisi di mana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya”. Kondisi ini
biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan
keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Kebangkrutan perusahaan terjadi karena adanya kegagalan dalam
perusahaan. Terdapat tiga jenis kegagalan dalam perusahaan, yaitu Rudianto, 2013:252 :
a. Perusahaan yang menghadapi technically insolvent, jika perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi nilai aset perusahaan lebih tinggi daripada utangnya.
b. Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai aset perusahaan lebih
rendah daripada utangnya. c.
Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan, yaitu jika tidak dapat membayar utangnya dan oleh pengadilan dinyatakan pailit.
Universitas Sumatera Utara
Manajemen yang kurang kompeten juga menjadi penyebab utama kegagalan yang berakhir kebangkrutan perusahaan. Pada prinsipnya, penyebab utama
kegagalan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu Rudianto, 2013:252-253 :
1. Faktor Internal
Kurang kompetennya manajemen perusahaan akan berpengaruh terhadap kebijakan dan keputusan yang diambil. Kesalahan dalam mengambil keputusan
akibat kurangnya kompetennya manajemen yang dapat menjadi penyebab kegagalan perusahaan, meliputi faktor keuangan maupun nonkeuangan.
Kesalahan pengelolaan di bidang keuangan yang dapat menyebabkan kegagalan perusahaan, meliputi:
a. Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap yang
berat bagi perusahaan. b.
Adanya “current liabilities” yang terlalu besar di atas “current assets” c.
Lambatnya penagihan piutang atau banyaknya “bad debts” piutang tak tertagih.
d. Kesalahan dalam “dividend policy”
e. Tidak cukupnya dana-dana penyusutan.
Kesalahan pengelolahan dibidang nonkeuangan yang dapat menyebabkan kegagalan perusahaan, meliputi:
a. Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan
b. Kesalahan dalam penetuan produkyang dihasilkan.
c. Kesalahan dalam penetuan besarnya perusahaan
Universitas Sumatera Utara
d. Kurang baiknya struktur organisasi perusahaan
e. Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan
f. Kesalahan dalam kebijakan pembelian
g. Kesalahan dalam kebijakan produksi
h. Kesalahan dalam kebijakan pemasaran
i. Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan
2. Faktor Eksternal
Berbagai faktor eksternal dapat menjadi penyebab kegagalan sebuah perusahaan. Penyebab eksternal adalah berbagai hal yang timbul atau berasal
dari luar perusahaan dan yang berada di luar perusahaan atau kendali pimpinan perusahaan atau badan usaha, yaitu:
a. Kondisi perekonomian secara makro, baik domesti maupun internasional
b. Adanya persaingan yang ketat.
c. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkannya.
d. Turunya harga-harga dan sebagainya.
Akumulasi dari kesalahan pengelolaan perusahaan dalam jangka panjang akan mengakibatkan kebangkrutan. Analisis kebangkrutan dengan melibatkan
rasio keuangan diperlukan untuk melihat tanda-tanda awal kebangkrutan. Analisis kebangkrutan akan memberikan informasi kebangkrutan bagi beberapa pihak
berikut ini Rudianto, 2013:253 : 1.
Manajemen Apabila manajemen perusahaan bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan lebih awal, maka tindakan pencegahan bisa dilakukan. Berbagai
Universitas Sumatera Utara
aktivitas atau biaya yang dianggap dapat menyebabkan kebangkrutan akan dihilangkan atau diminimalkan. Langkah pencegahan kebangkrutan yang
merupakan tindakan akhir penyelamat yang dapat dilakukan bisa berupa merger atau restrukturisasi keuangan.
2. Pemberi pinjaman kreditor
Informasi kebangkrutan perusahaan bisa bermanfaat bagi sebuah badan usaha yang berposisi sebagai kreditor untuk mengambil keputusan mengenai
diberikan-tidaknya pinjaman kepada perusahaan tersebut. Pada langkah berikutnya, informasi tersebut berguna untuk memonitor pinjaman yang telah
diberikan. 3.
Investor Infomasi kebangkrutan perusahaan bisa bermanfaat bagi sebuah badan usaha
yang berposisi sebagai investor perusahaan lain. Jika perusahaan investor berniat membeli saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
yang telah dideteksi kemungkinan kebangkrutannya, maka perusahaan calon investor itu dapat memutuskan membeli atau tidak surat berharga yang
dikeluarkan perusahaan tersebut. 4.
Pemerintah Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah bertanggung jawab
mengawasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah juga mempunyai badan usaha yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk
melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tidakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
Universitas Sumatera Utara
5. Akuntan publik
Akuntan publik perlu menilai potensi keberlangsungan hidup badan usaha yang sedang diauditnya, karena akuntan akan menilai kemampuan going concern
perusahaan tersebut. Terdapat beberapa model analisis kebangkrutan yang digunakan untuk
mendeteksi kebangkrutan. Beberapa model analisis kebangkrutan dihasilkan dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli seperti Altman Z-Score,
Springate Model, dan Zmijewski Model.
2.1.2 Model Altman
Z-Score
Analisis Z-Score adalah model untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan atau memprediksi kemungkinan kebangkrutan perusahaan
dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan yang umum dan pemberian bobot yang berbeda satu dengan lainnya. Analisis Z-Score adalah model rasio
yang menggunakan Multiple Discriminant Analysis MDA. Analisis Z-score pertama kali dikemukakan oleh Edward I Altman pada tahun 1968 sebagai hasil
penelitian dari beberapa objek perusahaan yang berbeda kondisinya untuk melihat perusahaan yang bangkrut atau tidak bangkrut. Model Altman menekankan pada
profitabilitas sebagai komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan. Dalam penelitiannya, Altman menghasilkan beberapa rumus yang berbeda untuk
digunakan beberapa perusahaan dengan kondisi yang berbeda. Rumus Z-score pertama atau Z-score asli dihasilkan oleh Altman pada tahun
1968 merupakan hasil dari penelitian atas berbagai perusahaan manufaktur di Amerika Serikat yang menjual sahamnya di bursa efek. Z-score asli dirumuskan
Universitas Sumatera Utara
dengan mengambil sampel sebanyak 66 perusahaan manufaktur publik di Amerika yang 33 diantaranya adalah perusahaan bangkrut dan 33 lainnya
perusahaan tidak bangkrut. Jumlah rasio keuangan yang diseleksi adalah 22 buah rasio, tetapi Altman hanya memilih 5 rasio yang paling kuat secara bersama
berkorelasi dengan kebangkrutan. Rumus pertama Z-score adalah sebagai berikut Rudianto, 2013:254-255 :
Z = 1,2X
1
+ 1,4X
2
+3,3X
3
+ 0,6X
4
+ 1,0X
5
di mana :
Aset Total
Kerja Modal
X
1
=
Aset Total
Ditahan Laba
X
2
=
Aset Total
EBIT X
3
=
g tan
U Total
Saham Pasar
Nilai X
4
=
Aset Total
Penjualan X
5
=
Model kebangkrutan Altman Z-score pertama memiliki sejumlah keterbatasan yang menjadi hambatan untuk diaplikasikan pada perusahaan di
berbagai belahan dunia dengan kondisi yang berbeda. Beberapa kelemahan tersebut antara lain Rudianto, 2013:256 :
1. Dalam membentuk model ini hanya memasukkan perusahaan manufaktur yang
go public saja. Sedangkan perusahaan dari jenis lain memiliki hubungan yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda antara total modal kerja dan variabel lain yang digunakan dalam analisis rasio.
2. Penelitian yang dilakukan Altman pada tahun 1946 sampai 1965 tentu saja
berbeda dengan kondisi seksrang, sehingga proporsi untuk setiap variabel sudah kurang tepat lagi untuk digunakan.
Dikarenakan adanya beberapa kelemahan Z-score asli, Altman
mengembangkan dua varian dari Z-score yaitu Z’-score dan Z”-score. Pada tahun
1984, Altman melakukan penelitian kembali di berbagai negara dengan menggunakan berbagai perusahaan manufaktur yang tidak go public. Z’-score
ditujukan untuk perusahaan manufaktur yang tidak menjual sahamnya di bursa efek. Rasio nilai pasar saham terhadap total hutang akan diganti dengan nilai
buku perusahaan terhadap nilai buku utang. Hasil penelitian tersebut menghasilkan rumus Z-score yang kedua untuk perusahaan-perusahaan
manufaktur yang tidak go public, sebagai berikut Rudianto, 2013:256: Z = 0,717X
1
+ 0,847X
2
+ 3,107X
3
+ 0,420X
4
+ 0,998X
5
di mana :
Aset Total
Kerja Modal
X
1
=
Aset Total
Ditahan Laba
X
2
=
Aset Total
EBIT X
3
=
g tan
U Buku
Nilai Ekuitas
Buku Nilai
X
4
=
Universitas Sumatera Utara
Model kebangkrutan Altman Z-score kedua hanya tepat untuk perusahaan manufaktur non go public. Karena itu, Altman kembali melakukan penelitian di
Mexico yang merupakan negara berkembang dengan harapan bahwa Z-score dapat digunakan dalam perusahaan go public dan non go public. Hasil penelitian
Altman menghasilkan Z-score ketiga yang merupakan rumus yang sangat fleksibel karena bisa digunakan untuk berbagai jenis bidang usaha perusahaan,
baik yang go public maupun yang tidak. Rumus Z-Score terakhir menurut Rudianto 2013:257 “cocok digunakan di negara berkembang seperti Indonesia”.
Rumus Z-score ketiga sebagai berikut Rudianto, 2013:256: Z = 6,56 X
1
+ 3,26 X
2
+ 6,72 X
3
+ 1,05 X
4
di mana :
Aset Total
Kerja Modal
X
1
=
Aset Total
Ditahan Laba
X
2
=
Aset Total
EBIT X
3
=
g tan
U Buku
Nilai Ekuitas
Buku Nilai
X
4
=
Hasil perhitungan dengan menggunakan Z-score pertama, Z-score kedua, dan Z-score ketiga akan menghasilkan skor yang berbeda antara satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya Skor yang dihasilkan harus dibandingkan dengan standar penilaian untuk menilai keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Tiga
penelitian yang dilakukan Altman dengan 3 objek penelitian yang berbeda akan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan tiga rumus pendeteksi kebangkrutan dan standar penelitian yang berbeda. Tolok ukur dari ketiga rumus Z-score yang digunakan untuk menilai
keberlangsungan hidup berbagai kategori perusahaan, dapat diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Tolak Ukur dari Ketiga Rumus Altman Z-
Score
Perusahaan Manufaktur
Go-Public Perusahaan
Manufaktur Non Go-Public
Berbagai Jenis Perusahaan
Interpretasi
Z 2,99 Z 2,90
Z 2,60 Zona Aman Perusahaan
dalam kondisi sehat sehingga kemungkinan kebangkrutan
sangat kecil terjadi.
1,81 Z 2,99 1,23 Z 2,90
1,1 Z 2,60 Zona Abu-abu
Perusahaan dalam kondisi rawan grey area. Pada
Kondisi ini, perusahaan mengalami masalah
keuangan yang harus ditangani dengan cara yang
cepat.
Z 1,81 Z 1,23
Z 1,1 Zona Berbahaya
Perusahaan dalam kondisi bangkrut mengalami
kesulitan keuangan dan risiko tinggi
Sumber: Rudianto 2013:258
2.1.3 Model Springate
Gorgon L.V. Springate pada tahun 1978 menghasilkan model Springate sebagai pengembangan dari Altman Z-score. Model Springate adalah model rasio
yang menggunakan multiple discriminat analysis MDA. Model Springate menggunakan MDA untuk memililh 4 rasio dari 19 rasio keuangan yang populer
dalam literatur-literatur, yang mampu membedakan secara baik antara sinyal usaha yang pailit dan tidak pailit. Rumus Springate sebagai berikut Rudianto,
2013:262: Z = 1,03X
1
+ 3,07X
2
+ 0,66X
3
+ 0,4X
4
Universitas Sumatera Utara
di mana :
Aset Total
Kerja Modal
X
1
=
Aset Total
EBIT X
2
=
Lancar g
tan U
EBT X
3
=
Aset Total
Penjualan X
4
=
Model Springate akan menghasilkan skor yang berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Setiap skor yang dihasilkan harus
dibandingkan dengan standar penilaian untuk menilai keberlangsungan hidup perusahaan. Standar penilaian model Springate yaitu Syahyunan, 2015:120:
1. Jika nilai S 0,862 maka mengindikasikan perusahaan menghadapi ancaman
kebangkrutan yang serius bangkrut. 2.
Jika nilai 0,862 S 1,062 maka mengindikasikan bahwa pihak manajemen harus hati-hati dalam mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi
kebangkrutan daerah rawan kebangkrutan. 3.
Jika nilai S 1,062 mengindikasikan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat tidak bangkrut.
2.1.4 Model Zmijewski
Model Zmijewski adalah rumus yang dihasilkan oleh Mark Zmijewski pada tahun 1984. Zmijewski adalah model rasio yang menggunakan multiple
discriminat analysis MDA untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu
Universitas Sumatera Utara
usaha perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan umum yang memberikan bobot yang berbeda satu dengan lainnya. Zmijewski
menggunakan analisis rasio yang mengukur kinerja, leverage, dan likuiditas perusahaan sebagai model prediksi kebangkrutan yang dibangunnya. Model
Zmijewski menekankan pada jumlah utang sebagai komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan, berbeda dari model Altman dan model
Springate yang lebih menekankan pada profitabilitas sebagai komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan. Rumus Zmijewski sebagai berikut
Rudianto, 2013:264: Z = -4,3 – 4,5X
1
+ 5,7X
2
– 0,004X
3
di mana :
Aset Total
Bersih Laba
X
1
=
Aset Total
g tan
U Total
X
2
=
Lancar g
tan U
Lancar Aset
X
3
=
Model Zmijewski akan menghasilkan skor yang berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Setiap skor yang dihasilkan harus
dibandingkan dengan standar penilaian untuk menilai keberlangsungan hidup perusahaan. Jika perhitungan dengan menggunakan model Zmijewski
menghasilkan nilai positif, maka perusahaan berpotensi bangkrut. Semakin besar nilai positifnya, semakin besar potensi kebangkrutannya. Sedangkan jika
Universitas Sumatera Utara
perhitungan menggunakan model Zmijewski menghasilkan nilai negatif, maka perusahaan tidak berpotensi bangkrut.
2.2 Penelitian Terdahulu
Prabowo dan Wibowo 2015 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Model Altman Z-Score, Zmijewski, dan Springate dalam
Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Delisting di BEI Periode 2008-2013”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa metode prediktor delisting terbaik adalah
metode Altman yang memiliki akurasi ketepatan sebesar 71, selanjutnya diposisi kedua adalah metode springate yang memiliki akurasi ketepatan tidak
jauh berbeda dengan metode Altman yaitu sebesar 70, dan diperingkat terakhir adalah metode Zmijewski yang hanya memiliki akurasi ketepatan sebesar 65.
Meita 2015 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penggunaan Metode Altman, Springate, dan Zmijewski dalam Memprediksi Kebangkrutan
Perusahaan Pertambangan Batubara Periode 2012-2014”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa model Zmijewski lebih akurat dalam memprdiksi perusahaan
delisting , dibandingkan dengan model Altman yang direvisi dan model Springate.
Model yang yang paling akurat adalah model Altman dan model Zmijewski. Sinarti dan Sembiring 2015 melakukan penelitian dengan judul “Bankruptcy
Prediction Analysis of Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange
”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara model Z-score dengan Zmijewski dan Springate dengan
Zmijewski. Model Z-score memprediksi banyak perusahaan yang berpotensi
Universitas Sumatera Utara
bangkrut sama seperti Springate, tetapi Zmijewski memprediksi banyak perusahaan yang sehat.
Yadav dan Vijay 2015 melakukan penelitian dengan judul “Predicting Bankruptcy: An Empirical Study Using Multiple Discriminant Analysis Models
”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan model potensi
kebangkrutan model Altman Z-score dengan model Springate. Yami dan Pratiwi 2015 melakukan penelitian dengan judul “Prediksi
Kebangkrutan dengan Menggunakan Metode Altman Z-score, Springate dan Zmijewski pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI
Tahun 2011-2013”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa model Zmijewski adalah model yang paling sesuai diterapkan untuk perusahaan sektor property dan
real estate , karena tingkat keakuratannya tinggi ibandingkan model prediksi
Altman Z-score dan Springate. Kokyung dan Khairani 2014 melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Penggunaan Altman Z-score dan Springate untuk Mengetahui Potensi Kebangkrutan pada PT. Bakrie Telecom Tbk”. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa adanya perbedaan hasil prediksi kebangkrutan antara metode Altman Z- score
dan Springate. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan penggunaan rasio keuangan dan kriteria kebangkrutan antara Altman Z-score dan Springate.
Purnajaya dan Merkusiwati 2014 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan dengan Metode Z-score Altman,
Springate, dan Zmijewski pada Industri Kosmetik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan potensi
Universitas Sumatera Utara
kebangkrutan industri kosmetik yang terdaftar di BEI dengan metode Z-Score model Altman, model Springate dan model Zmijewski. Perbedaan rata-rata
terlihat pada model Altman, sedangkan model Springate dan Zmijewski memiliki rata-rata potensi kebangkrutan yang sama.
Rhomadhona 2014 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kebangkrutan Model Altman, Model Springate, dan Model
Zmijewski pada Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Bakrie yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012”. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa melalui perbandingan dari ketiga model yaitu Altman, Springate, dan Zmijewski diketahui bahwa perusahaan-perusahaan yang ada dalam grup bakrie
masih bisa dikatakan ke dalam kategori sehat. Ini bisa dilihat dari rata-rata dari ketiga model yang digunakan menunjukkan bahwa sebesar keadaaan perusahaan
sehat nantinya mempunyai nilai persentase yang besar yakni 56 daripada perusahaan tersebut dalam keadaan bangkrut yakni sebesar 44.
Sembiring dan Widodo 2014 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Prediksi Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-score dan
Springate Studi pada Perusahaan Sub Sektor Kayu dan Pengelolaannya yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2009-2013”. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa terdapat perbedaan analisis prediksi tingkat kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-score dan Springate.
Sondakh et al. 2014 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Potensi Kebangkrutan dengan Menggunakan Metode Altman Z-score, Springate, dan
Zmijewski pada Industri Perdagangan Ritel yang terdaftar di BEI 2009-2013”.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa metode Springate memiliki tingkat keakuratan yang lebih tinggi daripada metode Altman dan Zmijewski
Zakkiyah et al. 2014 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penggunaan Model Zmijewski X-Score dan Altman Z-Score untuk
Memprediksi Potensi Kebangkrutan Studi Pada Perusahaan Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di BEI Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012”. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara model Zmijewski dan Model Altman Z-score.
Robot 2013 melakukan penelitian dengan judul “The Application Of Bankruptcy Prediction Analysis Using Altman Z-Score and Springate Methods at
PT. Gudang Garam Tbk”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa model Altman Z-score
dan Springate memprediksi PT. Gudang Garam Tbk tidak mengalami kebangkrutan pada tahun 2008-2011, namun pada tahun 2012, Altman Z-score
memprediksi PT. Gudang Garam Tbk berada dalam grey area. Fatmawati 2012 melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan The
Zmijewski Model , The Altman Model, dan The Springate Model Sebagai Prediktor
Delisting” . Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan potensi
kebangkrutan industri kosmetik yang terdaftar di BEI dengan metode Z-Score model Altman, model Springate dan model Zmijewski. Perbedaan rata-rata
terlihat pada model Altman, sedangkan model Springate dan Zmijewski memiliki rata-rata potensi kebangkrutan yang sama.
Adnan dan Arisudhana 2011 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-Score dan Springate pada Perusahaan Industri
Universitas Sumatera Utara
Property ”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil
pengujian kebangkrutan perusahaan antara model Altman dan Model Springate di perusahaan industri property tahun 2005-2009.
Imanzadeh et al. 2011 melakukan penelitian dengan judul “A Study of the Application of Springate and Zmijewski Bankruptcy Prediction Models in Firms
Accepted in Tehran Stock Exchange ”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
model Springate lebih baik dalam memprediksi kebangkrutan daripada model Zmijewski.
Hadi dan Anggraeni 2008 melakukan penelitian dengan judul “Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik Perbandingan Antara The Zmijewski Model, The
Altman Model , dan The Springate Model”. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa model prediksi Altman merupakan prediktor terbaik di antara ketiga prediktor yang dianalisa yaitu Altman model, Zmijewski model dan Springate
model, tetapi selisih dengan Springate tidak terlalu jauh. Springate model masih memberikan hasil prediksi yang lebih baik dibandingkan Zmijewski model.
Sedangkan Zmijewski model tidak dapat digunakan untuk memprediksi delisting.
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
Tahun Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1 Prabowo dan
Wibowo 2015 Analisis
Perbandingan Model Altman Z-
Score , Zmijewski,
dan Springate dalam Memprediksi
Kebangkrutan Perusahaan
Delisting
di BEI Periode 2008-2013
1. Model Altman
Z-Score pertama
2. Model
Zmijewski 3.
Model Springate
Berdasarkan data dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa metode prediktor
delisting
terbaik adalah metode Altman yang
memiliki akurasi ketepatan sebesar 71,
selanjutnya diposisi kedua adalah metode
springate yang memiliki akurasi
ketepatan tidak jauh
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.2
No. Nama Peneliti
Tahun Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
berbeda dengan metode Altman yaitu sebesar
70, dan diperingkat terakhir adalah metode
Zmijewski yang hanya memiliki akurasi
ketepatan sebesar 65.
2 Meita 2015
Analisis Penggunaan Metode
Altman, Springate, dan Zmijewski
dalam Memprediksi Kebangkrutan
Perusahaan Pertambangan
Batubara Periode 2012-2014
1. Model Altman
Z-Score Pertama
2. Model
Springate 3.
Model Zmijewski
Hasil analisis menunjukkan bahwa
model Zmijewski lebih akurat dalam
memprdiksi perusahaan delisting
, dibandingkan dengan model Altman
yang direvisi dan model Springate.
3 Sinarti dan
Sembiring 2015
Bankruptcy Prediction Analysis
of Manufacturing Companies Listed
in
Indonesia Stock Exchange
1. Model Altman
Z-Score Pertama
2. Model
Springate 3.
Model Zmijewski
Tidak terdapat perbedaan signifikan
antara model Z-score dengan Zmijewski dan
Springate dengan Zmijewski. Model Z-
score
memprediksi banyak perusahaan
yang berpotensi bangkrut sama seperti
Springate, tetapi Zmijewski
memprediksi banyak perusahaan yang sehat.
4 Yadav dan
Vijay 2015 Predicting
Bankruptcy: An Empirical Study
Using Multiple Discriminant
Analysis Models 1.
Model Altman Z-Score
Pertama 2.
Model Springate
Terdapat perbedaan model potensi
kebangkrutan model Altman Z-
score dengan model
Springate. 5
Yami dan Pratiwi 2015
Prediksi Kebangkrutan
dengan Menggunakan
Metode Altman Z- score,
Springate dan Zmijewski pada
Perusahaan Property
dan Real Estate
yang Terdaftar di BEI
Tahun 2011-2013 1.
Model Altman Z-Score
Pertama 2.
Model Springate
3. Model
Zmijewski Model Zmijewski
adalah model yang paling sesuai
diterapkan untuk perusahaan sektor
property dan real estate, karena tingkat
keakuratannya lebih tinggi
dibandingkan model prediksi Altman Z-
score dan Springate.
6 Kokyung dan
Khairani 2014 Analisis
Penggunaan Altman Z-score
dan 1.
Model Altman Z-Score
Pertama Hasil penelitian
menunjukkan adanya perbedaan hasil
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.2
No. Nama Peneliti
Tahun Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Springate untuk Mengetahui Potensi
Kebangkrutan pada PT. Bakrie Telecom
Tbk 2.
Model Springate
prediksi kebangkrutan antara metode Altman
Z-score dan Springate.
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
penggunaan rasio keuangan dan kriteria
kebangkrutan antara Altman Z-score dan
Springate.
7 Purnajaya dan
Merkusiwati 2014
Analisis Komparasi Potensi
Kebangkrutan dengan Metode Z-
score
Altman, Springate, dan
Zmijewski pada Industri Kosmetik
yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia 1.
Model Altman Z-Score
Kedua 2.
Model Springate
3. Model
Zmijewski Terdapat perbedaan
potensi kebangkrutan industri kosmetik yang
terdaftar di BEI dengan metode Z-Score model
Altman, model Springate dan model
Zmijewski. Perbedaan rata-rata terlihat pada
model Altman, sedangkan model
Springate dan Zmijewski memiliki
rata-rata potensi kebangkrutan yang
sama.
8 Rhomadhona
2014 Analisis
Perbandingan Kebangkrutan
Model Altman, Model Springate,
dan Model Zmijewski pada
Perusahaan yang Tergabung dalam
Grup Bakrie yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2010-2012
1. Model Altman
Z-Score Ketiga 2.
Model Springate
3. Model
Zmijewski Perbandingan dari
ketiga model yaitu Altman, Springate, dan
Zmijewski diketahui bahwa perusahaan-
perusahaan dalam grup bakrie masih bisa
dikatakan ke dalam kategori sehat. Ini bisa
dilihat dari rata-rata dari ketiga model yang
digunakan menunjukkan bahwa
sebesar keadaaan perusahaan sehat
nantinya mempunyai nilai persentase yang
besar yakni 56 daripada perusahaan
tersebut dalam keadaan bangkrut yakni sebesar
44.
9 Sembiring dan
Widodo 2014 Analisis Prediksi
Tingkat Kebangkrutan
Perusahaan dengan 1.
Model Altman Z-Score Ketiga
2. Model
Springate Terdapat perbedaan
analisis prediksi tingkat kebangkrutan
perusahaan dengan
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.2
No. Nama Peneliti
Tahun Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Metode Altman Z- score
dan Springate Studi pada
Perusahaan Sub Sektor Kayu dan
Pengelolaannya yang Tercatat di
Bursa Efek Indonesia pada
Tahun 2009-2013 metode Altman Z-score
dan Springate.
10 Sondakh et al.
2014 Analisis Potensi
Kebangkrutan dengan
Menggunakan Metode Altman Z-
score
, Springate, dan Zmijewski pada
Industri Perdagangan Ritel
yang Terdaftar di BEI 2009-2013
1. Model Altman
Z-Score Pertama
2. Model
Springate 3.
Model Zmijewski
Metode Springate memiliki tingkat
keakuratan yang lebih tinggi daripada metode
Altman dan Zmijewski
11 Zakkiyah et al.
2014 Analisis
Penggunaan Model Zmijewski X-
Score dan Altman Z-Score untuk
Memprediksi Potensi
Kebangkrutan Studi Pada
Perusahaan Tekstil dan Garmen yang
Terdaftar di BEI Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2012
1. Model
Zmijewski 2.
Model Altman Pertama
Terdapat perbedaan antara model
Zmijewski dan Model Altman Z-score.
12 Robot 2013
The Application Of Bankruptcy
Prediction Analysis Using Altman Z-
Score And Springate Methods
at PT. Gudang Garam Tbk
1. Model Altman
Z-Score Pertama
2. Model
Springate Model Altman Z-score
dan Springate memprediksi bahwa
PT. Gudang Garam Tbk tidak mengalami
kebangkrutan pada tahun 2008-2011,
namun pada tahun 2012, Altman Z-score
memprediksi PT. Gudang Garam Tbk
berada dalam grey area.
13 Fatmawati
2012 Analisis
Penggunaan The Zmijewski Model,
The Altman Model, 1.
Model Altman Z-Score Kedua
2. Model
Springate Terdapat perbedaan
potensi kebangkrutan industri kosmetik yang
terdaftar di BEI dengan
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.2
No. Nama Peneliti
Tahun Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
dan The Springate Model
Sebagai Prediktor Delisting
metode Z-Score model Altman, model
Springate dan model Zmijewski. Perbedaan
rata-rata terlihat pada model Altman,
sedangkan model Springate dan
Zmijewski memiliki rata-rata potensi
kebangkrutan yang sama.
14 Adnan dan
Arisudhana 2011
Analisis Kebangkrutan
Model Altman Z- Score dan Springate
Pada Perusahaan Industri Property
1. Model Altman
Z-Score Kedua 2.
Model Springate
Terdapat perbedaan hasil pengujian
kebangkrutan perusahaan antara
model Altman dan Model Springate di
perusahaan industri property tahun 2005-
2009.
15 Imanzadeh et
al. 2011 A Study of the
Application of Springate and
Zmijewski Bankruptcy
Prediction Models in Firms Accepted
in Tehran Stock Exchange
1. Model
Springate 2.
Model Zmijewski
Model Springate lebih baik dalam
memprediksi kebangkrutan daripada
model Zmijewski.
16 Hadi dan
Anggraeni 2008
Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik
Perbandingan Antara The
Zmijewski Model, The Altman Model,
dan The Springate Model
1. Model
Zmijewski 2.
Model Altman Z-Score Kedua
3. Model
Springate Model prediksi Altman
merupakan prediktor terbaik di antara ketiga
prediktor yang dianalisa yaitu Altman
model, Zmijewski model dan Springate
model, tetapi selisih dengan Springate tidak
terlalu jauh. Springate model masih
memberikan hasil prediksi yang lebih
baik dibandingkan Zmijewski model.
Sedangkan Zmijewski model tidak dapat
digunakan untuk memprediksi delisting.
Sumber: Penulis 2015
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual