BAB III
KETENTUAN YANG MENGATUR PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH ANTARA BIRO PENYELENGGARA DENGAN JEMAAH
HAJI DAN UMRAH
A. Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah
Secara sederhana perbedaan antara Haji dan Umrah dapat ditemukan dari definisi kedua kata tersebut. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 13 tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menyebutkan bahwa “Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi
setiap orang Islam yang mampu menunaikannya”. Sedangkan mengenai Umrah disebutkan dalam Pasal 1 angka 16 bahwa “Ibadah Umrah adalah Umrah yang
dilaksanakan di luar musim Haji.
Baik Ibadah Haji maupun Umrah dalam rangka penertiban pelaksanaannya maka dibutuhkan pihak-pihak yang menyelenggarakan Ibadah Haji dan Umrah
tersebut agar tercipta kepastian, ketertiban, dan keadilan dalam penyelenggaraannya.
1. Penyelenggara Ibadah Haji
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI yang dimaksud dengan penyelenggara adalah orang yang menyelenggarakan, melaksanakan dan
merancang. Secara ringkas penyelenggara Ibadah Haji adalah pihak-pihak yang menyelenggarakan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan Ibadah Haji.
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggara Ibadah Haji terdiri dari dua pihak yaitu:
a. Pemerintah c.q Menteri yang ruang lingkup dan tugasnya dalam bidang agama sebagai penyelenggara Haji Reguler;
b. Biro Penyelenggara Haji sebagai penyelenggara Haji Khusus.
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler, Menteri berkoordinasi dengan kementerianinstansi terkait dan Pemerintah Kerajaan Arab
Saudi serta bekerja sama dengan masyarakat. Partisipasi masyarakat tersebut direpresentasikan dalam penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus yang dilaksanakan
oleh biro penyelenggara Haji Khusus dan bimbingan Ibadah Haji yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Inilah yang menjadi fokus pembahasan
dalam penulisan skripsi ini.
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus yang selanjutnya disebut PIHK, adalah biro perjalanan yang telah mendapat izin Menteri untuk menyelenggarakan Ibadah
Haji Khusus. Dapat kita pahami bahwa PT Siar Haramain International Wisata adalah biro perjalanan yang telah memperoleh izin dari Menteri sehingga dapat
menyelenggarakan Ibadah Haji Khusus. Untuk memperoleh izin Penyelenggara Ibadah Haji Khsuus PIHK dari Direktur Jenderal yang bertindak atas nama
Menteri, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh biro perjalanan yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki izin sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah PPIU
yang masih berlaku; b.
Memiliki izin usaha; c.
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP;
Universitas Sumatera Utara
d. Memiliki akta pendirian Perseroan Terbatas PT yang telah disahkan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; e.
Memiliki surat keterangan domisili perusahaan; f.
Memiliki rekomendasi dari instansi pemerintah provinsi yang membidangi pariwisata;
g. Memiliki susunan Pengurus dan Komisaris Perseroan Terbatas;
h. Memiliki laporan keuangan satu tahun terakhir yang sudah diaudit;
i. Menyerahkan uang jaminan sebesar Rp500.000.000,- lima ratus juta
rupiah dalam bentuk bank garansi yang diterbitkan oleh bank umum milik negara dan berlaku selama 3 tiga tahun;
j. Telah menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah sekurang-kurangnya
selama 3 tiga tahun dengan jumlah jemaah Umrah paling sedikit 300 tiga ratus orang; dan
k. Tidak memiliki catatan negatif dalam penyelenggaraan Ibadah Umrah
55
. Setelah seluruh persyaratan dilengkapi oleh biro perjalanan, maka untuk
selanjutnya Kementerian Agama melakukan verifikasi terhadap keabsahan dokumen persyaratan tersebut. Apabila dokumen persyaratan telah diverifikasi
keabsahannya maka Direktur Jenderal atas nama Menteri akan memberikan izin Penyelenggara Ibadah Haji Khusus PIHK kepada biro perjalanan yang
mengajukan permohonan tersebut. Penyelenggara Ibadah Haji Khusus PIHK selanjutnya harus menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk
melaksanakan kewajiban sebagai Penyelenggara Ibadah Haji Khusus PIHK dengan baik.
