Nilai Indeks Brinkmann
PPOK Jumlah
orang
200 – 600
9 42,9
600 12
57,1
Total 21
100
` Dari Tabel 5.6. menunjukan hasil dari pengukuran spirometri pada pasien PPOK dengan
nilai spirometri 200 – 600 terdapat 9 orang responden 42,9 dan nilai spirometri 600
terdapat 12 responden 57,1 .
Tabel 5.7. Derajat keparahan berdasarkan Nilai spirometri
Derajat obstruksi Nilai VEP1
Jumlah Orang Persentase
Ringan 80
4 19,0
Sedang Berat
Sangat berat 50 FEV180
30 FEV150
30 5
11 1
23,8 52,3
4,7
Total 21
100
Dari Tabel 5.7. menunjukan hasil dari derajat keparahan berdasarkan hasil spirometri pada pasien PPOK dengan derajat ringan terdapat 4 responden 19,0 ,derajat sedang
terdapat 5 responden 23,8 derajat berat terdapat 11 responden 52,3 ,dan derajat sangat berat terdapat 1 responden 4,7 .
Tabel 5.8. Jenis rokok
Jenis rokok PPOK
n
Rokok filter 12
57,1 Rokok kretek
9 42,9
Total 21
100
Dari table 5.8. menunjukan hasil dari jenis rokok yang terbanyak adalah jenis rokok filter 12 orang responden 57,1 dan rokok kretek 9 orang responden 42,9 .
5.1.3. Hasil Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara jenis rokok dengan
derajat obstruksi saluran napas pada pasien PPOK stabil . Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.9. korelasi derajat obstruksi dengan jenis rokok pada penderita PPOK stabil
Derajat obstruksi Ringan
– sedang Derajat obstruksi
Berat – sangat
Total
FEV1 50 FEV1berat 50
n n
N
Rokok filter 4
26,6 11
73,3 15
100
Rokok kretek 5
83,3 1
16,6 6
100
Dari Tabel 5.9. dapat dilihat bahwa dari 15 orang responden yang memiliki riwayat merokok menggunakan jenis rokok filter dengan 11 orang responden termasuk derajat obstruksi berat
– sangat berat 50 73,3 dan rokok jenis filter sebanyak 6 orang responden dengan 5 diantaranya
merupakan derajat obstruksi ringan – sedang 50 83,3
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode Pearson dengan tingkat kemaknaan 1 dan interval tingkat kemaknan uji pearson adalah :
nilai 0 : tidak ada korelasi
nilai 0,00 – 0,25
: korelasi sangat lemah nilai 0,25
– 0,50 : korelasi cukup
nilai 0,50 – 0,75
: korelasi kuat nilai 0,75
– 0,99 : korelasi sangat kuat
nilai 1 : korelasi sempurna
diperoleh nilai p p value adalah 1 p = 1 yang berarti bahwa ada Korelasi sempurna derajat obstruksi dengan jenis rokok pada penderita PPOK stabil. Dapat pula dilakukan perhitungan ratio
prevalensi RP sebagai berikut:
Tabel 5.10. Penyajian Hasil Pengumpulan Data tabel 2 x 2
Derajat obstruksi
Ringan sedang 50
Berat – sangat berat
50 Rokok Kretek
Rokok Filter
5 4
1 11
RP = aa+b : c c+d RP =5 5 + 1 :4 4 + 11
RP = 3,1 Pada penelitian ini didapat besarnya ratio prevalensi adalah 3,1. Ratio prevalensi yang lebih
besar dari 1 menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini besarnya ratio prevalensi di atas angka 1, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pada
penelitian ini pada PPOK stabil dengan jenis rokok merupakan salah satu faktor risiko kelompok derajat obstruksi . Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa orang yang memiliki riwayat merokok dengan jenis
rokok filter berisiko 3 kali lebih besar mengalami derajat obstruksi berat – sangat berat 50
dibandingkan dengan orang yang memiliki riwayat merokok kretek.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil karakteristik responden penelitian, mayoritas responden berjenis kelamin pria yaitu sejumlah 16 orang 76,9, sedangkan responden yang berjenis kelamin
wanita berjumlah 5 orang 23,8. Hasil penelitian menurut Bold Study di 12 negara menunjukkan kasus PPOK pada jenis kelamin pria dengan usia yang lebih tua adalah 5 kali lipat
berbanding pada perempuan. Hal ini dikarenakan pria lebih banyak yang merokok, .
Pada penelitian ini seluruh responden berusia di atas 50 tahun, dimana kelompok umur dengan frekuensi paling tinggi yaitu kelompok umur 70-72 tahun sebanyak 9 orang 42,9 . Dari karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan, sebanyak 7 orang responden 33,3 bekerja sebagai pensiunan. Berdasarkan tingkat ekonomi ternyata PPOK menduduki peringkat lima dari negara berkembang
berdasarkan data morbiditas WHO. Sementara itu, karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir diperoleh sebanyak 13 orang 61 responden memiliki pendidikan terakhir SMA, sedangkan
sebanyak 5 orang 24 memiliki pendidikan terakhir tamat sarjana. Hal ini sesuai dengan data yang
terdapat pada profil kesehatan Indonesia 2010 yang menyatakan bahwa prevalensi PPOK cendrung menurun seiring dengan peningkatan tingkat pendidikan Depkes, 2011.
Kemudian berdasarkan riwayat lama merokok dengan terjadinya PPOK pada dasarnya riwayat merokok 10 tahun sebanyak 15 orang responden 72 hal ini terbukti dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Prabaningtyas O di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tahun 2010 terdapat hubungan yang signifikan antara lamanya merokok dengan derajat merokok pada kejadian PPOK dan
kecenderungan penderita PPOK mempunyai riwayat merokok yang 10 tahun . Berdasarkan hasil nilai indeks brinkmann nilai FEV1 yaitu 600 terdapat 12 responden 57,1
itu termasuk derajat obstruksi berat .Sementara pada derajat obstruksi yang berat dengan jenis rokok filter yang terbanyak terdapat 11 responden 52 .Pada penelitian ini hubungan antara kedua variabel
tersebut ditemukan p= 1 CI 99, dengan ratio prevalensi sebesar 3,1.. Penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel paling baik dilakukan
dengan desain kohort prospektif, yakni dengan pengamatan dan follow up ke masa yang akan datang. Dengan follow up yang cukup akan didapati apakah satu variabel memiliki hubungan yang kuat dengan
variabel lainnya. Kelemahan penelitian ini terletak pada desain penelitian yang hanya menggunakan studi cross sectional
, dimana pengamatan yang bagus bersifat retrospektif, yaitu melihat apakah selama ini responden memiliki faktor risiko terhadap derajat obstruksi saluran napas dengan konsumsi jenis rokok
yang berbeda , melihat keparah derajat obstruksi. Tetapi keterbatasan waktu pengamatan ini menyebabkan ketidakmampuan dalam menggambarkan perjalanan penyakit.
Pada penelitian ini korelasi derajat obstruksi saluran napas dengan jenis rokok pada penderita PPOK stabil dapat dibuktikan adanya korelasi antara dua variabel tersebut. Dimana pada penelitian yang
dilakukan banyak pederita PPOK stabil memiliki riwayat merokok jenis filter dibandingkan dengan jenis rokok kretek dan terbukti derajat keparahan obstruksi dengan jenis rokok filter lebih tinggi persentasenya
dan hasil didukung oleh pengukuran spirometri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, dimana dikatakan bahwa kedua
variabel ini berhubungan. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai hal ini harus dilakukan dengan mengatasi hal-hal yang telah peneliti ungkapkan di atas, khususnya dalam hal desain penelitian, sehingga
dapat diketahui data yang lebih valid mengenai berapa lama waktu yang diperlukan penderita PPOK yang
terpapar rokok menyebabkan derajat obstruksi pada saluran pernapasan. BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Dari 21 orang responden penelitian 15 orang responden memiliki riwayat merokok menggunakan jenis rokok filter 71,4 dan 6 responden menggunakan rokok kretek 28,6 .
2. Dari rokok filter berat-sangat berat 50 sejumlah 73,3 3. Dari rokok kretek ringan-sedang 50 sejumlah 83,3
4. Ada hubungan korelasi derajat obstruksi saluran napas dengan jenis rokok pada penderita PPOK Stabil dengan nilai p = 1 dengan makna korelasi sempurna.
5.
Dengan nilai ratio prevalensi 3,1 yaitu memiliki riwayat merokok dengan jenis rokok filter berisiko 3 kali lebih besar mengalami derajat obstruksi berat
– sangat berat dibandingkan
memiliki riwayat merokok kretek.
6.2. Saran
Pada penelitian ini korelasi derajat obstruksi dengan jenis rokok pada penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis stabil dapat dibuktikan dengan tingkat derajat keparah berat
– sangat berat disebabkan oleh rokok jenis filter . Maka dari itu, bagi sarana pelayanan kesehatan diharapkan agar
lebih waspada ketika mendapati PPOK dengan derajat obstruksi berat- sangat berat. Edukasi kepada pasien yang memiliki risiko tersebut penting dilakukan untuk mencegah
terjadinya derajat obstruksi yang tingkat keparahannnya tinggi pada penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis.
PPOK merupakan penyakit yang memiliki banyak faktor risiko. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih peduli dan berpartisipasi dalam upaya pencegahan derajat obstruksi PPOK,
khususnya bagi individu yang memiliki risiko tinggi.
Diharapkan untuk pemerintah dan lembaga kesehatan lebih memerhatikan masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok dengan cara mengedukasi masyarakat
melalui media massa seperti iklan di televise , brosur atau leaflet di jalan raya dan spanduk – spanduk di jalan dengan memotivasi setiap individu yang memiliki faktor risiko agar
berhenti merokok karena efek dari merokok ini bersifat sistemik bagi tiubuh kita.. Bagi peneliti selanjutnya banyak kelemahan pada penelitian ini, diharapkan
peneliti selanjutnya dapat menggunakan desain kohort studi prospektif. Studi prospektif
dapat dilakukan dengan melakukan follow up pada setiap pasien PPOK di klinik atau di rumah sakit tertentu. Sehingga akan didapatkan data yang lebih valid mengenai berapa lama
waktu yang diperlukan penderita PPOK stabil menyebabkan derajat obstruksi dengan jenis rokok dengan kurun waktu berapa lama dapat menyebabkan derajat obstruksi yang parah .
DAFTAR PUSTAKA