Aspek Hukum Dalam Perjanjian Penyelenggaraan Ibadah Haji Dan Umrah Antara PT Siar Haramain International Wisata Dengan Jemaah (Studi Pada PT Siar Haramain International Wisata)
DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku:
Ali, Zainuddin. 2014. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. Arrasjid, Chainur. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Budiono, Herlien. 2006. Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia
(Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia).
Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Fuady, Munir. 2001. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
H.S, Salim. 2003. Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.
---. 2004. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Hernoko, Agus Yudha. 2013. Hukum Perjanjian “Asas Proporsionalitas dalam
Kontrak Komersial”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hutabarat, Samuel M.P. 2008. Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum
Perjanjian. Jakarta: Grasindo.
Kansil, C.S.T, dan Christine S.T. Kansil. 2004. Modul Hukum Perdata: Termasuk
Asas-asas Hukum Perdata. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Khairandy, Ridwan. 2004. Iktikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
M. Zen, A. Patra, dan Daniel Hutagalung. 2007. Panduan Bantuan Hukum di Indonesia:Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah
Hukum. Jakarta: YLBHI.
Maerisa, Eka Astri. 2013. Panduan Praktis Membuat Surat-Surat Bisnis dan
Perjanjian. Jakarta: Visimedia.
Miru, Ahmadi. 2008. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
---. 2013. Hukum Kontrak Bernuansa Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Muljadi, Kartini, dan Gunawan Widjaja. 2006. Perikatan yang Lahir dari
(2)
Nashrullah, Khalifa Zain. 2015. Mau Haji & Umrah? Wajib Baca Buku Ini!
Panduan Lengkap & Praktis Ibadah Haji dan Umrah. Yogyakarta:
Sketsa.
Raharjo, Handri. 2009. Hukum Perjanjian di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Rijan, Yunirman, dan Ira Koesoemawati. 2009. Cara Mudah Membuat Suatu
Perjanjian/Kontrak dan Surat Penting Lainnya. Jakarta: Raih Asa
Sukses.
Saleh, A. Chunaini. 2008. Penyelenggaraan Haji Era Reformasi: Analisis
Internal Kebijakan Publik Departemen Agama. Tangerang: Pustaka
Alvabet Anggota IKAPI.
Santoso, Lukman. 2012. Hukum Perjanjian Kontrak. Yogyakarta: Cakrawala. Sari, Elsi Kartika, dan Advendi Simangunsong. 2007. Hukum dalam Ekonomi.
Jakarta: PT Grasindo.
Soekanto, Soerjono. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Sukarmi. 2008. Cyber Law: Kontrak Elektronik dalam Bayang-Bayang Pelaku
Usaha. Bandung: Pustaka Sutra.
Syarifuddin, Amir. 2010. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana.
Widjaja, Gunawan. 2006. Seri Hukum Bisnis Memahami Prinsip Keterbukaan
(Aanvullend Recht) dalam Hukum Perdata. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Artikel Ilmiah dan Skripsi:
Ariani, Savira Rianda, dkk. 2012. Tanggung Gugat terhadap Biro Perjalanan atas Pembatalan Pemberangkatan Haji Plus dan Umrah. Hukum Perdata Ekonomi, Fakultas Hukum, Universitas Jember.. Artikel Ilmiah. [Online]. Tersedia:http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/59146/Savir a%20Rianda.pdf?sequence=1. [24 Februari 2016].
Suyadi. Tanpa Tahun. Kajian Yuridis Terhadap Jemaah Haji sebagai Konsumen Jasa Pelayanan Penyelenggaraan Ibadah Umrah dan Haji Plus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dosen Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Artikel Ilmiah. [Online]. Tersedia: http://sainteks.ump.ac.id/index.php/SainteksUMP/article/view/49. [26 November 2015].
(3)
Data-Data Internet:
http://nasional.tempo.co/read/news/2012/11/15/173441866/jemaah-haji-indonesia -terbanyak-di-dunia. [27 September 2015].
http://www.beritasatu.com/nasional/144431-jemaah-haji-dari-indonesia-tahun-ini-156467-orang.html. [27 September 2015].
http://www.antaranews.com/berita/455840/seluruh-jamaah-haji-indonesia-tuntas-ke-tanah-suci. [27 September 2015].
http://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal-haji/15/10/14/nw7l8b31 3-pemerintah-jadi-penyelenggara-umrah-dpr-harus-ada-payung-hukumn ya. [16 November 2015].
http://www.siartour.com/profil.php. [6 Desember 2015].
http://www.dokumenpemudatqn.com/2013/07/persentase-jumlah-umat-islam-berbagai.html?m=1. [16 Januari 2016].
www.aig.co.id [26 November 2015].
Peraturan Perundang-undangan:
Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Peraturan Menteri Agama Nomor 29 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang.
(4)
BAB III
KETENTUAN YANG MENGATUR PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH ANTARA BIRO PENYELENGGARA DENGAN JEMAAH
HAJI DAN UMRAH A. Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah
Secara sederhana perbedaan antara Haji dan Umrah dapat ditemukan dari definisi kedua kata tersebut. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menyebutkan bahwa “Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya”. Sedangkan mengenai Umrah disebutkan dalam Pasal 1 angka 16 bahwa “Ibadah Umrah adalah Umrah yang dilaksanakan di luar musim Haji.
Baik Ibadah Haji maupun Umrah dalam rangka penertiban pelaksanaannya maka dibutuhkan pihak-pihak yang menyelenggarakan Ibadah Haji dan Umrah tersebut agar tercipta kepastian, ketertiban, dan keadilan dalam penyelenggaraannya.
1. Penyelenggara Ibadah Haji
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan penyelenggara adalah orang yang menyelenggarakan, melaksanakan dan merancang. Secara ringkas penyelenggara Ibadah Haji adalah pihak-pihak yang menyelenggarakan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan Ibadah Haji.
(5)
Penyelenggara Ibadah Haji terdiri dari dua pihak yaitu:
a. Pemerintah c.q Menteri yang ruang lingkup dan tugasnya dalam bidang agama sebagai penyelenggara Haji Reguler;
b. Biro Penyelenggara Haji sebagai penyelenggara Haji Khusus.
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler, Menteri berkoordinasi dengan kementerian/instansi terkait dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi serta bekerja sama dengan masyarakat. Partisipasi masyarakat tersebut direpresentasikan dalam penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus yang dilaksanakan oleh biro penyelenggara Haji Khusus dan bimbingan Ibadah Haji yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Inilah yang menjadi fokus pembahasan dalam penulisan skripsi ini.
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus yang selanjutnya disebut PIHK, adalah biro perjalanan yang telah mendapat izin Menteri untuk menyelenggarakan Ibadah Haji Khusus. Dapat kita pahami bahwa PT Siar Haramain International Wisata adalah biro perjalanan yang telah memperoleh izin dari Menteri sehingga dapat menyelenggarakan Ibadah Haji Khusus. Untuk memperoleh izin Penyelenggara Ibadah Haji Khsuus (PIHK) dari Direktur Jenderal yang bertindak atas nama Menteri, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh biro perjalanan yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki izin sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang masih berlaku;
b. Memiliki izin usaha;
(6)
d. Memiliki akta pendirian Perseroan Terbatas (PT) yang telah disahkan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
e. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan;
f. Memiliki rekomendasi dari instansi pemerintah provinsi yang membidangi pariwisata;
g. Memiliki susunan Pengurus dan Komisaris Perseroan Terbatas; h. Memiliki laporan keuangan satu tahun terakhir yang sudah diaudit;
i. Menyerahkan uang jaminan sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dalam bentuk bank garansi yang diterbitkan oleh bank umum milik negara dan berlaku selama 3 (tiga) tahun;
j. Telah menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) tahun dengan jumlah jemaah Umrah paling sedikit 300 (tiga ratus) orang; dan
k. Tidak memiliki catatan negatif dalam penyelenggaraan Ibadah Umrah55. Setelah seluruh persyaratan dilengkapi oleh biro perjalanan, maka untuk selanjutnya Kementerian Agama melakukan verifikasi terhadap keabsahan dokumen persyaratan tersebut. Apabila dokumen persyaratan telah diverifikasi keabsahannya maka Direktur Jenderal atas nama Menteri akan memberikan izin Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) kepada biro perjalanan yang mengajukan permohonan tersebut. Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) selanjutnya harus menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk melaksanakan kewajiban sebagai Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dengan baik.
Izin PIHK tersebut berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang dengan diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum habis masa berlaku izin. Perpanjangan izin PIHK dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada Menteri dengan melampirkan fotokopi Keputusan Menteri tentang Penetapan izin sebagai PPIU yang masih berlaku dan fotokopi Keputusan Menteri
55Pasal 2 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
(7)
tentang Penetapan izin sebagai PIHK yang masih berlaku56.
Perpanjangan izin tersebut hanya akan diberikan kepada PIHK yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki izin PPIU yang masih berlaku;
b. Telah memberangkatkan jemaah Haji Khusus paling sedikit 135 (seratus tiga puluh lima) orang selama 3 (tiga) tahun;
c. Memiliki kinerja yang baik; dan
d. Tidak melakukan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku57.
Kinerja dan kualitas pelayanan PIHK akan diketahui pada saat pengakreditasian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal. Penilaian yang dilakukan meliputi komponen finansial, sarana dan prasarana, administrasi dan manajemen serta sumber daya manusia. Pengakreditasian dilakukan setiap 3 (tiga) tahun dan dipublikasikan kepada masyarakat. Hasil akreditasi ini yang dijadikan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam menetapkan perpanjangan izin PIHK58.
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) yang telah mendapatkan izin berhak untuk mendapatkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Pembinaan dari Menteri;
b. Informasi tentang kebijakan penyelenggaraan Haji Khusus;
c. Informasi tentang jemaah Haji khsuus yang memilih PIHK dan masuk dalam alokasi kuota tahun berjalan;
d. Surat rekomendasi untuk pengurusan barcode;
e. Visa Haji, Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji (DAPIH), gelang identitas dan buku manasik;
56Pasal 6 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
57Pasal 7 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
58Pasal 48 dan 49 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
(8)
f. Menerima dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Khusus sesuai dengan jumlah jemaah Haji Khusus yang akan berangkat melalui PIHK pada tahun berjalan; dan
g. Informasi tentang hasil pengawasan dan akreditasi59.
