5.1.2 Analisis Kondisi Eksisting Faktor Eksternal Dianalisis dengan Menggunakan Skor
Faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman dalam pemasaran bunga potong yang dilakukan oleh Dinas Pertanian terdiri dari lokasi pasar, harga yang
diterima petani, pedagang dan reseller, permintaan pasar, pelanggan tetap, jaringan pemasaran, variasi bunga potong, pembuatan jadwal tanam, dan keahlian
pascapanen.
Tabel 5.2 Penentuan Skor Faktor Eksternal
Sumber: Lampiran 8 Tabel 5.2 Menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor eksternal yang
mempengaruhi pemasaran bunga potong terdapat 6 peluang dan 3 ancaman. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Lokasi Pasar Strategis
Dalam penelitian ini, terdapat dua pasar bunga di Desa Raya, pasar bunga yang pertama bertempat di Jambur Desa Raya yang berada di ujung Gang Desa Raya,
No. Uraian
Rata-rata skor
Hasil Penilaian
Sumber Keterangan Orang
1. Lokasi pasar
3,2 Peluang
Petani dan pedagang 21 2.
Harga yang diterima petani
2 Ancaman
Petani 17 3.
Harga yang diterima pedagang
dan reseller 4
Peluang Pedagang dan reseller 9
4. Jumlah permintaan
pasar 3
Peluang Pedagang dan reseller 9
5. Permodalan
3,7 Peluang
Petani 17 6.
Variasi permintaan pasar
2,22 Ancaman
Pedagang dan reseller 9 7.
Jadwal tanam bunga potong
3 Peluang
Petani 17 8.
Keahlian pascapanen
4 Peluang
Petani 17 9.
Pelaksanaan GAP dan SOP
1 Ancaman
petani 17
Universitas Sumatera Utara
penjual bunga di pasar ini adalah petani yang berasal dari desa ini sendiri, pasar ini buka pada hari Senin dan Kamis mulai pukul 08.00-11.00 WIB, lokasi pasar
bunga Desa Raya ini cukup strategis dilihat dari jarak ke jalan lintas tidak terlalu jauh dan berada pada sentra produksi. Selain berada di Jambur Desa Raya, pasar
bunga juga terdapat tidak jauh dari jambur, masyarakat setempat sering menyebutnya sebagai Pasar PU. Lokasi Pasar PU strategis, diukur dari jarak
dengan jalan lintas dan sentra produksi. Di pasar ini, setiap hari selalu ada 3 pedagang yang berjualan bunga potong. Tetapi untuk hari Rabu dan Sabtu
pedagang bunga akan semakin bertambah karena petani bunga yang ada di Desa Raya akan menjual produksi bunga di pasar ini. Kedua pasar ini terbentuk dari
inisiatif warga Desa Raya yang menanam bunga untuk memudahkan menjual atau memasarkan bunga.
Pada Tabel 5.2 diperoleh skor lokasi pasar 3,2. Skor ini diperoleh dari penelitian dan observasi yang dilakukan kepada 21 responden yang memasarkan produknya
yang terdiri dari 17 petani dan 4 pedagang. Responden petani memasarkan produknya di Jambur Desa Raya yang letaknya kurang lebih 200 m dari jalan
lintas dan berada pada sentra produksi, sementara 4 pedagang memasarkan produknya di Pasar PU yang berada pada jalan lintas dan sentra produksi. Dengan
lokasi pasar tersebut, konsumen akan lebih mudah melakukan transaksi dan pengiriman produk. Hal ini merupakan suatu peluang untuk meningkatkan
pemasaran bunga potong. 2.
Harga yang diterima Petani Rendah Harga yang diterima petani merupakan harga yang diperoleh dari pendistribusian
bunga di pasar. Hasil penelitian terhadap petani yang menjadi responden,
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan nilai rata-rata harga yang diterima petani dari penjualan di pasar 68,10 dari rata-rata harga pasar dengan rentang 44,66 sampai 93,33
Lampiran 4. Salah satu penyebab rendahnya harga yang diterima petani adalah produk yang dihasilkan petani lebih banyak berada pada Grade 2 dan 3 yang biasa
mereka sebut sedang dan rengge. Grade 2 memiliki ciri-ciri, bunga yang dihasilkan kurang mekar, bunga tidak terlalu besar, ada beberapa daun yang
dihasilkan kurang baik, dan batang tidak terlalu tinggi. Sedangkan Grade 3 memiliki ciri-ciri bunga tidak mekar sempurna, bunga kecil dan bayak kuntum
bunga yang rontok, banyak daun yang busuk, dan batang pendek. Hal ini cenderung disebabkan oleh penanganan yang kurang baik dalam pemeliharaan
dan panen sebelum waktunya. Selain itu, banyak petani tidak memiliki pelanggan tetap dan hanya menjual bunganya di pasar yang telah ada. Sehingga sangat
dibutuhkan dukungan pemerintah baik dalam usaha tani maupun dalam pemasaran bunga, kondisi ini merupakan suatu ancaman bagi peningkatan
pemasaran bunga potong. 3.
Harga yang diterima Pedagang dan Reseller di pasar tinggi Harga yang diterima pedagang dan reseller merupakan harga yang diperoleh dari
konsumen akhir maupun reseller yang akan menjual kembali produk yang dibeli dari Desa Raya ke daerahnya melalui distribusi produk yang dilakukan. Hasil
penelitian menunjukkan nilai rata-rata harga yang diterima 100 atau lebih besar dari 100 harga rata-rata pasar untuk satu ikat bunga. Biaya yang rutin
dikeluarkan oleh pedagang yaitu; biaya kebersihan Rp 2.000hari, pengiriman produk keluar daerah Rp 10.000bal sekitar Sumatra Utara atau sewa travel Rp
215.000. Dengan harga tinggi yang diterima pedagang, resiko yang diterima juga
Universitas Sumatera Utara
sangat tinggi, seperti; produk akan dibuang jika tidak habis terjual selama 7-10 hari dan harga yang diterima akan jatuh apabila produk sudah tidak segar tidak
terjual selama 5 hari . Bunga potong dapat bertahan dengan kualitas dan harga yang masih baik hingga 5 hari apabila dilakukan penanganan pascapanen yang
baik. Harga yang diterima pedagang lebih besar dari harga rata-rata yang diterima
petani 68,10 dan rentang harga yang diterima oleh pedagang dan reseller tidak terlalu jauh yaitu 90-100. Salah satunya disebabkan oleh kemampuan
pedagang dan reseller melihat pangsa pasar di berbagai wilayah, yang berarti pedagang dan reseller mengetahui pasar potensial untuk memasarkan produknya,
selain itu pedagang dan reseller juga sudah membangun jaringan diberbagai daerah yang diprediksi permintaan akan bunga potong tinggi. Hal ini merupakan
peluang bagi Dinas Pertanian Kabupaten Karo untuk meningkatkan pemasaran. 4.
Jumlah Permintaan Pasar Cukup Tinggi Permintaan pasar akan bunga potong Desa Raya khususnya Bunga Krisan cukup
tinggi. Berdasarkan hasil Penelitian, diketahui bahwa pasar bunga di daerah ini dilakukan sebanyak 4 kali dalam satu minggu yaitu; pada hari Senin dan Kamis
berada di Jambur desa Raya dan hari Rabu dan Sabtu berada di Pasar PU demikian masyarakat setempat menyebutnya. Terlihat dari kegiatan yang terjadi
di pasar bunga, bunga yang cenderung di jual oleh petani Desa Raya adalah jenis Bunga Krisan dengan berbagai warna dan bentuknya, untuk bunga potong Krisan
kurang lebih 70 dari produksi bunga habis terjual.
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan pasar bunga di Jambur Desa Raya, di Pasar PU terdapat empat pedagang tetap yang setiap hari selalu menjual bunga potong. Hal ini karena
pedagang Pasar PU cenderung hanya sebagai penjual bunga tidak seperti pedagang bunga di Jambur Desa Raya yang juga sebagai petani bunga. Salah satu
pedagang di Pasar PU mampu menjual 10.000 ikat bunga potong baik bunga Krisan, Gladiol, dan Sedap Malam dalam satu hari. Hal ini disebakan penjual
bunga ini sudah memiliki pelanggan tetap di berbagai wilayah yang ada di Indonesia khususnya di kepulauan Riau. Berbeda dengan pedagang bunga yang
lain di Pasar PU, dimana produk bunga potong lebih cenderung diminta oleh reseller dan konsumen akhir.
5. Permodalan Usaha Pribadi
Permodalan diukur dari sumber modal yang diperoleh petani untuk melakukan usaha tani bunga potong. Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada 17
responden petani, menunjukkan bahwa permodalan dalam melakukan budidaya bunga potong hampir sepenuhnya menggunakan modal sendiri, hanya ada satu
responden yang memperoleh modal dari lembaga peminjaman permodalan yaitu CU Credit Union. Meskipun lembaga peminjaman permodalan sudah tersedia
seperti Bank dan CU serta penawaran pinjaman modal tinggi tetapi petani cenderung tidak menggunakan lembaga peminjaman tersebut sebagai sumber
modal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti beberapa petani bunga kurang tertarik untuk memperluas usaha bunganya karena tanaman hortikultura
pangan juga dibudidayakan, merasa dibebani dengan syarat-syarat yang diajukan, serta masih takut menanggung resiko.
Universitas Sumatera Utara
6. Variasi Permintaan Pasar yang Kurang Berubah
Bunga potong yang dapat tumbuh dengan baik di Desa Raya yaitu Bunga Krisan, Gladiol, dan Sedap Malam. Tetapi petani di Desa ini cenderung menanam Bunga
Krisan dengan berbagai warna dan jenisnya, hal ini dikarenakan Bunga Gladiol dan Sedap Malam membutuhkan penanganan yang cukup intens mulai dari
praproduksi hingga pemanenan, seperti Bunga Gladiol. Ketersediaan bibit Bunga Gladiol yang baik masih sangat sukar diperoleh, bibit yang digunakan kebanyakan
berasal dari tunas baru bunga, tunas umbi tersebut tidak dapat langsung ditanam melainkan diistirahatkan selama 2-4 bulan, selama diistirahatkan umbi bunga
mudah terserang penyakit yang menyebabkan bibit bunga rusak, selain itu lahan untuk budidaya tanaman ini sebaiknya tanah kosong, tetapi jika sudah pernah
ditanami gladiol atau sefamily sebelumnya, maka sebaiknya tanah tersebut didiamkan selama 1 tahun, tidak jauh berbeda dengan penanganan bunga gladiol
bunga sedap malam juga memakan waktu 4-5 bulan dalam mendiamkan bibit bunga untuk ditanam, dan terkadang kualitas bunga yang dihasilkan tidak sesuai
dengan harapan karena terdapat serangan hama yang belum dapat secara optimal diatasi, sehingga petani kurang berminat membudidayakan jenis bunga tersebut.
Selain itu, bunga potong yang lebih banyak diminta oleh reseller maupun konsumen adalah bunga Krisan, hal ini karena kebanyakan konsumen dan reseller
sudah mengetahui produk terbaik untuk bunga potong yang berasal adalah Bunga Krisan dengan berbagai jenis warnanya.
7. Kesesuaian Jadwal Tanam dengan Permintaan Pasar
Dalam pembuatan jadwal tanam bunga, petani Desa Raya kurang memiliki jadwal tanam tertentu selain untuk menyambut hari-hari besar yang diperkirakan
Universitas Sumatera Utara
permintaan dan harga bunga tinggi. Petani di Desa ini, dalam menanam bunga cenderung mengikuti keinginan pribadi dan ketersediaan lahan yang kosong,
tetapi untuk menyambut hari-hari besar, petani akan menanam bunga 4 bulan sebelum menyambut hari-hari besar tersebut seperti Natal, Tahun Baru, Paskah,
dan Hari Raya Cina, dikarenakan pada hari-hari besar tersebut permintaan bunga mengalami peningakatan yang cukup besar atau produksi bunga akan habis terjual
bahkan hingga permintaan tidak dapat terpenuhi, dibandingkan dengan hari-hari biasa.
8. Keahlian Pascapanen Baik
Untuk mendapatkan harga yang tinggi dipasar, bunga yang dihasilkan harus bermutu tinggi dan tahan lama. Oleh karena itu, petani harus mampu melakukan
kegiatan pascapanen dengan tepat agar bunga yang dihasilkan memiliki nilai tinggi di pasar. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan
pascapanen yang dilakukan oleh petani di Desa Raya, petani di desa ini sudah banyak melakukan kegitan pascapanen yang tepat. Kegiatan tersebut mencakup
pemotongan tangkai bunga yang tepat untuk menghasilkan tinggi tangkai yang optimal, melakukan seleksi pembuangan daun dan pucuk yang busuk, penyortiran
bunga, perendaman yang baik dengan air tanpa campuran kimia, dan pengikatan yang tepat.
9. Kurangnya Pelaksanaan GAP dan SOP
Sejauh ini, Dinas Pertanian sudah mengenalkan GAP dan SOP kepada petani. Berdasarkan penelitian dan observasi yang dilakukan di Desa Raya, responden
bunga potong cenderung sudah mengetahui GAP dan SOP terutama petani yang menjadi anggota kelompok tani, tetapi dalam pelaksanaanya, petani kurang
Universitas Sumatera Utara
mengikuti prosedur tersebut, dikarenakan beberapa dari pedoman tersebut tidak sesuai apabila dilaksanakan di lapangan terbuka. Selain itu, petani merasa produk
yang dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan ketika dipasarkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
5.2 Pembobotan Faktor-faktor Strategis