Pelaksanaan GAP dan SOP dengan bobot 0,09, lokasi pasar, serta variasi permintaan pasar dengan bobot 0,08 menunjukan bahwa kedua faktor yang
memiliki bobot 0,08 merupakan faktor eksternal yang dianggap kurang penting dari faktor lain dalam peningkatan pemasaran bunga potong.
5.3 Penentuan Strategi Pemasaran Bunga Potong
Selanjutnya dilakukan matriks evaluasi pemasaran bunga potong dengan menghitung perkalian antara skor dan bobot pada faktor internal yang bertujuan
untuk memperoleh skor terbobot. Perkalian antara skor dan bobot pada faktor internal dalam peningkatan pemasaran bunga potong disajikan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal Faktor Internal
Bobot Skor
Skor Terbobot 1.
Kekuatan
A Pembinaan Tenaga Penyuluh
0,14 3
0,42 B
Penetapan GAP dan SOP 0,18
4 0,72
Jumlah 0,32
1,14 2.
Kelemahan
A Pengawasan pelaksanaan GAP
dan SOP 0,19
2 0,38
B Dukungan Dinas Pertanian
dalam penyediaan sarana prasarana
0,2 2
0,4
C Jaringan Pemasaran
0,15 2
0,3 D
Leaflet Selebaran 0,06
2 0,12
E Pameran
0,05 2
0,1
Jumlah 0,68
1,3 Selisih skor Peluang dan Ancaman
-0,16
Sumber: Lampiran 7-14 Hasil pembobotan faktor internal yang paling tinggi adalah penetapan GAP dan
SOP kekuatan dengan skor terbobot sebesar 0,72 dan dukungan Dinas Pertanian dalam penyediaan sarana prasarana kelemahan dengan skor terbobot 0,4. Hasil
analisis menunjukkan bahwa pengaruh faktor internal yang paling dominan terhadap peningkatan pemasaran bunga potong terjadi pada penetapan GAP dan
Universitas Sumatera Utara
SOP. Adanya penetapan GAP dan SOP dalam usaha tani bunga potong dapat mendorong peningkatan permintaan hingga keluar negri, karena tuntutan
masyarakat global untuk produk hortikultura, salah satunya sudah menerapkan GAP dan SOP dalam usaha tani. Penetapan GAP dan SOP harus diikuti oleh
pembinaan yang dilakukan kepada tenaga penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan yang kemudian dapat ditransfer kepada petani, pembinaan tenaga
penyuluh memiliki skor terbobot sebesar 0,42. GAP dan SOP yang sudah ditetapkan harus tetap diawasi pelaksanaannya oleh Dinas Pertanian melalui
penyuluh agar petani benar-benar mengaplikasikan GAP dan SOP dalam untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman bagi lingkungan dan konsumen.
Pengawasan pelaksanaan GAP dan SOP memiliki skor terbobot sebesar 0,38. Saat ini, dukungan Dinas Pertanian Karo dalam penyediaan sarana dan prasarana
untuk usaha tani bunga potong masih sangat kurang. Hal ini menyebabkan jaringan pemasaran bunga potong masih bersifat regional dengan skor terbobot
0,3. Selain itu, leaflet dengan skor terbobot masing-masing 0,12 yang tersedia juga masih kurang efektif dan pameran dengan skor terbobot 0,1 yang biasa
dilakukan dalam satu tahun sekali, namun dalam 5 tahun terakhir sudah tidak pernah diadakan merupakan suatu kelemahan. Kedua faktor ini adalah faktor
terakhir yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan pemasaran bunga potong.
Selanjutnya dilakukan perkalian antara skor dan bobot pada faktor eksternal yang bertujuan untuk memperoleh skor terbobot. Perkalian antara skor dan bobot pada
faktor eksternal dalam peningkatan pemasarana bunga potong disajikan pada Tabel 5.6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal Faktor Eksternal
Bobot Skor
Skor Terbobot 1.
Peluang
A Lokasi pasar
0,08 3,2
0,25 B
Harga yang diterima pedagang dan reseller
0,1 4
0,4 C
Jumlah permintaan pasar 0,11
3 0,33
D Permodalan
0,13 3,7
0,48 E
Jadwal tanam bunga 0,16
3 0,48
F Keahlian pascapanen
0,11 4
0,44
Jumlah 0,69
2,38 2.
Ancaman
A Harga yang diterima petani
0,14 2
0,28 B
Variasi permintaan pasar 0,08
2,22 0,17
C Pelaksanaan GAP dan SOP
0,09 1
0,09
Jumlah 0,31
0,54 Selisih skor Peluang dan Ancaman
1,84
Hasil pembobotan faktor eksternal yang paling tinggi adalah permodalan dan jadwal tanam bunga peluang dengan skor terbobot 0,48 dan harga yang diterima
petani ancaman dengan skor terbobot 0,28. Jadwal tanam bunga dan keahlian pascapanen dengan skor terbobot sebesar 0,44 merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi harga yang diterima pedagang dan reseller. Harga yang diterima pedagang dan reseller cenderung tinggi, salah satu penyebabnya yaitu pedagang
dan reseller sudah memiliki pelanggan tetap seperti restaurant, florist, dan rumah tangga, yang merupakan suatu peluang untuk meningkatkan pemasaran bunga
potong. Harga yang diterima pedagang dan reseller memiliki skor terbobot sebesar 0,4.
Jadwal tanam bunga yang dilakukan petani biasanya disesuaikan panen pada hari- hari besar seperti hari Natal, Tahun Baru, Paskah, dan Imlek, yang diperkirakan
jumlah permintaan pasar untuk bunga mengalami peningkatan cukup tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasa. Jumlah permintaan pasar dengan skor
Universitas Sumatera Utara
terbobot sebesar 0,42 merupakan suatu peluang untuk mendorong peningkatan pemasaran bunga potong.
Selalu adanya permintaan pasar untuk bunga potong, mengharuskan petani memiliki keahlian pascapanen yang baik agar bunga tetap dapat segar dan
bertahan lama pada saat pengangkutan hingga sampai ketangan konsumen akhir. Keahlian pasca panen merupakan suatu peluang dengan skor terbobot sebesar
0,28. Namun pada kenyataannya saat dipasarkan, harga yang diterima petani rendah. Salah satu penyebabnya adalah pemasaran yang dilakukan petani masih
bersifat lokal. Rendahnya harga yang diterima petani merupakan suatu ancaman dalam peningkatan pemasaran bunga potong dengan skor terbobot sebesar 0,3.
Petani bunga cenderung memasarkan bunga potong di pasar PU dan pasar yang berada di Jambur Desa Raya, kedua lokasi pasar ini cukup strategis dan mudah
diakses oleh konsumen. Lokasi pasar strategis merupakan suatu peluang dengan skor terbobot sebesar 0,38 yang dapat mendorong peningkatan pemasaran bunga.
Meskipun kedua lokasi pasar strategis, variasi bunga yang ditawarkan tidak banyak, karena produk yang cenderung diminta oleh pasar adalah bunga potong
jenis Krisan dengan berbagai jenis warna. Hal ini merupakan suatu ancaman bagi petani apabila terjadi variasi permintaan pasar atau perubahan selera masyarakat
dikemudian hari. Variasi permintaan pasar memiliki skor terbobot sebesar 0,17. Selain itu, petani dalam mengusahakan bunga potong tidak mengikuti pedoman
GAP dan SOP. Hal ini juga merupakan suatu kendala dan ancaman bagi Dinas Pertanian Karo dalam meningkatkan pemasaran bunga potong karena masyarakat
global menuntut produk yang dihasilkan sudah mengikuti pedoman dan prosedur GAP dan SOP.
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan diatas dapat dilihat pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa selisih skor terbobot faktor strategis internal kekuatan-kelemahan sebesar -0,16 artinya
pengaruh kelemahan lebih besar dibandingkan dengan kekuatan dalam peningkatan pemasaran bunga potong. Dan dari Tabel 5.6 menunjukkan bahwa
selisih skor terbobot faktor strategis eksternal peluang-ancaman sebesar 21,84, artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan dengan ancaman dalam
peningkatan pemasaran bunga potong. Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor eksternal dan internal tersebut
maka dapat diketahui posisi strategis peningkatan pemasaran bunga potong. Posisi strategis peningkatan pemasaran bunga potong dianalisis menggunakan matriks
posisi, sehingga menghasilkan titik koordinat x,y. Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal kekuatan-kelemahan dan nilai y diperoleh dari selisih faktor
eksternal peluang-ancaman. Posisi titik koordinat Cartesisus pada Gambar 5.1 O
III 2 I
1
W S
-2 -1 1 2
-1 IV
-2 II
T Gambar 5.1 Kuadran SWOT Pemasaran Bunga Potong
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1 menunjukkan nilai x0 yaitu -0,16 dan nilai y0 yaitu 1,84. Hal ini berarti posisi strategi peningkatan pemasaran bunga potong berada pada kuadran
III yang menandakan kelemahan yang dimiliki Dinas Pertanian Karo dalam pemasaran bunga potong lebih besar dari pada kekuatan, tetapi memiliki peluang
yang besar untuk meningkatkan pemasaran. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi Turn-around, artinya Dinas Pertanian menghadapi banyak kendala
atau kelemahan internal namun memiliki peluang yang sangat besar sehingga sangat memungkinkan untuk merebut pasar yang lebih baik dan meningkatkan
kemajuan secara maksimal dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada serta memperbaiki kelemahan. Kekuatan Dinas Pertanian terdapat pada penetapan
GAP dan SOP dan pembinaan tenaga penyuluh yang dapat menghasilkan bunga potong yang sesuai dengan tuntutan masyarakat global, dan peluang yang
dimanfaatkan yaitu jumlah permintaan pasar yang tinggi khususnya pada hari-hari tertentu, serta jadwal tanam yang disesuaikan panen khusunya pada saat
permintaan tinggi.
5.3 Penentuan Alternatif Strategi Peningkatan Pemasaran Bunga Potong