Danang Widjanarko 2007 Agustin Ira Saputri 2007

yang ada saat ini . Untuk PD. BKK yang belum efisien hendaknya memperbaiki produktivitas input dan outputnya untuk mencapai output yang optimum dan kondisi efisien. Dalam penelitian ini digunakan metode DEA.

3. Danang Widjanarko 2007

Penelitian yang dilakukan oleh Danang Widjanarko 2007, mengadakan penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Perbankan Di Indonesia Pada Masa Krisis Ekonomi Tahun 1998 Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis DEA. Penelitian ini bertujuan mengukur efisiensi masing-masing bank di Indonesia pada masa krisis 1998 serta mengetahui sumber-sumber yang menyebabkan inefisisensi pada masing-masing bank dan cara mengatasinya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel input yang terdiri dari modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kantor bank, beban bunga dan variabel output yang terdiri dari kredit, dana pihak ketiga, dan total pendapatan. Untuk mengetahui efisiensi dari perbankan, digunakan metode DEA. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa dari keduapuluh bank, terdapat empat belas bank belum mencapai efisiensi yaitu sebesar Bank Muamalat Ind sebesar 83,02, Bank Agroniaga sebesar 72,24, Bank NISP sebesar 62,94, Bank Niaga sebesar 62,64, Bank DBS Buana sebesar 61,50, BRI sebesar 54,76, BTPN sebesar 53,08, BNI sebesar 51,36, Bank Mitraniaga sebesar 48,08, BII sebesar 45,52, Bank Multicor sebesar 40,20, BTN sebesar 36,90, Bank Harda Iternas sebesar 28,88, dan Bank Yudha Bakti sebesar 27,96. Penyebab inefisiensi dari keempatbelas bank karena adanya pengalokasian input yang belum optimal dengan kata lain terdapat pemborosan yang dilakukan oleh pengelola bank.

4. Agustin Ira Saputri 2007

Penelitian ini berjudul Analisis Efisiensi Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia di Surakarta dengan Metode Data Envelopment Analysis DEA Tahun 2007. Efisiensi KPRI diukur menggunakan metode Data Envelopment Analysis DEA dimana modal, biaya operasional, dan jumlah pengelola dijadikan sebagai variabel input sedangkan volume usaha dan SHU merupakan variabel output. Data yang tersedia merupakan data sekunder dimana dari 92 Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia KPRI yang ada di Surakarta diambil sampel sebanyak 10 Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia KPRI. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa dari 10 jumlah sampel Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia KPRI yang ada di Surakarta ternyata ada 6 koperasi pegawai yang belum efisien. Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia KPRI yang belum efisien antara lain: Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia KPRI Kosema : 99,97, Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia KPRI Guyub Rukun : 98.48, KPPDK : 97.72, Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia KPRI Primkokar Perhutani : 89.15, Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia KPRI Setia : 88, dan Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia KPRI Gotong Royong: 81.30. Inefisiensi pada beberapa Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia KPRI tersebut disebabkan dari input modal, biaya operasional, jumlah pengelola, yaitu pada pengalokasian input tidak sesuai dengan kebutuhan terjadi pemborosan dan output sisa hasil usaha SHU, yaitu dalam pencapaian output yang tidak sesuai dengan pemakain input. Saran yang diajukan bagi KPRI yang belum efisien adalah harus lebih memperhatikan penggunaan input agar dapat mencapai output yang maksimal, yaitu berorientasi pada input dengan memperbaiki jumlah dan penggunaan input, sedangkan apabila berorientasi pada output dengan meningkatkan jumlah output, dan mengacu pada Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia KPRI lain yang telah mencapai efisiensi.

G. Kerangka Pemikiran