Disamping memiliki hak, biro perjalanan yang telah memperoleh izin Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK), dalam pelaksanaan penyelenggaraan Ibadah Haji, berdasarkan UU No. 13 tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang disebutkan bahwa Penyelenggara Ibadah Haji Khusus wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. menerima pendaftaran dan melayani jemaah Haji Khusus yang telah terdaftar sebagai jemaah Haji;
b. memberikan bimbingan Ibadah Haji;
c. memberikan layanan akomodasi, konsumsi, transportasi dan pelayanan kesehatan secara khusus; dan
d. memberangkatkan, memulangkan dan melayani jemaah Haji sesuai dengan perjanjian yang disepakati antara penyelenggara dan jemaah Haji60.
Berdasarkan pengamatan penulis, Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 secara lebih khusus mengatur kewajiban yang harus ditunaikan PIHK diantaranya
59Pasal 5 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
60Pasal 40 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji jo. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang.
(9)
PIHK wajib memberangkatkan jemaah Haji Khusus paling sedikit 45 (empat puluh lima) jemaah dan paling banyak 225 (dua ratus dua puluh lima) jemaah, PIHK wajib menyediakan petugas pembimbing ibadah, petugas kesehatan dan petugas pengelola perjalanan, memberikan pelayanan bimbingan jemaah, pelayanan dokumen dan identitas Haji, pelayanan transportasi, akomodasi dan konsumsi, pelayanan kesehatan, perlindungan jemaah Haji Khusus serta PIHK wajib lapor atas pelaksanaan operasional penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus kepada Direktur Jenderal.
PIHK yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri tersebut akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 menetapkan bahwa pemegang izin PIHK yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pembekuan izin penyelenggaraan atau pencabutan izin penyelenggaraan oleh Menteri61.
Dalam melaksanakan tugasnya, ada hal-hal yang diperbolehkan untuk diperbuat oleh PIHK dan ada pula hal-hal yang tidak diperbolehkan. Peraturan perundang-undangan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2012 menetukan beberapa hal yang dilarang dilakukan oleh PIHK yaitu:
a. memberangkatkan dan memulangkan jemaah Haji Khusus tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan;
b. memungut biaya di bawah besaran minimal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Khusus yang ditetapkan oleh Menteri;
c. memalsukan dokumen jemaah Haji Khusus;
61Pasal 51 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
(10)
d. tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak-pihak terkait di tanah air dan di Arab Saudi;
e. menelantarkan jemaah Haji sehingga mengakibatkan jemaah Haji gagal berangkat ke Arab Saudi, melanggar masa berlaku visa, tidak dapat melaksanakan rukun Haji atau terancam keamanan dan keselamatannya62.
Apabila masa berlaku izin PIHK telah habis atau dicabut izinnya, maka PIHK yang bersangkutan harus menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada jemaah Haji Khusus atau pihak yang terkait baik itu di dalam maupun di luar negeri63.
Dalam hal ini Menteri mencabut izin penyelenggaraan PIHK, apabila izin operasional PIHK sebagai biro perjalanan wisata dicabut oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pariwisata, gubernur atau bupati/walikota.
2. Penyelenggara Ibadah Umrah
Perjalanan Ibadah Umrah dapat dilakukan secara perseorangan atau rombongan melalui Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 melalui Pasal 43 ayat (2) menyebutkan bahwa “Penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah dilakukan oleh Pemerintah dan/atau biro perjalanan wisata yang ditetapkan oleh Menteri”. Biro perjalanan wisata yang telah mendapatkan izin sebagai penyelenggara Umrah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2012 disebut dengan PPIU.
62Pasal 48 dan Pasal 49 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
63Pasal 9 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah
(11)
Penyelenggaraan Ibadah Umrah yang dilakukan oleh Pemerintah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal. Berdasarkan berita online republika.co.id tanggal 14 Oktober 2015, Ketua komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay memastikan bahwa pemerintah belum memiliki payung hukum yang jelas untuk menjadi penyelenggara Umrah. Hal ini dikarenakan merujuk pada UU No. 13 tahun 2008, tugas pemerintah hanya sebagai pembina, pengawas dan pemberi izin usaha64.
Penyelenggaraan perjalanan Ibadah Umrah yang dilakukan oleh biro perjalanan wisata wajib mendapatkan izin operasional sebagai PPIU (Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah). Izin operasional sebagai PPIU ini ditetapkan oleh Menteri. Sama seperti halnya izin PIHK, izin operasional PPIU diberikan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri. Izin PPIU akan diberikan kepada biro perjalanan wisata yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. pemilik dalam akta perusahaan, Warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan tidak sebagai pemilik PPIU lain;
b. memiliki susunan kepengurusan perusahaan;
c. memiliki izin usaha biro perjalanan wisata dari Dinas Pariwisata setempat yang sudah beroperasi paling singkat 2 (dua) tahun;
d. memiliki akta notaris pendirian perseroan terbatas dan/atau perubahannya sebagai biro perjalanan wisata yang memiliki bidang keagamaan/perjalanan ibadah yang telah mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
e. memiliki surat keterangan domisili perusahaan dari Pemerintah Daerah setempat yang masih berlaku;
64http://www.republika.co.id/berita/jurnal-Haji /berita-jurnal-Haji /15/10/14/nw7l8b313-pemerintah-jadi-penyelenggara-Umrah-dpr-harus-ada-payung-hukumnya diakses pada tanggal 16 November 2015 pukul 19. 48 wib.
(12)
f. memiliki surat keterangan terdaftar dari Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan dan Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama perusahaan dan pimpinan perusahaan;
g. memiliki laporan keuangan perusahaan yang sehat 1 (satu) tahun terakhir dan telah diaudit akuntan publik yang terdaftar dengan opini minimal Wajar Dengan Pengecualian (WDP);
h. memiliki surat rekomendasi asli dari instansi Pemerintah Daerah Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota setempat yang membidangi pariwisata yang masih berlaku;
i. memiliki surat rekomendasi asli dari Kanwil setempat yang dilampiri berita acara peninjauan lapangan; dan
j. menyerahkan jaminan dalam bentuk bank garansi atas nama biro perjalanan wisata, yang diterbitkan oleh Bank Syariah dan/atau Bank Umum Nasional disertai surat kuasa pencairan yang ditujukan dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal65.
Untuk mendapatkan rekomendasi dari Kanwil sebagaimana yang disebutkan dalam syarat huruf i, setidaknya memenuhi beberapa ketentuan:
a. memiliki sumber daya manusia di bidang tiketing, keuangan, akuntansi, pemasaran, dan pembimbing ibadah;
b. memiliki bukti telah melakukan operasional sebagai biro perjalanan wisata paling singkat 2 (dua) tahun;
c. memiliki sarana dan prasarana yang memadai; dan
d. memiliki laporan keuangan perusahaan 1 (satu) tahun terakhir dan telah diaudit akuntan publik yang terdaftar dengan opini minimal WDP66.
Izin operasional PPIU tersebut berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum izin operasional
65Pasal 5 ayat (3) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
66Pasal 5 ayat (4) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015
(13)
berakhir yang diajukan kepada Direktur Jenderal. Perpanjangan izin hanya dapat dilakukan dengan persyaratan minimal nilai akreditasi C67.
Terkait pelaksanaaan kewajibannya, PPIU wajib memberikan beberapa pelayanan antara lain memberikan bimbingan Ibadah Umrah, PPIU wajib menyediakan transportasi, akomodasi, dan konsumsi jemaah Umrah, memberikan pelayanan kesehatan, perlindungan untuk jemaah dan petugas Umrah, serta pelayanan administrasi dan dokumentasi Umrah.
Dalam melaksanakan tugasnya, PPIU dilarang menelantarkan jemaah Umrah yang mengakibatkan jemaah Umrah:
a. gagal berangkat ke Arab Saudi;
b. melanggar masa berlaku visa; atau
c. terancam keamanan dan keselamatannya68.
Dalam rangka menjamin terselenggaranya Ibadah Umrah dengan baik dan tertib, Direktur Jenderal atas nama Menteri melakukan pengawasan terhadap kinerja PPIU. Hasil pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal dapat digunakan untuk memberikan akreditasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh PPIU atau digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pengenaan sanksi. Hasil akreditasi yang didapat berdasarkan pengawasan dan pengendalian
67Pasal 6 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
68Pasal 65 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
(14)
tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan perpanjangan izin PPIU. Apabila pemegang izin PPIU tidak melaksanakan kewajibannya maka akan dikenai sanksi administratif oleh Menteri berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan izin penyelenggaraan; atau
c. pencabutan izin penyelenggaraan69.
Mengenai pencabutan izin penyelenggaraan, Menteri akan mencabut izin penyelenggaraan PPIU apabila izin operasional PPIU sebagai biro perjalanan wisata dicabut oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pariwisata, gubernur atau bupati/walikota70.
3. Tips Memilih Biro Perjalanan Haji dan Umrah
Kenyataan dengan terus bertambahnya jumlah jemaah Haji dan Umrah setiap waktu merupakan suatu peluang bagi para pengusaha untuk mendirikan biro perjalanan Haji dan Umrah. Terlebih lagi, sebuah kenyataan pula bahwa Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Peluang berbisnis dengan menyelenggarakan Haji dan Umrah pun semakin terbuka lebar. Tidak heran jika biro-biro perjalanan Haji dan Umrah dewasa ini semakin banyak jumlahnya layaknya cendawan di musim penghujan. Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui bagaimana biro perjalanan yang baik agar tidak merugikan pengguna jasa.
69Pasal 67 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
70Pasal 70 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
(15)
Beberapa indikasi berikut dapat dijadikan petunjuk perihal biro perjalanan Haji dan Umrah yang baik, di antaranya:
a. Terdaftar Resmi
Salah satu indikasi biro perjalanan Haji dan Umrah yang baik adalah biro perjalanan yang terdaftar resmi di Kementerian Agama Republik Indonesia. Biro perjalanan Haji dan Umrah yang resmi akan mencantumkan alamat kantor serta nomor telepon perusahaan. Selain itu, kepada pengguna jasa untuk dapat mendatangi kantor Kementerian Agama agar bisa bertanya kepada petugas perihal biro perjalanan yang resmi terdaftar dan mampu memberikan pelayanan yang baik.
b. Legalitas
Selain terdaftar resmi, indikasi biro perjalanan Haji dan Umrah yang baik adalah biro tersebut mempunyai legalitas yang jelas dan masih berlaku yang menyangkut hal-hal berikut:
1) Surat Izin Usaha Biro Perjalanan Umum; 2) Surat Izin Tetap Usaha Pariwisata; 3) Tanda Daftar Perusahaan;
4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan; 5) Surat Keterangan Domisili Perusahaan;
6) Surat Keterangan Menteri Kehakiman – Akta Pendirian Perusahaan;
7) Surat Keterangan Departemen Agama Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang menyatakan biro tersebut merupakan penyelenggara perjalanan Ibadah Haji Khusus;
8) Sertifikat Lembaga Bisnis Syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI);
(16)
9) Sertifikat Anggota AMPHURI (Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Indonesia) atau yang kini telah berubah menjadi HIMPUH (Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji)71.
c. Telah Berpengalaman
Untuk mengetahui pengalamannya dalam menyelenggarakan perjalanan Haji dan Umrah, ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur yatitu:
1) Usia berdiri biro perjalanan;
2) Seberapa sering biro perjalanan itu memberangkatkan jemaah; 3) Banyaknya jemaah yang telah diberangkatkan;
4) Pelayanan yang diberikan biro perjalanan kepada jemaah72. d. Cermati harga yang ditawarkan
Biro perjalanan Haji dan Umrah yang baik akan menawarkan biaya yang wajar dan masuk akal atas jasa penyelenggaraan yang diadakannya. Wajar tidaknya biaya yang ditawarkan dapat dilihat dari perbandingan antara harga yang dibayar dengan fasilitas yang didapatkan jemaah.
Bagi calon pengguna jasa biro perjalanan Haji dan Umrah, penting untuk melihat dan mempertimbangkan ke empat hal tersebut agar dalam pemilihan biro perjalanan tidak terdapat kekeliruan dan dapat menjamin keselamatan pengguna jasa. Keempat indikasi tersebut tidaklah bersifat mutlak, akan tetapi dapat menjadi
71
Khalifa Zain Nashrullah, Mau Haji & Umrah? Wajib Baca Buku Ini! Panduan Lengkap & Praktis Ibadah Haji dan Umrah, Yogyakarta: Sketsa, 2015, hlm. 20.
(17)
dasar pertimbangan pengguna jasa dalam memilih biro perjalanan Haji dan Umrah sebagai penyelenggara Haji dan Umrah.
B. Ketentuan-Ketentuan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
1. Ketentuan-Ketentuan Penyelenggaraan Ibadah Haji antara Biro Penyelenggara Haji dengan Jemaah Haji
Dalam rangka penyelenggaraan Ibadah Haji bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan khusus, dapat diselenggarakan Ibadah Haji Khusus yang pengelolaan dan pembiayaannya bersifat khusus. Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dilaksanakan oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) yang telah mendapat izin Menteri.
Pembentuk undang-undang melalui Pasal 38 UU No. 13 tahun 2008 menginstruksikan kepada Menteri Agama untuk membentuk Peraturan Menteri terkait penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. Atas dasar itu, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus adalah penyelenggaraan Ibadah Haji yang dilaksanakan oleh PIHK dengan pengelolaan, pembiayaan dan pelayanannya bersifat khusus73. Dalam menyelenggarakan Ibadah Haji Khusus, diperlukan adanya suatu standar pelayanan minimal yang menjadi tolok ukur pelayanan
73Pasal 1 angka (3) Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
(18)
minimal yang wajib diberikan PIHK kepada jemaah Haji Khusus dengan tujuan untuk memberikan kepastian pelayanan minimal oleh PIHK kepada jemaah.
Dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus, disebutkan bahwa ada 7 (tujuh) pelayanan yang wajib diberikan oleh PIHK kepada jemaah yaitu mulai dari layanan pendaftaran, bimbingan ibadah jemaah Haji Khusus, transportasi jemaah Haji Khusus, akomodasi dan konsumsi di Arab Saudi, kesehatan jemaah Haji Khusus, perlindungan jemaah Haji Khusus dan petugas Haji Khusus serta administrasi dan dokumen Haji. Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 juga mengatur hal yang sama seperti yang disebutkan di dalam pasal 3 tersebut.
Kewajiban untuk memberikan pelayanan tersebut di luar pendaftaran, dituangkan dalam bentuk perjanjian yang disepakati oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dengan jemaah Haji khusus74. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa segala hal yang berkaitan dengan pelayanan yang akan diberikan oleh PIHK pada saat diselenggarakannya Ibadah Haji terlebih dahulu dilakukan atas kesepakatan kedua pihak.
a. Pendaftaran
Pendaftaran Haji Khusus dibuka sepanjang tahun setiap hari kerja. Pendaftaran ini dilakukan oleh jemaah Haji yang bersangkutan. Namun, apabila
74Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
(19)
jemaah Haji tidak dapat melakukan pendaftaran sendiri maka dapat diwakilkan oleh PIHK. Pendaftaran dilakukan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi atau di Direktorat Jenderal, dengan catatan pendaftaran dilakukan di Direktorat Jenderal bila pendaftaran Haji Khusus tersebut belum/tidak dapat dilakukan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi75.
Pendaftaran Haji khusus dilakukan dengan prinsip pelayanan berdasarkan nomor urut pendaftaran yang digunakan sebagai dasar dalam pelayanan pemberangkatan jemaah Haji76.
Jemaah Haji yang telah mendaftar akan memperoleh nomor porsi dari SISKOHAT Kementerian Agama sesuai dengan urutan pendaftaran. Dalam hal jemaah Haji Khusus mempunyai hak untuk berangkat pada tahun tertentu, akan tetapi PIHK pilihan jemaah Haji telah melebihi batas maksimal alokasi, maka jemaah Haji Khusus dapat dialihkan ke PIHK lain atas pilihan jemaah Haji Khusus. PIHK pilihan jemaah Haji Khusus semula wajib/harus memfasilitasi jemaah Haji Khusus dalam memilih PIHK lain. Namun apabila jemaah Haji Khusus tidak memilih PIHK lain, maka ia akan berangkat di tahun berikutnya sesuai dengan PIHK pilihannya tersebut dengaan sistem dafar tunggu (waiting list).
Berkaitan dengan hal ini, terkait kuota Haji Khusus untuk setiap musim Haji ditentukan oleh Menteri. PIHK wajib memberangkatkan jemaah Haji Khusus
75Pasal 10 dan Pasal 11 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
76Pasal 38 ayat (2) dan (3) Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
(20)
paling sedikit 45 (empat puluh lima) jemaah dan paling banyak 225 (dua ratus dua puluh lima) jemaah. Bila PIHK mendapat kurang dari 45 (empat puluh lima) jemaah maka PIHK wajib menggabungkan jemaahnya pada pihak lain. Dalam hal PIHK memperoleh lebih dari 225 (dua ratus dua puluh lima) jemaah, PIHK wajib melimpahkan kelebihannya kepada PIHK lain. Baik itu penggabungan atau pelimpahan dilakukan atas persetujuan jemaah yang dibuktikan dengan surat persetujuan dan dilaporkan ke Direktur Jenderal. Jika jemaah tidak menyetujui, maka jemaah Haji Khusus akan menjadi daftar tunggu tahun berikutnya77.
b. Pelayanan Bimbingan Jemaah
Dalam hal pelayanan bimbingan jemaah, Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) wajib memberikan bimbingan manasik dan perjalanan Haji kepada jemaah Haji Khusus pada saat sebelum keberangkatan, selama dalam perjalanan dan selama di Arab Saudi. Bimbingan tersebut berpedoman pada buku bimbingan manasik dan perjalanan Haji yang diterbitkan oleh Kementerian Agama yang wajib diserahkan PIHK kepada jemaah Haji Khusus78. Bimbingan manasik dan perjalanan Haji sebelum keberangkatan diberikan paling sedikit 5 (lima) kali pertemuan79.
77Pasal 21 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
78Pasal 34 dan Pasal 35 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
79Pasal 8 ayat (2) Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
(21)
Bimbingan jemaah Haji Khusus dilakukan oleh petugas yang diangkat oleh PIHK. Terkait dengan petugas ini, PIHK wajib menyediakan petugas pembimbing ibadah, 1 (Satu) orang petugas kesehatan dan petugas pengelola perjalanan. Petugas pembimbing ibadah paling sedikit 1 (satu) orang.
Untuk petugas pengelola perjalanan paling sedikit 1 (satu) orang untuk 45 (empat puluh lima) sampai 135 (seratus tiga puluh lima) jemaah Haji Khusus atau 2 (dua) orang untuk 136 (seratus tiga puluh enam) sampai 225 (dua ratus dua puluh lima) jemaah Haji Khusus.
c. Pelayanan Transporasi
Pelayanan transportasi oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) meliputi transportasi udara ke dan dari Arab Saudi serta transportasi darat selama di Arab Saudi80. Transportasi udara menggunakan penerbangan langsung atau paling banyak 1 (satu) kali transit dengan maskapai penerbangan yang sama dan transportasi darat menggunakan bus perusahaan berAC yang diisi paling banyak 45 (empat puluh lima) jemaah untuk setiap bus81.
Transportasi harus memperhatikan aspek kenyamanan, efisiensi rute perjalanan, keselamatan dan keamanan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Menteri.
80Pasal 42 ayat (2) Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
81Pasal 11 ayat (3) dan (4) Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
(22)
Sebagai jaminan kepastian keberangkatan dan kepulangan jemaah Haji khusus, PIHK wajib menyerahkan bukti tiket dan konfirmasi penerbangan kepada Menteri82.
d. Pelayanan Akomodasi dan Konsumsi
PIHK wajib memberikan layanan akomodasi dan konsumsi kepada jemaah Haji Khusus selama di Jeddah, Makkah, Madinah dan Arafah Mina. Penyediaan akomodasi di Jeddah, Makkah dan Madinah paling rendah berupa hotel berbintang empat. Akomodasi di Makkah dan Madinah berjarak paling jauh 500 meter dari Masjidil Haram di Makkah dan Asjid Nabawi di Madinah. Dalam setiap kamar diisi oleh 4 (empat) orang.
Menjelang dan sesudah wukuf di Arafah, PIHK dapat memberikan akomodasi berupa apartemen transit di Makkah yang digunakan paling lama 5 (lima) hari antara tanggal 3 sampai 15 Dzulhijjah. Setiap kamar paling banyak diisi oleh 4 (empat) orang. Kualitas akomodasi transit harus memiliki akses transportasi yang mudah ke Masjidil Haram dengan paling rendah setara dengan hotel berbintang 4 (empat)83.
Untuk akomodasi di Arafah Mina menggunakan perkemahan yang berAC yang penggunaannya mempertimbangkan aspek kelayakan, keamanan, kenyamanan dan sesuai dengan ketentuan Pemerintah Arab Saudi.
82Pasal 40 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
83Pasal 13 dan 14 Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
(23)
Pelayanan konsumsi oleh PIHK waib dilakukan sesuai standar menu, higienitas dan kesehatan yang telah ditetapkan Menteri. Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus, diatur tentang ketentuan pelayanan konsumsi yang dapat diberikan oleh PIHK kepada jemaah Haji Khusus yaitu sebagai berikut:
1) konsumsi di Jeddah, Makkah dan Madinah menggunakan pelayanan dengan standar hotel dan sistem penyajian secara prasmanan dan menu makanan adalah menu Indonesia;
2) konsumsi di Arafah Mina (kawasan Masyair) menggunakan pelayanan dengan sistem penyajian secara prasmanan, menu Indonesia dan pelayanan Coffe Shop;
3) konsumsi di perjalanan atau di airport dapat diberikan dalam bentuk kemasan box84.
e. Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh petugas yang diangkat oleh PIHK dengan memberikan layanan kesehatan bagi jemaah Haji Khusus sejak sebelum keberangkatan sampai kembalinya jemaah ke Tanah Air. Pelayanan kesehatan sebelum keberangkatan dilakukan dengan memberikan bimbingan kesehatan dan vaksinasi yang diwajibkan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi seperti vaksin meningitis.
Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan, PIHK menyediakan 1 (satu) orang tenaga dokter untuk paling banyak 90 (sembilan puluh) jemaah. Bagi jemaah yang membutuhkan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap di BPHI ataupun di Arab Saudi serta dalam hal jemaah ada yang meninggal dunia, maka PIHK wajib memfasilitasi dan mengurus jemaah tersebut. Tanggung jawab PIHK
84Pasal 16 Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
(24)
dalam memulangkan jemaah Haji yang dirawat inap di Arab Saudi melewati jadwal kepulangan jemaah Haji85.
Selain hal tersebut, apabila jemaah Haji sakit maka PIHK wajib melayani dalam bentuk safari wukuf bagi jemaah Haji Khusus yang masih dapat diberangkatkan ke Arafah dan badal Haji bagi jemaah Haji yang tidak dapat diberangkatkan ke Arafah86.
f. Perlindungan Jemaah Haji
Dalam rangka memberikan perlindungan kepada jemaah Haji Khusus Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) wajib memberikan asuransi jiwa, kecelakaan dan kesehatan. Mengenai besarnya pertanggungan asuransi jiwa paling sedikit sebesar minimal BPIH Khusus. Masa pertanggungan asuransi jiwa, kecelakaan dan kesehatan tersebut diberikan sejak keberangkataan ke Arab Saudi sampai kembali ke Indonesia87.
g. Pelayanan Dokumen dan Administrasi Haji
Setiap jemaah Haji Khusus yang akan diberangkatkan ke Arab Saudi harus memiliki paspor yang telah memperoleh visa Haji, DAPIH, stiker barcode, gelang identitas dan kartu tanda pengenal88. DAPIH dan gelang identitas dikeluarkan oleh Kementerian Agama serta harus digunakan oleh jemaah Haji Khusus sejak keberangkatan, selama di Arab Saudi sampai dengan kembali ke Indonesia. Paspor, DAPIH dan gelang identitas akan diserahkan kepada PIHK setelah
85Pasal 17 ayat (3) dan Pasal 18 Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
86Pasal 19 Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
87Pasal 45 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
88Pasal 36 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
(25)
memenuhi persyaratan yaitu menyerahkan surat perjanjian antara PIHK dengan jemaah Haji khusus dan rekomendasi dari asosiasi PIHK.
Pelayanan administrasi dan dokumen Haji wajib dilakukan oleh PIHK dalam bentuk:
1) menyerahkan paspor jemaah Haji Khusus kepada Menteri atau Direktur Jenderal untuk pengurusan visa, dalam hal mana pengurusan penerbitan paspor dilakukan oleh jemaah Haji Khusus;
2) menyerahkan barcode PIHK yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sesuai batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri. Pengurusan stiker barcode ini dilakukan oleh PIHK setelah mendapat rekomendasi dari Direktur Jenderal. Stiker barcode diserahkan kepada Direktur Jenderal paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum keberangkatan jemaah Haji Khusus ke Arab Saudi utnuk dilekatkan pada paspor. Rekomendasi Direktur Jenderal diberikan kepada PIHK setelah menyerahkan:
a) Fotokopi kontrak awal hotel, transportasi dan katering di Makkah, Madinah, Jeddah dan Arafah Mina;
b) Surat jaminan komfirmasi (letter of intent) keberangkatan dan kepulangan dari maskapai penerbangan yang ditandatangani oleh pihak penerbangan;
c) Daftar nama jemaah Haji Khusus;
(26)
Dalam pengurusan stiker barcode di Arab Saudi, PIHK wajib melapor kepada Kantor Misi Haji Indonesia di Arab Saudi89.
3) melaporkan keberangkatan jemaah Haji Khusus kepada Menteri;
4) melaporkan kedatangan dan kepulangan kemaah Haji Khusus dari dan ke Arab Saudi kepada Kepala Kantor Misi Haji Indonesia di Arab Saudi; dan
5) melaporkan pelaksanaan penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus kepada Menteri atau Direktur Jenderal90.
h. Lain-Lain Pelayanan
Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus, disebutkan mengenai lain-lain pelayanan yang dapat diberikan oleh PIHK kepada jemaah Haji Khusus, seperti PIHK wajib memberikan air zam-zam paling sedikit 5 (lima) liter bagi setiap jemaah pada saat tiba di Tanah Air, PIHK wajib memberikan perlengkapan jemaah berupa tas besar, tas kecil, tas paspor dan perlengkapan lainnya sesuai perjanjian, PIHK wajib menyediakan layanan pengangkutan barang bagasi jemaah Haji.
2. Ketentuan-Ketentuan Penyelenggaraan Ibadah Umrah antara Biro Penyelenggara Umrah dengan Jemaah Umrah
Penyelenggaraan Ibadah Umrah adalah rangkaian kegiatan perjalanan Ibadah Umrah yang meliputi pembinaan, pelayanan dan perlindungan jemaah
89Pasal 39 ayat (2) dan (3) Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
90Pasal 44 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
(27)
Umrah yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah. Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) adalah biro perjalanan wisata yang telah mendapat izin dari Menteri untuk menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa PT Siar Haramain International Wisata juga merupakan PPIU yang telah mendapat izin Menteri sehingga bisa menyelenggarakan Ibadah Umrah.
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Pasal 71 Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Menteri Agama perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
Penyelenggaraan Ibadah Umrah dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, profesionalitas, transparansi dan akuntabilitas dengan tujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya kepada jemaah, sehingga jemaah dapat menunaikan ibadahnya sesuai ketentuan syariat Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka PPIU wajib memberikan pelayanan berupa bimbingan Ibadah Umrah, transportasi jemaah Umrah, akomodasi dan konsumsi, kesehatan jemaah Umrah, perlindungan jemaah Umrah dan petugas Umrah serta administrasi dan dokumen Umrah. Disamping memberikan pelayanan yang telah disebutkan, PPIU juga harus melayani jemaah Umrah saat pendaftaran dilakukan. Berikut akan diuraikan tentang detil-detil penyelenggaraan Ibadah Umrah.
(28)
a. Pendaftaran
Sebelum melaksanakan perjalanan Umrah, calon jemaah terlebih dahulu harus melakukan pendaftaran. Jemaah yang akan melakukan peerjalanan Ibadah Umrah wajib mendaftarkan diri kepada PPIU. Kemudian PPIU akan menerima pendaftaran calon jemaah tersebut sesuai dengan paket layanan yang ditawarkan dan diterima calon jemaah, utnuk selanjutnya dilaporkan PPIU kepada Direktur Jenderal.
b. Pelayanan Bimbingan Ibadah Umrah
Pelayanan bimbingan jemaah Umrah diberikan oleh pembimbing ibadah yang diangkat oleh pimpinan PPIU dengan standar kompetensi yang wajib dimiliki meliputi pengetahuan di bidang manasik Haji/Umrah dan telah melaksanakan Ibadah Haji/Umrah. Bimbingan diberikan kepada jemaah Umrah sebelum keberangkatan, dalam perjalaanan dan selama di Arab Saudi.
Pelayanan bimbingan Ibadah Umrah yag diberikan berupa materi bimbingan manasik dan perjalanan Umrah yang berpedoman pada bimbingan manasik dan perjalanan Haji dan Umrah yang diterbitkan oleh Kementerian Agama.
c. Pelayanan Transportasi Jemaah Umrah
Perjalanan Umrah tidak hanya memperhatikan aspek bimbingan semata, tetapi aspek transportasi juga menentukan kualitas pelayanan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU).
(29)
Pasal 12 Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah memberikan pengaturan mengenai pelayanan transportasi bagi jemaah Umrah. Pelayanan transportasi bagi jemaah Umrah diberikan oleh PPIU meliputi pelayanan pemberangkatan ke Arab Saudi, selama di Arab Saudi dan dari Arab Saudi. Ada 3 (tiga) kriteria bentuk pelayanan yang diberikan oleh PPIU kepada jemaah yaitu sebagai berikut:
1) transportasi udara jemaah Umrah paling banyak hanya 1 (satu) kali transit dengan maskapai penerbangan yang sama dan mempunyai izin mendarat di Indonesia dan Arab Saudi;
2) transportasi darat selama jemaah di Arab Saudi harus memiliki tasreh atau izin untuk pelayanan Umrah, sehingga pilihan transportasinya adalah transportasi yang legal;
3) transportasi wajib memperhatikan aspek kenyamanan, keselamatan dan keamanan91.
d. Pelayanan Akomodasi dan Konsumsi
Penting bagi PPIU untuk memperhatikan penginapan dan konsumsi bagi jemaah Umrah pada saat di Arab Saudi. PPIU wajib menempatkan jemaah Umrah di penginapan yang layak dengan ketentuan minimal di hotel bebintang 3 (tiga). Penempatan jemaah Umrah ini sesuai dengan perjanjian dan pemilihan paket yang telah disepakati oleh jemaah dan penyelenggara. Sebagaimana diketahui, semakin mahal biaya yang dikeluarkan tentu pelayanan yang diberikan semakin sebanding
91Pasal 12 Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
(30)
dengan uang yang dikeluarkan. Diaturnya tentang akomodasi ini oleh Peraturan Menteri Agama agar walaupun jemaah memilih paket termurah, tetap akan memperoleh pelayanan yang baik dan tidak diperlakukan semena-mena oleh PPIU.
Pelayanan konsumsi diberikan oleh PPIU kepada jemaah pada saat sebelum berangkat, dalam perjalanan dan selama di Arab Saudi. Konsumsi yang diberikan haruslah memenuhi 3 (tiga) syarat yaitu:
1) konsumsi yang diberikan harus memenuhi standar menu; 2) konsumsi harus memenuhi standar higienis;
3) konsumsi harus memenuhi standar kesehatan92. e. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan perlu diberikan oleh PPIU untuk meningkatkan kondisi kesehatan jemaah Umrah serta terbebasnya jemaah dari transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh jemaah Umrah. Sebagimana diketahui, baik Ibadah Haji maupun Umrah dalam pelaksanaannya biro penyelenggara harus memberikan pelayanan kesehatan kepada jemaah mengingat banyaknya tantangan dalam pelaksanaan ibadah itu sendiri seperti kondisi kesehatan jemaah yang kurang baik, kondisi lingkungan Arab Saudi yang berbeda dengan kondisi di Tanah Air (perbedaan musim, kelembapan udara yang rendah, perbedaan lingkungan sosial budaya dan sebagainya).
92Pasal 13 ayat (4) Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
(31)
Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Umrah (PPIU) meliputi penyediaan petugas kesehatan, penyediaan obat-obatan, dan pelayanan bagi jemaah Umrah yang sakit selama diperjalanan dan di Arab Saudi.
Setiap jemaah wajib melakukan vaksinasi meningitis. Vaksinasi meningitis tersebut menjadi tanggung jawab jemaah secara individu. Meskipun demikian, PPIU dapat memfasilitasi vaksinasi meningitis jemaah dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan93.
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2013 tentang Pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional disebutkan bahwa dalam rangka memberikan perlindungan kesehatan bagi pelaku perjalanan internasional perlu diberikan vaksinasi yang dibuktikan dengan pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional.
Sertifikat Vaksinasi Internasional adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa seseorang telah mendapatkan vaksinasi dan/atau profilaksis yang diperlukan untuk sertifikat vaksinasi iternasional perjalanan internasional tertentu. Pemberian Vaksinasi Meningitis untuk jemaah Umrah selain dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dapat dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri. Dengan demikian, jemaah yang akan melaksanakan Haji maupun Umrah
93Pasal 14 dan Pasal 15 Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
(32)
yang telah di beri vaksin akan mendapatkan Sertifikat Vaksinasi Internasional sebagai bukti telah dilakukannya vaksinasi.
f. Pelayanan Perlindungan Jemaah Umrah dan Petugas Umrah
Untuk menjamin terlindunginya jemaah Umrah pada saat melaksanakan ibadah di Arab Saudi, Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan dengan memberikan asuransi jiwa, kesehatan, dan kecelakaan kepada jemaah Umrah.
Tidak hanya itu, Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah melalui Pasal 16 mengatur secara lebih rinci tentang apa yang menjadi tanggung jawab PPIU dalam lingkup pemberian perlindungan. Perlindungan bukan hanya diberikan kepada jemaah tetapi juga kepada petugas dalam rangka melaksanakan tugas operasionalnya. Adapun pelayanan perlindungan tersebut meliputi:
1) asuransi jiwa, kesehatan dan kecelakaan dengan besaran pertanggungan disesuaikan dengan ketentuan dalam asuransi perjalanan;
2) pengurusan dokumen jemaah yang hilang selama perjalanan ibadah; dan 3) pengurusan jemaah yang meninggal sebelum tiba kembali ditempat
domisili.
g. Pelayanan Administrasi dan Dokumen Umrah
Pelayanan terhadap administrasi dan dokumen Umrah dilakukan oleh PPIU meliputi:
(33)
1) Pengurusan dokumen perjalanan Umrah dan visa bagi jemaah;
Pengurusan visa dilakukan oleh PPIU yang memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan pelayanan Umrah dan telah mendapatkan pengesahan dari Kementerian Agama. Untuk mendapat pengesahan terlebih dahulu PPIU harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) memiliki izin operasional yang masih berlaku;
b) memiliki kontrak kerja sama yang telah ditandatangani oleh pimpinan perusahaan pelayanan Umrah di Arab Saudi dan PPIU yang telah disahkan oleh notaris;
c) memiliki sertifikat International Air Transport Association (IATA); d) memiliki rekomendasi dari Asosiasi Penyelenggara Umrah;
e) memiliki kemampuan finansial yang dibuktikan dengan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik; dan
f) memiliki komitmen mentaati peraturan perundang-undangan yang dibuktikan dengan surat pernyataan/pakta integritas94.
PPIU yang memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan pelayanan Umrah di Arab Saudi tersebut dapat menjadi provider visa yang wajib mentaati seluruh peraturan yang dilekuarkan Pemerintah Iindonesia dan Pemerintah Arab Saudi, menjamin pelayanan administrasi akomodasi, konsumsi dan tranportasi di Arab Saudi, menjamin pengurusan visa jemaah hanya kepada PPIU yang memiliki izin operasional yang masih berlaku, menjamin pengurusan jemaah Umrah yang mengalami sakit, dan dirawat di rumah sakit Arab Saudi sampai kembali ke Tanah Air serta menjamin tiket jemaah Umrah ke dan dari Arab Saudi.
2) Pengurusan dokumen jemaah sakit, meninggal, dan ghaib/hilang;
94Pasal 18 ayat (3) Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
(34)
3) PPIU wajib membuat laporan penyelenggaraan Ibadah Umrah yang meliputi
bimbingan Ibadah Umrah, data keberangkatan dan kepulangan jemaah, penerimaan dan pengeluaran visa jemaah serta permasalahaan dan solusi jemaah. Laporan disampaikan kepada Direktur Jenderal paling lambat 15 (lima belas) hari setelah jemaah tiba di Tanah Air.
Direktur Jenderal dan Kepala Kanwil melakukan pembinaan dalam penyelenggaraan perjalanan Ibadah Umrah. Pembinaan penyelenggaraan perjalanan Ibadah Umrah oleh Direktur Jenderal dilakukan dengan sosialisasi kebijakan penyelenggaraan Umrah dan akreditasi. Sedangkan pembinaan oleh Kepala Kanwil dilakukan melalui penyuluhan dan bimbingan teknis operasional PPIU95.
C. Jemaah Haji dan Umrah sebagai Pengguna Jasa pada PT Siar Haramain International Wisata selaku Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah
Ibadah Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam sekali seumur hidup yang memenuhi syarat istitaah baik secara finansial maupun mental. Disamping menunaikan Ibadah Haji, setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dianjurkan menunaikan Ibadah Umrah dalam rangka meningkatkan kualitas keimanannya. Sehubungan dengan hal tersebut, baik itu Ibadah Haji maupun Umrah, dalam pelaksanaan
95Pasal 23 Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
(35)
penyelenggaraannya harus bersandarkan pada prinsip keadilan untuk memperoleh kesempatan yang sama tanpa adanya sikap diskriminasi.
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, salah satu pasalnya menyebutkan bahwa setiap warga negara yang beragama Islam berhak untuk menunaikan Ibadah Haji dengan syarat:
1. berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun atau sudah menikah; dan
2. mampu membayar Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)96.
Frasa “setiap warga negara yang beragama Islam” menunjukkan bahwa pasal ini berkarakteristik umum nondiskriminatif. Oleh karenanya penyelenggara Ibadah Haji khususnya Biro Perjalanan Haji dan Umrah harus beriktikad baik untuk melayani seluruh jemaahnya tanpa memandang suku, ras, warna kulit, strata sosial, ekonomi sehingga akan terwujud persamaan harkat dan martabat setiap jemaah yang akan menjalani ibadah tanpa adanya perbedaan dengan jemaah lainnya.
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus/plus yang diselenggarakan oleh suatu Biro Perjalanan Haji dan Umrah harus melaksanakan kewajibannya secara profesional dan harus mengedepankan kepentingan jemaahnya.
Salah satu bentuk tindakan mengedepankan jemaah ialah dalam hal pelayanan seperti memberikan fasilitas-fasilitas yang baik misalnya
96Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
(36)
penginapan/hotel berbintang yang ditempati jarak tempuh paling jauh 1500 meter dari Masjidil Haram di Makkah, makanan (catering) harus mengandung gizi yang baik untuk dikonsumsi, mengadakan tour atau rangkaian kegiatan ke berbagai objek-objek wisata, konsumsi yang memadai serta fasilitas-fasilitas lainnya97.
Pelaksanaaan kewajiban PIHK dan PPIU sebagai Biro Penyelenggara Haji dan Umrah merupakan tugas tersurat yang disebutkan oleh peraturan perundang-undang. Sebenarnya dalam pelaksanaan kewajiban tersebut, secara tersirat PIHK dan PPIU harus memperhatikan hak-hak jemaah sebagai pengguna jasa perjalanan Haji dan Umrah. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan ada 9 (sembilan) hak-hak konsumen yaitu sebagai berikut:
1. hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa;
2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapat barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan yang dijanjikan;
4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
5. hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
97Suyadi, Kajian Yuridis Terhadap Jemaah Haji sebagai Konsumen Jasa Pelayanan Penyelenggaraan Ibadah Umrah dan Haji Plus Berdasarkan UU Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, (Dosen Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Purwokerto), hlm. 42, diakses dari http://sainteks.ump.ac.id/index.php/SainteksUMP/article/view/49 tanggal 26 November 2015 pukul 19.09 wib.
(37)
7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
8. hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya98.
Setiap jemaah Haji maupun Umrah mempunyai beberapa kewajiban yang harus dijalankannya diantaranya melakukan pendaftaran serta mengisi formulir pendaftaran di PIHK atau PPIU pilihan jemaah Haji Khusus dan Umrah, melengkapi dokumen pendaftaran, membayar BPIH Khusus atau BPIU, melunasi sisa pembayaran BPIH atau BPIU, calon jemaah Haji dan Umrah diwajibkan untuk melakukan manasik sesuai dengan bimbingan petugas pembimbing, melakukan vaksinasi, serta memenuhi dan mematuhi segala persyaratan dan ketentuan yang berlaku dalam penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.
Disamping kewajiban, jemaah Haji dan Umrah juga mempunyai beberapa hak yang harus didapatkannya sebagai pengguna jasa Biro Penyelenggara Haji dan Umrah meliputi memperoleh bimbingan dari petugas Haji dan Umrah baik di Tanah Air, di perjalanan maupun di Arab Saudi, pelayanan akomodasi, konsumsi, tansportasi dan pelayanan kesehatan yang memadai dan memenuhi standar serta ketentuan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan, berhak memperoleh perlindungan sebagai jemaah Haji Khusus dan Umrah, memperoleh pelayanan akomodasi dan dokumen Haji serta berhak untuk mendapatkan
(38)
fasilitas lainnya sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan antara Biro Penyelenggara dengan jemaah Haji dan Umrah.
Pada dasarnya, antara calon jemaah dengan biro penyelenggara sebelum diselenggarakannya Ibadah Haji maupun Umrah terlebih dahulu sudah ada kesepakatan yang terbentuk melalui proses penawaran dan penerimaan. PT Siar Haramain International Wisata selaku penyelenggara menawarkan jasa terkait penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan Umrah dalam beberapa pilihan. Untuk selanjutnya calon jemaah akan menetukan pilihan atas beberapa penawaran yang diberikan oleh biro penyelenggara. Sejak saat ditentukannya pilihan paket oleh calon jemaah yang disertai dengan dilakukannya pembayaran, maka biro penyelenggara wajib menunaikan seluruh kewajiban yang menjadi hak jemaah99.
Sehubungan dengan jemaah Haji dan Umrah sebagai pengguna jasa PT Siar Haramain International Wisata, peneliti melakukan tanya jawab kepada beberapa pengguna jasa yang telah menunaikan Ibadah Haji maupun Umrah melalui PT Siar Haramain International Wisata untuk melihat tingkat kepuasan pengguna atas pelayanan yang diberikan oleh pihak penyelenggara. Teknik pengambilan sampel pengguna jasa yang dimintai pendapatnya terkait pelayanan PT Siar Haramain International Wisata dilakukan dengan cara purposive sampling.
Berdasarkan tanya jawab terhadap beberapa sampel tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh PT Siar Haramain International Wisata terhadap jemaah sinkron/sesuai dengan apa yang telah
99Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Nur Basir, SE (Direktur PT. Siar Haramain International Wisata) pada tanggal 4 Desember 2015.
(39)
ditawarkan di mana jemaah dilayani secara profesional. Pihak Siar di Saudi Arabia juga sigap dengan masalah penginapan dan logistik. Sehingga meskipun terdapat masalah, jemaah tidak sempat direpotkan karena telah diselesaikan secara cepat oleh pihak Siar. Begitu juga dengan persiapan sebelum keberangkatan ke tanah suci, para jemaah dibimbing disertai briefing yang detail sekaligus vaksinasi yang jelas. Demikian juga dalam hal administrasi dan dokumen, pengurusan visa tidak memakan waktu yang lama sehingga calon jemaah tidak khawatir terkait keberangkatan, karena salah satu faktor jemaah gagal berangkat ialah dengan tidak keluarnya visa. Kemudian selama perjalanan dari Indonesia ke Arab Saudi jemaah dipandu dan dibantu pada saat melewati imigrasi100.
Tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa sampel tersebut bertujuan untuk melihat gambaran pelaksanaan penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah oleh PT Siar Haramain International Wisata sekaligus dapat dijadikan sebagai deksripsi umum tingkat kepuasan jemaah pengguna jasa Siar Tour.
100Kesimpulan yang ditarik penulis berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pengguna jasa PT Siar Haramain International Wisata. Beberapa pengguna jasa tersebut sebagai sampel yang mewakili jemaah pengguna jasa PT Siar Haramain International Wisata.
(40)
BAB IV
ASPEK HUKUM DALAM PERJANJIAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH ANTARA PT SIAR HARAMAIN INTERNATIONAL
WISATA DENGAN JEMAAH
A. Keabsahan Perjanjian Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah antara PT Siar Haramain International Wisata dengan Jemaah Ditinjau dari Hukum Perdata
PT Siar Haramain International Wisata merupakan perusahaan biro perjalanan yang berkantor pusat di Medan dengan ruang lingkup kegiatan usaha menyelenggarakan paket wisata Umrah, Umrah Plus, Haji Plus dan paket wisata Islami lainnya. Selain itu, lingkup kegiatan PT Siar Haramain International Wisata juga meliputi penjualanan semua tiket penerbangan domestik maupun internasional, pemesanan hotel dalam dan luar negeri, pengurusan dokumen-dokumen perjalanan (passport/visa/dll) dan penyewaaan bus/mobil101.
PT Siar Haramain International Wisata yang dipimpin oleh Muhammad Nur Basir beserta jajarannya Alamria Asmardy, Reza Fahlevi, Muhammad Yazid Arif dan Fahrina Putri, berkantor pusat di Jalan Sisingamangaraja No. 18 Medan dengan beberapa pusat informasi/kantor cabang antara lain di Jakarta, Padang, Aceh Singkil dan sekitarnya, Rantau Prapat, Pematang Siantar, Kisaran, Takengon, Tapak Tuan, Gunung Tua/Palas, Sibuhuan/Palas, Padang Sidempuan dan Tebing Tinggi.
101http://www.siartour.com/profil.php diakses pada tanggal 6 Desember 2015 pukul 16.43 wib.
(41)
PT Siar Haramain International Wisata yang berdiri sejak 1999, terbukti secara legal dan terdaftar sebagai penyelenggara Haji Khusus dan Umrah di Kementerian Agama dengan adanya izin sebagai penyelenggara dengan nomor izin Haji Plus PHU/HK/3271/I/2014 dan nomor izin Umrah D/175/2012. Selain itu, PT Siar Haramain International Wisata juga terdaftar pada IATA
(International Air Transport Association), ASITA (Association of The Indonesian
Tours And Travel Agencies), HIMPUH, Amadeus dan Abacus.
IATA atau yang diartikan dengan Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional adalah sebuah organisasi perdagangan internasional yang terdiri dari maskapai-maskapai penerbangan yang bermarkas di Montreal, Kanada. Lisensi IATA ini merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki biro haji dan umrah untuk bisa mengajukan permohonan visa umrah sebagaimana diatur oleh Kerajaan Arab Saudi.
ASITA merupakan sebuah asosiasi perusahaan perjalanan wisata Indonesia yang diluncurkan di Jakarta pada tanggal 7 Januari 1971. PT Siar Haramain International Wisata menjadi anggota ASITA Sumatera Utara. Pimpinan PT Siar Haramain International Wisata, Muhammad Nur Basir menjadi Ketua Bidang SDM/Diklat Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia.
HIMPUH adalah Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus. Jumlah members HIMPUH dari tahun 2010 sampai 2014 terus mengalami peningkatan yaitu 216, 233, 252, 341, dan 361 travel di tahun 2014. PT Siar Haramain
(42)
International Wisata merupakan anggota HIMPUH dengan nomor anggota 239/HIMPUH/2012.
Perjanjian Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan Jemaah Haji dan Umrah merupakan perjanjian yang dilaksanakan terkait pelayanan yang akan diberikan pihak travel kepada calon jemaah. Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2012 memerintahkan bahwa terkait kewajiban memberikan pelayanan kepada jemaah dituangkan dalam bentuk perjanjian yang disepakati antara PIHK dengan jemaah Haji maupun Umrah. Dalam hal ini, perjanjian yang dibuat oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan calon jemaah bukanlah perjanjian tertulis layaknya kontrak yang ditandatangani oleh pihak pertama dan kedua melainkan berbentuk perjanjian dengan klausula baku yang dituangkan ke dalam brosur yang telah ditetapkan oleh PT Siar Haramain International Wisata. Pihak Siar Tour menentukan pelayanan yang diberikan seperti hotel, konsumsi, transportasi dan sebagainya beserta biaya yang dibebankan.
Perjanjian Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan Jemaah Haji dan Umrah harus memenuhi syarat sah perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata sebagai dasar, yaitu sebagai berikut:
1. Kesepakatan
Suatu perjanjian lahir pada saat terjadinya suatu kesepakatan di antara para pihak seperti yang dijelaskan dalam asas konsensualisme. Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, bahwa perjanjian penyelenggaraan Haji dan Umrah yang
(43)
dilakukan oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah Haji dan Umrah merupakan perjanjian dengan klausula baku. Perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang isinya telah diformulasikan oleh suatu pihak dalam bentuk formulir-formulir. Dalam hal ini, PT Siar Haramain International Wisata memformulasikan perjanjian penyelenggaraan Haji dan Umrah dalam bentuk brosur-brosur lengkap beserta keterangannya.
Untuk mengetahui apakah suatu perjanjian telah lahir, maka harus dipastikan terlebih dahulu apakah kesepakatan telah tercapai atau tidak. Muncul pertanyaan, apakah perjanjian dengan klausula baku memenuhi unsur kesepakatan? Terkait hal ini, ada dua pendapat. Pertama, perjanjian baku tidak memenuhi unsur kesepakatan dikarenakan masing-masing pihak tidak bebas membuat perjanjian jenis apapun, tidak adanya kebebasan dalam mengatur isi perjanjian dan tidak bebas mengatur bentuk perjanjiannya. Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa perjanjian baku memenuhi syarat kesepakatan yang terdapat dalam asas konsensualisme.
Apabila diperhatikan, pada dasarnya perjanjian baku memenuhi syarat sepakat yang diatur pada Pasal 1320 KUHPerdata dengan catatan bahwa perjanjian yang telah ditentukan salah satu pihak tersebut diterima dengan kerelaan tanpa adanya unsur paksaan dari pihak mana pun. Dengan kata lain, kesepakatan akan tercapai ketika pihak yang lain menyetujui perjanjian atas dasar kemauannya sendiri.
PT Siar Haramain International Wisata yang menjual jasa penyelenggaraan Haji Khusus dan Umrah menawarkan produk-produknya dalam bentuk brosur
(44)
kepada pengguna jasa. Tidak ada paksaan dari pihak penyelenggara atas pilihan calon jemaah. Dalam arti bahwa bila jemaah menghendaki menggunakan travel Siar Tour sebagai penyelenggaranya maka segala ketentuan yang telah ditetapkan akan berlaku, sebaliknya bila calon jemaah tidak memilih tawaran apapun maka dapat dikatakan kesepakatan tidak tercapai.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kesepakatan tercapai antara PT Siar Haramain International Wisata dengan calon jemaah pada saat dipilihnya penawaran produk pihak Siar Tour yang ditandai dengan diisinya formulir pendaftaran yang diteruskan dengan pembayaran oleh calon jemaah. Dengan telah dilakukannya pembayaran, maka sejak saat itu pihak penyelenggara sudah bisa menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan Haji Khusus dan Umrah termasuk pelayan dan fasilitas-fasilitas yang telah sepakati tersebut102.
Perjanjian penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan Umrah yang dilakukan oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah apabila dikaitkan dengan teori tentang lahirnya kesepakatan, maka untuk menunjukkan kapan perjanjian dikatakan berlaku adalah sesuai dengan Teori Penawaran dan Penerimaan (offer and acceptance). Kesepakatan kehendak pada prinsipnya baru tercapai setelah adanya penawaran (offer) dari salah satu pihak yang kemudian diikuti dengan penerimaan tawaran (acceptance) oleh pihak lain dalam perjanjian tersebut. Menurut teori ini kesepakatan antara para pihak terjadi pada saat PT Siar Haramain International Wisata mengajukan penawaran di brosur yang disertai
102Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Nur Basir, SE (Direktur PT. Siar Haramain International Wisata) pada tanggal 4 Desember 2015.
(45)
dengan deskripsi tentang pelayanan dan fasilitas yang ditawarkan serta kemudian pihak pengguna jasa —jemaah Haji Khusus dan Umrah— yang akan melakukan Ibadah Haji dan Umrah melakukan pendaftaran dengan mengisi dan melengkapi formulir pendaftaran yang diikuti dengan dilakukannya pembayaran. Saat ini, calon jemaah tidak lagi mengisi formulir pendaftaran secara manual melainkan secara online yang dilakukan secara langsung oleh petugas yang ada di PT Siar Haramain International Wisata maupun melalui website.
Berdasarkan hal tersebut, akibat dari diterimanya tawaran dari pihak penyelenggara, berarti menunjukkan bahwa kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan yang melahirkan perjanjian yang berisikan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Dengan demikian, syarat kesepakatan menurut Pasal 1320 KUHPerdata dalam perjanjian penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan Umrah yang dilakukan oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah dapat dipenuhi, sehingga perjanjian tersebut dari perspektif kesepakatan dianggap sah.
2. Kecakapan
Kecakapan merupakan salah satu syarat untuk membuat suatu perjanjian. Cakap tidaknya seseorang akan menentukan apakah ia memiliki kewenangan berbuat atau tidak. Dalam hukum perdata, setiap orang pribadi mempunyai hak yang sama. Setiap orang berwenang untuk berhak akan tetapi belum tentu berwenang untuk berbuat.
Manusia pribadi memiliki kewenangan berhak sejak ia dilahirkan sampai meninggal dunia bahkan sejak ia berada di dalam kandungan bila kepentingannya
(46)
menghendaki103. Berbeda halnya dengan kewenangan berbuat yang dibatasi oleh beberapa faktor antara lain umur, kesehatan dan perilaku. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan bahwa usia dewasa ialah 21 (dua puluh satu) tahun atau telah terlebih dahulu kawin.
Bila dihubungkan dengan perjanjian yang diadakan oleh para pihak, maka perjanjian sah bila para pihak telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau telah terlebih dahulu kawin, memiliki kondisi kesehatan fisik dan mental yang baik serta tidak dibawah pengampuan. Terkait ketentuan umur ini, untuk Ibadah Haji Khusus, pada Pasal 12 ayat (3) PMA Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus, secara tersirat dapat dimaknakan bahwa calon Jemaah Haji Khusus yang akan mendaftar sebagai Jemaah Haji Khusus dapat berusia 17 (tujuh belas) tahun ke bawah. Ketentuan ini tidak menetapkan batasan usia minimal pendafataran Haji Khusus.
Namun, pada tahun 2015 ini, Kementerian Agama telah menerbitkan PMA No. 29 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler yang mengatur bahwa salah satu syarat mendaftar haji adalah berusia minimal 12 tahun. Aturan ini merupakan perubahan dari PMA No. 14 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler yang tidak mengatur batasan usia minimal pendaftar haji.
Ketentuan usia tersebut berlaku baik untuk Haji Reguler maupun Haji Khusus. Dengan demikian, berarti anak usia 12 (dua belas) tahun sudah bisa melakukan pendaftaran Haji yang mana ini menunjukkan dengan dilakukannya
(47)
pendaftaran berarti anak usia 12 (dua belas) tahun secara tidak langsung sudah menjadi pihak dalam perjanjian.
Berdasarkan hasil penelitian di PT Siar Haramain International Wisata, pelaksanaan Ibadah Umrah dapat dilakukan pada seluruh umat Islam tanpa memandang batasan umur. Bahkan anak yang masih bayi (maksimal usia 2 tahun) pun dapat ikut menjalani Ibadah Umrah dengan ketetuan biaya yang lebih ringan yaitu kurang 50% (lima puluh persen).
Berkaitan dengan hal ini, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa perjanjian dimulai pada saat dilakukannya pendaftaran. Maka untuk calon jemaah yang melakukan pendaftaran sebagai awal perjanjian, baik Haji Khusus maupun Umrah yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum kawin tidaklah dapat dikatakan perjanjian tersebut tidak sah meskipun tidak memenuhi syarat kedewasaan menurut KUHPerdata. Akan tetapi, konsekuensi dari tidak terpenuhinya syarat kedewasaan tersebut adalah perjanjian dapat dibatalkan oleh salah satu pihak karena kecakapan untuk membuat suatu perjanjian termasuk syarat subjektif. Maka dari itu, bila salah satu pihak tidak meminta dilakukannya pembatalan, maka perjanjian akan tetap berlangsung. Berkaitan dengan hal tersebut juga, pendaftaran untuk anak yang masih dibawah umur biasanya diwakili oleh orang tua yang bersangkutan, sehingga proses pendaftaran tidak dilakukan oleh anak itu sendiri.
Pada hakikatnya, saat ini kecakapan tidaklah menjadi syarat mutlak sahnya suatu perjanjian. Hal ini dikarenakan untuk perjanjian-perjanjian tertentu, syarat kecakapan ini dikecualikan seperti halnya dalam bidang pengangkutan. Begitu
(48)
juga dengan perjanjian penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan Umrah ini, menurut penulis syarat kecakapan tidak menjadi penentu sahnya perjanjian yang telah terbentuk. Karena pada kenyataannya, banyak umat Islam yang berusia kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun atau belum menikah telah melakukan perjanjian Ibadah Haji Khusus dan Umrah dengan pihak travel.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian dalam penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah antara PT Siar Haramain International Wisata dengan Jemaah Haji dan Umrah tetap sah sehingga mengikat sepanjang para pihak tidak mempermasalahkan dan tidak merugikan para pihak serta para pihak tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati.
3. Suatu Hal Tertentu
Suatu hal tertentu membahas tentang prestasi yang menjadi pokok perjanjian yang bersangkutan. Dalam hal ini apa yang diperjanjikan harus jelas dan terinci mengenai jenis, jumlah dan harganya atau keterangan terhadap objek sehingga diketahuilah hak dan kewajiban tiap-tiap pihak sehingga tidak akan terjadi perselisihan dikemudian hari.
Pada perjanjian penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan Umrah antara PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah, yang menjadi prestasi atau objek perjanjian adalah fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh PT Siar Haramain International Wisata selaku pihak penyelenggara kepada jemaah.
(49)
Untuk program Haji Khusus 2016, PT Siar Haramain International Wisata telah menawarkan beberapa fasilitas yang akan diperoleh calon jemaah antara lain:
a. keberangkatan via Jakarta atau Singapore ke Jeddah;
b. Akomodasi di Mekkah adalah Hilton hotel/Movenpick Hajar;
c. Akomodasi di Madinah adalah Movenpick-Anwar Madinah/Al Haram; d. Arafah dengan tenda khusus;
e. Pondokan transit di Aziziah Apartement dan lain sebagainya.
Fasilitas penginapan yang diberikan kepada jemaah Haji Khusus adalah hotel berbintang 5 (lima). Selain hal itu, di dalam brosurnya juga tercantum biaya yang dikeluarkan.
Untuk program Umrah, akomodasi yang ditawarkan oleh PT Siar Haramain International Wisata kepada jemaah umrah adalah di hotel berbintang mulai dari bintang 5 (lima) dan yang terendah adalah bintang 3 (tiga). Biaya yang dikeluarkan salah satunya ditentukan oleh jumlah hari dan banyaknya orang per kamar. Tidak hanya akomodasi, transportasi yang akan digunakan baik udara maupun darat yang telah ditentukan oleh biro penyelenggara nantinya akan dipilih oleh jemaah. Artinya jemaah akan memilih dengan maskapai penerbangan apa ia akan berangkat. Semua fasilitas yang akan diperoleh jemaah Haji maupun Umrah yang merupakan objek perjanjian telah tertera di dalam brosur yang merupakan bentuk perjanjian dengan klausula baku yang dibuat oleh PT Siar Haramain International Wisata.
(50)
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa apa yang menjadi prestasi atau objek perjanjian penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah antara PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah, semuanya telah terperinci dengan jelas baik itu mengenai akomodasi, transportasi, konsumsi serta fasilitas dan pelayanan lainnya, termasuk juga rincian biaya yang dikeluarkan oleh jemaah.
Jika dalam perjanjian jenis lainnya, biasanya pihak yang menerima tawaran dapat secara langsung melihat objek yang diperjanjikan. Berbeda dengan halnya perjanjian penyelenggaraan Haji dan Umrah, objek perjanjian tidak dapat dilihat secara langsung saat itu juga, melainkan jemaah hanya dapat melihat fasilitas-fasilitas yang menjadi objek perjanjian melalui gambar. Akan tetapi, meskipun demikian, jemaah tidak perlu khawatir pada semua fasilitas yang ditawarkan oleh PT Siar Haramain International Wisata, hal ini dikarenakan baik itu akomodasi maupun transportasi khususnya untuk Umrah telah di booking untuk satu tahun ke depan oleh PT Siar Haramain International Wisata104.
Sebagai konsekuensi dari prestasi yang jelas, maka akan jelas pula apa yang menjadi hak dan kewajiban para pihak. Secara sederhana, bagi pihak penyelenggara, menerima pembayaran dari calon jemaah adalah hak dari PT Siar Haramain International Wisata. Sedangkan kewajibannya adalah menyediakan transportasi, hotel selama penyelenggaraan Haji maupun Umrah, mengadakan bimbingan di hotel berbintang, menyerahkan perlengkapan ibadah, menyediakan petugas mulai dari pembimbing haji, petugas kesehatan, dan penanggungjawab,
104Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Nur Basir, SE (Direktur PT. Siar Haramain International Wisata) pada tanggal 4 Desember 2015.
(51)
mengurus pendaftaran dan dokumen administrasi jemaah, memberangkatkan dan memulangkan jemaah dengan tiket pulang pergi yang sudah termasuk ke dalam biaya, serta mengembalikan BPIHK dan biaya Umrah bila terjadi pembatalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku105. Apa yang menjadi hak pihak penyelenggara berarti kewajiban bagi calon jemaah begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan hasil uraian tersebut, maka perjanjian penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah antara PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan dari segi objek yang diperjanjikan. Hal ini dikarenakan, objek yang diperjanjikan jelas dan terperinci termasuk biaya yang dikeluarkan, meskipun objek perjanjian tersebut tidak dapat dilihat secara langsung oleh jemaah saat itu juga.
4. Sebab yang Halal
Suatu sebab yang halal adalah isi suatu perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Dengan kata lain, suatu sebab yang halal menghendaki agar perjanjian yang dibuat dilakukan dengan iktikad baik.
Suatu perjanjian tanpa sebab tidaklah mempunyai kekuatan106. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sebab ialah tujuan dibuatnya perjanjian. Tujuan perjanjian merupakan isi dari perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak. Isi perjanjian inilah yang akan menunjukkan hubungan hukum kedua pihak yang di dalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak.
105Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Nur Basir, SE (Direktur PT. Siar Haramain International Wisata) pada tanggal 4 Desember 2015.
(52)
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tujuan dibuatnya perjanjian antara PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah Haji dan Umrah adalah untuk mengadakan penyelenggaraan Haji dan Umrah yang dilaksanakan oleh PT Siar Haramain International Wisata selaku Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang meliputi serangkaian kegiatan mulai dari tanah air, Arab Saudi, dan sampai kembali ke tanah air. Sedangkan isi perjanjiannya berupa hak dan kewajiban dari masing-masing pihak.
Bila ditinjau dari Pasal 1337 KUHPerdata, perjanjian yang telah disepakati oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah, tidaklah bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum maupun kesusilaan baik. Hal ini dikarenakan, berdasarkan hasil penelitian penulis, ketentuan-ketentuan yang diperjanjikan antara PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah bersesuaian dengan ketentuan penyeleggaraan Ibadah Haji Khusus dan Umrah yang diatur di dalam peraturan perundang-undangan nasional. Selain itu, dalam pelaksanaannya, PT Siar Haramain International Wisata memang merupakan penyelenggara Haji Khusus dan Umrah yang legal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya nomor izin penyelenggara yang diberikan kepada PT Siar Haramain International Wisata. Sehingga segala perbuatan yang dilakukan oleh PT Siar Haramain International Wisata adalah sah.
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, perjanjian penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah antara PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah tidaklah melanggar syarat sah perjanjian yang keempat.
(53)
Berdasarkan pembahasan di atas, jika seluruh syarat sahnya perjanjian terpenuhi dalam perjanjian penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah antara PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah maka telah terjadi perikatan di antara para pihak yang menimbulkan hubungan hukum. Konsekuensi dari timbulnya hubungan hukum ialah munculnya hak dan kewajiban masing-masing pihak. Sehingga sejak saat itu, masing-masing pihak harus menunaikan apa yang menjadi kewajibannya.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan berdasarkan hasil penelitian ini, perjanjian penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah antara PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah adalah sah karena telah memenuhi keempat syarat sah perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu kesepakatan, kecakapan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Meskipun dari segi kecakapan perjanjian ini tidak memenuhi usia dewasa yang diatur KUHPerdata, tidaklah membuat perjanjian ini menjadi batal melainkan dapat dibatalkan oleh salah satu pihak yang mengajukan pembatalan. Selain itu, syarat kecakapan ini ada dikecualikan untuk hal-hal tertentu seperti pengangkutan, termasuk dalam perjanjian Haji dan Umrah.
B. Pelaksanaan Perjanjian dan Perlindungan Hukum yang Diberikan kepada Jemaah dalam Melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah
1. Pelaksanaan Perjanjian Ibadah Haji dan Umrah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, PIHK wajib memberikan beberapa pelayanan kepada jemaah yang
(54)
meliputi pendaftaran, bimbingan jemaah, transportasi, akomodasi, konsumsi, kesehatan jemaah, perlindungan jemaah serta administrasi dan dokumen yang dituangkan dalam bentuk perjanjian yang disepakati PIHK dengan jemaah.
Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umrah yang dilakukan oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan calon jemaah Haji dan Umrah digunakan suatu perjanjian. Perjanjian pada dasarnya adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji pada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Perjanjian menimbulkan suatu perikatan bagi para pihak yang membuatnya. Dalam hal ini, perjanjian yang dilakukan oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan calon jemaah Haji dan Umrah merupakan perjanjian dengan klausula baku yang isinya telah ditetapkan oleh pihak penyelenggara dan kemudian disampaikan secara lisan kepada calon jemaah Haji dan Umrah.
Adapun prosedur terbentuknya perjanjian hingga timbul kesepakatan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa pihak penyelenggara yaitu PT Siar Haramain International Wisata telah terlebih dahulu membuat isi perjanjian pelaksanaan Ibadah Haji dan Umrah yang dituangkan ke dalam brosur-brosur. Baik brosur Haji Khusus maupun brosur Umrah, di dalamnya memuat ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi calon jemaah seperti syarat pendaftaran, biaya serta cara pembayaran. Selain itu juga diuraikan program-program yang ditawarkan, transportasi, hotel, dan ketentuan pembatalan keberangkatan serta keterangan lainnya.
(1)
tiada henti-hentinya memberikan bimbingan serta ide-de penulisan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik;
8. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum. selaku Ketua Program Kekhususan Perdata BW Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
9. Ibu Aflah, S.H., M.Hum. selaku Dosen Penasihat Akademik, yang selalu memberikan motivasi dan nasihat-nasihat yang membangun kepada penulis; 10. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing
Kompetisi Karya Tulis Ilmiah penulis di Universitas Gadjah Mada;
11. Bapak Muhammad Nur Basir, S.E., selaku Direktur PT Siar Haramain International Wisata yang telah bersedia memberikan keterangan dan data-data terkait skripsi penulis sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan waktu Bapak untuk mengoreksi kebenaran tulisan penulis dalam rangka validitas intent dari hasil wawancara yang telah dilakukan;
12. Bude Ani Soewoto yang tiada henti-hentinya mendukung dan menasihati penulis serta memberikan masukan-masukan yang membangun dalam proses penyusunan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikannya sampai akhir. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan materil dan moril yang telah diberikan mulai dari penulis masuk kuliah sampai hari ini, semoga Bude diberikan kesehatan dan keselamatan oleh Allah swt;
13. Kepada adik-adik penulis Syaiful Rahman dan Ilman Bahri yang selalu menyemangati dan mendoakan penulis di setiap sujudnya;
(2)
14. Teman-teman Ojaners yang aku sayangi, Ivo, Hana, Dyna, Betric, Lasthree dan Sarah, dan kawan-kawan Grup D Clinton, Kevin, Fika, Andreas, dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu;
15. Rekan-rekan seperjuangan organisasi penulis di BTM Aladdinsyah,SH Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
16. Seluruh pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Terakhir sebagai penutup, penulis mengharapkan agar tulisan ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi semua pihak dalam penyusunan tugas akhir di masa mendatang, khususnya bagi penulis sendiri guna menambah keilmuan dibidang hukum khususnya pengetahuan tentang perjanjian penyelenggaraan Haji dan Umrah, serta penulis juga berdoa agar segala sesuatu yang telah penulis peroleh dapat berguna bagi Nusa, Bangsa, dan Agama.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Medan, Maret 2016 Hormat penulis,
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTAR TABEL ………. viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penulisan ... 5
D. Manfaat Penulisan ... 6
E. Metode Penulisan ... 7
F. Keaslian Penulisan ……….. 11
G. Sistematika Penulisan ……… .11
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian, Asas-Asas Perjanjian dan Syarat Sah Perjanjian ………. 14
B. Teori-Teori tentang Lahirnya Perjanjian dan Jenis-Jenis Perjanjian ……… 30
C. Berakhirnya Perjanjian ……… 35
BAB III KETENTUAN YANG MENGATUR PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH ANTARA BIRO PENYELENGGARA DENGAN JEMAAH HAJI DAN UMRAH A. Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah ……….. 40
B. Ketentuan-Ketentuan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah………... 51
(4)
C. Jemaah Haji dan Umrah sebagai Pengguna Jasa pada
PT Siar Haramain International Wisata selaku Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah ……… 68
BAB IV ASPEK HUKUM DALAM PERJANJIAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH ANTARA PT SIAR HARAMAIN INTERNATIONAL WISATA DENGAN JEMAAH
A. Keabsahan Perjanjian Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah antara PT Siar Haramain International Wisata dengan Jemaah Ditinjau dari Hukum Perdata ………... 73 B. Pelaksanaan Perjanjian dan Perlindungan Hukum yang diberikan
Kepada Jemaah dalam Melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah … 86 C. Hambatan dan Cara Mengatasinya dalam Pelaksanaan
Perjanjian Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah ………….. 104
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……… 108
B. Saran ……….. 110
(5)
LAMPIRAN
1. Hasil Riset di PT Siar Haramain International Wisata
2. Hasil Wawancara dengan Beberapa Pengguna Jasa Siar Tour 3. Brosur Program Haji Khusus 2016 Kuota Depag dan Brosur Umrah 4. Formulir Pendaftaran Haji Khusus dan Umrah
5. Certificate of AIG Travel Guard International
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Biaya Haji Khusus yang ditetapkan oleh PT Siar Haramain International Wisata.
Tabel 2 Biaya Umrah Bulan Desember 2015 yang ditetapkan oleh PT Siar Haramain International Wisata.
Tabel 3 Konsekuensi Pembatalan Ibadah Umrah yang Ditetapkan oleh PT Siar Haramain International Wisata.
Tabel 4 Konsekuensi Pembatalan Haji Khusus yang Ditetapkan oleh PT Siar Haramain International Wisata.