Izin PIHK tersebut berlaku untuk jangka waktu 3 tiga tahun dan dapat diperpanjang dengan diajukan paling lambat 3 tiga bulan sebelum habis masa
berlaku izin. Perpanjangan izin PIHK dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada Menteri dengan melampirkan fotokopi Keputusan Menteri tentang
Penetapan izin sebagai PPIU yang masih berlaku dan fotokopi Keputusan Menteri
55
Pasal 2 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Universitas Sumatera Utara
tentang Penetapan izin sebagai PIHK yang masih berlaku
56
.
Perpanjangan izin tersebut hanya akan diberikan kepada PIHK yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki izin PPIU yang masih berlaku;
b. Telah memberangkatkan jemaah Haji Khusus paling sedikit 135 seratus
tiga puluh lima orang selama 3 tiga tahun; c.
Memiliki kinerja yang baik; dan d.
Tidak melakukan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku
57
. Kinerja dan kualitas pelayanan PIHK akan diketahui pada saat
pengakreditasian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal. Penilaian yang dilakukan meliputi komponen finansial, sarana dan prasarana, administrasi dan manajemen
serta sumber daya manusia. Pengakreditasian dilakukan setiap 3 tiga tahun dan dipublikasikan kepada masyarakat. Hasil akreditasi ini yang dijadikan sebagai
salah satu dasar pertimbangan dalam menetapkan perpanjangan izin PIHK
58
.
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus PIHK yang telah mendapatkan izin berhak untuk mendapatkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Pembinaan dari Menteri;
b. Informasi tentang kebijakan penyelenggaraan Haji Khusus;
c. Informasi tentang jemaah Haji khsuus yang memilih PIHK dan masuk
dalam alokasi kuota tahun berjalan; d.
Surat rekomendasi untuk pengurusan barcode; e.
Visa Haji, Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji DAPIH, gelang identitas dan buku manasik;
56
Pasal 6 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
57
Pasal 7 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
58
Pasal 48 dan 49 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Universitas Sumatera Utara
f. Menerima dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH Khusus sesuai
dengan jumlah jemaah Haji Khusus yang akan berangkat melalui PIHK pada tahun berjalan; dan
g. Informasi tentang hasil pengawasan dan akreditasi
59
.
Disamping memiliki hak, biro perjalanan yang telah memperoleh izin Penyelenggara Ibadah Haji Khusus PIHK, dalam pelaksanaan penyelenggaraan
Ibadah Haji, berdasarkan UU No. 13 tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 2 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-
Undang disebutkan bahwa Penyelenggara Ibadah Haji Khusus wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. menerima pendaftaran dan melayani jemaah Haji Khusus yang telah terdaftar sebagai jemaah Haji;
b. memberikan bimbingan Ibadah Haji; c. memberikan layanan akomodasi, konsumsi, transportasi dan pelayanan
kesehatan secara khusus; dan d. memberangkatkan, memulangkan dan melayani jemaah Haji sesuai
dengan perjanjian yang disepakati antara penyelenggara dan jemaah Haji
60
. Berdasarkan pengamatan penulis, Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun
2012 secara lebih khusus mengatur kewajiban yang harus ditunaikan PIHK diantaranya
59
Pasal 5 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
60
Pasal 40 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji jo. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang.
Universitas Sumatera Utara
PIHK wajib memberangkatkan jemaah Haji Khusus paling sedikit 45 empat puluh lima jemaah dan paling banyak 225 dua ratus dua puluh lima jemaah, PIHK wajib
menyediakan petugas pembimbing ibadah, petugas kesehatan dan petugas pengelola perjalanan, memberikan pelayanan bimbingan jemaah, pelayanan dokumen dan
identitas Haji, pelayanan transportasi, akomodasi dan konsumsi, pelayanan kesehatan, perlindungan jemaah Haji Khusus serta PIHK wajib lapor atas pelaksanaan operasional
penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus kepada Direktur Jenderal.
PIHK yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri tersebut akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 menetapkan bahwa pemegang izin PIHK yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan
dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pembekuan izin penyelenggaraan atau pencabutan izin penyelenggaraan oleh Menteri
61
.
Dalam melaksanakan tugasnya, ada hal-hal yang diperbolehkan untuk diperbuat oleh PIHK dan ada pula hal-hal yang tidak diperbolehkan. Peraturan
perundang-undangan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2012 menetukan beberapa hal yang dilarang dilakukan oleh PIHK yaitu:
a. memberangkatkan dan memulangkan jemaah Haji Khusus tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan;
b. memungut biaya di bawah besaran minimal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH Khusus yang ditetapkan oleh Menteri;
c. memalsukan dokumen jemaah Haji Khusus;
61
Pasal 51 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Universitas Sumatera Utara
d. tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak-pihak terkait di tanah air dan di Arab Saudi;
e. menelantarkan jemaah Haji sehingga mengakibatkan jemaah Haji gagal berangkat ke Arab Saudi, melanggar masa berlaku visa, tidak dapat
melaksanakan rukun Haji atau terancam keamanan dan keselamatannya
62
. Apabila masa berlaku izin PIHK telah habis atau dicabut izinnya,
maka PIHK yang bersangkutan harus menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada jemaah Haji Khusus atau pihak yang terkait baik itu di dalam maupun
di luar negeri
63
. Dalam hal ini Menteri mencabut izin penyelenggaraan PIHK, apabila izin
operasional PIHK sebagai biro perjalanan wisata dicabut oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pariwisata, gubernur atau
bupatiwalikota. 2. Penyelenggara Ibadah Umrah
Perjalanan Ibadah Umrah dapat dilakukan secara perseorangan atau rombongan melalui Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah. Undang-Undang
Nomor 13 tahun 2008 melalui Pasal 43 ayat 2 menyebutkan bahwa “Penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah dilakukan oleh Pemerintah danatau
biro perjalanan wisata yang ditetapkan oleh Menteri”. Biro perjalanan wisata yang telah mendapatkan izin sebagai penyelenggara Umrah oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 79 tahun 2012 disebut dengan PPIU.
62
Pasal 48 dan Pasal 49 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
63
Pasal 9 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan Ibadah Umrah yang dilakukan oleh Pemerintah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal. Berdasarkan berita online republika.co.id
tanggal 14 Oktober 2015, Ketua komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay memastikan bahwa pemerintah belum memiliki payung hukum yang jelas untuk
menjadi penyelenggara Umrah. Hal ini dikarenakan merujuk pada UU No. 13 tahun 2008, tugas pemerintah hanya sebagai pembina, pengawas dan pemberi izin
usaha
64
.
Penyelenggaraan perjalanan Ibadah Umrah yang dilakukan oleh biro perjalanan wisata wajib mendapatkan izin operasional sebagai PPIU
Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah. Izin operasional sebagai PPIU ini ditetapkan oleh Menteri. Sama seperti halnya izin PIHK, izin operasional PPIU
diberikan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri. Izin PPIU akan diberikan kepada biro perjalanan wisata yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. pemilik dalam akta perusahaan, Warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan tidak sebagai pemilik PPIU lain;
b. memiliki susunan kepengurusan perusahaan; c. memiliki izin usaha biro perjalanan wisata dari Dinas Pariwisata setempat
yang sudah beroperasi paling singkat 2 dua tahun; d. memiliki akta notaris pendirian perseroan terbatas danatau perubahannya
sebagai biro perjalanan wisata yang memiliki bidang keagamaanperjalanan ibadah yang telah mendapat pengesahan dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
e. memiliki surat keterangan domisili perusahaan dari Pemerintah Daerah setempat yang masih berlaku;
64
http:www.republika.co.idberitajurnal-Haji berita-jurnal-Haji 151014nw7l8b313- pemerintah-jadi-penyelenggara-Umrah-dpr-harus-ada-payung-hukumnya
diakses pada tanggal 16 November 2015 pukul 19. 48 wib.
Universitas Sumatera Utara
f. memiliki surat keterangan terdaftar dari Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan dan Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP atas nama perusahaan dan pimpinan perusahaan;
g. memiliki laporan keuangan perusahaan yang sehat 1 satu tahun terakhir dan telah diaudit akuntan publik yang terdaftar dengan opini minimal
Wajar Dengan Pengecualian WDP;
h. memiliki surat rekomendasi asli dari instansi Pemerintah Daerah Provinsi danatau KabupatenKota setempat yang membidangi pariwisata yang
masih berlaku;
i. memiliki surat rekomendasi asli dari Kanwil setempat yang dilampiri berita acara peninjauan lapangan; dan
j. menyerahkan jaminan dalam bentuk bank garansi atas nama biro perjalanan wisata, yang diterbitkan oleh Bank Syariah danatau Bank
Umum Nasional disertai surat kuasa pencairan yang ditujukan dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal
65
. Untuk mendapatkan rekomendasi dari Kanwil sebagaimana yang
disebutkan dalam syarat huruf i, setidaknya memenuhi beberapa ketentuan:
a. memiliki sumber daya manusia di bidang tiketing, keuangan, akuntansi, pemasaran, dan pembimbing ibadah;
b. memiliki bukti telah melakukan operasional sebagai biro perjalanan wisata paling singkat 2 dua tahun;
c. memiliki sarana dan prasarana yang memadai; dan d. memiliki laporan keuangan perusahaan 1 satu tahun terakhir dan telah
diaudit akuntan publik yang terdaftar dengan opini minimal WDP
66
. Izin operasional PPIU tersebut berlaku untuk jangka waktu 3 tiga tahun
dan dapat diperpanjang paling lambat 3 tiga bulan sebelum izin operasional
65
Pasal 5 ayat 3 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
66
Pasal 5 ayat 4 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
Universitas Sumatera Utara
berakhir yang diajukan kepada Direktur Jenderal. Perpanjangan izin hanya dapat dilakukan dengan persyaratan minimal nilai akreditasi C
67
.
Terkait pelaksanaaan kewajibannya, PPIU wajib memberikan beberapa pelayanan antara lain memberikan bimbingan Ibadah Umrah, PPIU wajib
menyediakan transportasi, akomodasi, dan konsumsi jemaah Umrah, memberikan pelayanan kesehatan, perlindungan untuk jemaah dan petugas Umrah, serta
pelayanan administrasi dan dokumentasi Umrah.
Dalam melaksanakan tugasnya, PPIU dilarang menelantarkan jemaah Umrah yang mengakibatkan jemaah Umrah:
a. gagal berangkat ke Arab Saudi;
b. melanggar masa berlaku visa; atau
c. terancam keamanan dan keselamatannya
68
.
Dalam rangka menjamin terselenggaranya Ibadah Umrah dengan baik dan tertib, Direktur Jenderal atas nama Menteri melakukan pengawasan terhadap
kinerja PPIU. Hasil pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal dapat digunakan untuk memberikan akreditasi kualitas pelayanan yang
diberikan oleh PPIU atau digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pengenaan sanksi. Hasil akreditasi yang didapat berdasarkan pengawasan dan pengendalian
67
Pasal 6 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
68
Pasal 65 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Universitas Sumatera Utara
tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan perpanjangan izin PPIU. Apabila pemegang izin PPIU tidak melaksanakan kewajibannya maka akan
dikenai sanksi administratif oleh Menteri berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan izin
penyelenggaraan; atau
c. pencabutan izin penyelenggaraan
69
.
Mengenai pencabutan izin penyelenggaraan, Menteri akan mencabut izin penyelenggaraan PPIU apabila izin operasional PPIU sebagai biro perjalanan
wisata dicabut oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pariwisata, gubernur atau bupatiwalikota
70
.
3. Tips Memilih Biro Perjalanan Haji dan Umrah
Kenyataan dengan terus bertambahnya jumlah jemaah Haji dan Umrah setiap waktu merupakan suatu peluang bagi para pengusaha untuk mendirikan
biro perjalanan Haji dan Umrah. Terlebih lagi, sebuah kenyataan pula bahwa Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Peluang
berbisnis dengan menyelenggarakan Haji dan Umrah pun semakin terbuka lebar. Tidak heran jika biro-biro perjalanan Haji dan Umrah dewasa ini semakin banyak
jumlahnya layaknya cendawan di musim penghujan. Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui bagaimana biro perjalanan yang baik agar tidak merugikan pengguna jasa.
69
Pasal 67 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
70
Pasal 70 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa indikasi berikut dapat dijadikan petunjuk perihal biro perjalanan Haji dan Umrah yang baik, di antaranya:
a. Terdaftar Resmi
Salah satu indikasi biro perjalanan Haji dan Umrah yang baik adalah biro perjalanan yang terdaftar resmi di Kementerian Agama Republik Indonesia.
Biro perjalanan Haji dan Umrah yang resmi akan mencantumkan alamat kantor serta nomor telepon perusahaan. Selain itu, kepada pengguna jasa
untuk dapat mendatangi kantor Kementerian Agama agar bisa bertanya kepada petugas perihal biro perjalanan yang resmi terdaftar dan mampu
memberikan pelayanan yang baik.
b. Legalitas
Selain terdaftar resmi, indikasi biro perjalanan Haji dan Umrah yang baik adalah biro tersebut mempunyai legalitas yang jelas dan masih berlaku yang
menyangkut hal-hal berikut:
1 Surat Izin Usaha Biro Perjalanan Umum;
2 Surat Izin Tetap Usaha Pariwisata;
3 Tanda Daftar Perusahaan;
4 Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP Perusahaan;
5 Surat Keterangan Domisili Perusahaan;
6 Surat Keterangan Menteri Kehakiman – Akta Pendirian Perusahaan;
7 Surat Keterangan Departemen Agama Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang menyatakan biro tersebut merupakan penyelenggara perjalanan Ibadah Haji Khusus;
8 Sertifikat Lembaga Bisnis Syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia MUI;
Universitas Sumatera Utara
9 Sertifikat Anggota AMPHURI Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji
dan Umrah Indonesia atau yang kini telah berubah menjadi HIMPUH Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji
71
.
c. Telah Berpengalaman
Untuk mengetahui pengalamannya dalam menyelenggarakan perjalanan Haji dan Umrah, ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur
yatitu:
1 Usia berdiri biro perjalanan;
2 Seberapa sering biro perjalanan itu memberangkatkan jemaah;
3 Banyaknya jemaah yang telah diberangkatkan;
4 Pelayanan yang diberikan biro perjalanan kepada jemaah
72
. d. Cermati harga yang ditawarkan
Biro perjalanan Haji dan Umrah yang baik akan menawarkan biaya yang wajar dan masuk akal atas jasa penyelenggaraan yang diadakannya. Wajar
tidaknya biaya yang ditawarkan dapat dilihat dari perbandingan antara harga yang dibayar dengan fasilitas yang didapatkan jemaah.
Bagi calon pengguna jasa biro perjalanan Haji dan Umrah, penting untuk melihat dan mempertimbangkan ke empat hal tersebut agar dalam pemilihan biro
perjalanan tidak terdapat kekeliruan dan dapat menjamin keselamatan pengguna jasa. Keempat indikasi tersebut tidaklah bersifat mutlak, akan tetapi dapat menjadi
71
Khalifa Zain Nashrullah, Mau Haji Umrah? Wajib Baca Buku Ini Panduan Lengkap Praktis Ibadah Haji dan Umrah, Yogyakarta: Sketsa, 2015, hlm. 20.
72
Ibid, hlm. 20-21.
Universitas Sumatera Utara
dasar pertimbangan pengguna jasa dalam memilih biro perjalanan Haji dan Umrah sebagai penyelenggara Haji dan Umrah.
B. Ketentuan-Ketentuan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah