macam tool yang mampu mempresentasikan data yang dibutuhkan dan menganalisa data tersebut hingga diperoleh suatu kesimpulan.
3.3. Lean dan Six Sigma
3.3.1. Pendekatan Lean
3
Konsep lean adalah metodologi pengukuran kualitas dan peningkatan produktivitas yang diperkenalkan oleh sistem produksi Toyota yang didasarkan
pada konsep penghapusan limbah dalam proses yang akan mengakibatkan kenaikan produktivitas dan perbaikan kecepatan dan aliran dalam value stream.
Prinsip lean dapat dinyatakan sebagai perbaikan secara terus-menerus dari proses dengan cara mengeliminasi pemborosan yang terdapat dalam value stream. Lean
mengidentifikasi berbagai jenis limbah dengan menggunakan terminologi Jepang dari Toyota Production System yaitu muda buang-buang waktu dan bahan, mura
ketidakmerataan atau variasi, dan muri membebani pekerja atau sistem. Setiap karyawan yang berada di lingkungan lean diharapkan untuk berpikir kritis tentang
pekerjaannya, membuat saran untuk menghilangkan pemborosan yang ada, dan untuk berpartisipasi dalam perbaikan proses yang dilakukan secara terus-menerus
dengan menggunakan brainstorming untuk memperbaiki masalah. Pada dasarnya terdapat dua jenis pemborosan, yaitu Type One Waste dan
Type Two Waste. Type One Waste adalah aktivitas kerja yang tidak menciptakan
nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream,
akan tetapi aktivitas tersebut tidak dapat dihindarkan pada saat ini
3
Abdurrahman Coskun, Six Sigma Projects and Personal Experience, Croatia: Janeza Trdine, 2011, hal 6
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan oleh berbagai alasan. Type Two Waste merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan dapat dihilangkan dengan segera.
Pemborosan merupakan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah non-value added activities dan dikenal dalam kalangan praktisi Lean
Manufacturing sebagai “tujuh pemborosan”. Tujuh pemborosan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jenis-jenis Pemborosan Waste
No. Waste
Akar Penyebab
1.
Over Production: memproduksi lebih daripada
kebutuhan pelanggan internal dan eksternal, atau memproduksi lebih
cepat atau lebih awal daripada waktu kebutuhan pelanggan internal dan
eksternal. -
Ketiadaan komunikasi -
Sistem balas dan penghargaan yang tidak tepat
- Hanya berfokus pada kesibukan
kerja bukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan internal dan
eksternal
2.
Delays waiting time: keterlambatan yang tampak melalui
orang-orang yang sedang menunggu mesin, peralatan, bahan baku,
suppliers
, perawatanpemeliharaan maintenance, atau mesin-mesin
yang sedang menunggu perawatan, orang-orang, bahan baku, peralatan,
dan lain-lain. -
Inkonsistensi metode kerja -
Waktu penggantian produk yang panjang long changover times.
3.
Transportation: memindahkan material atau orang
dalam jarak yang sangat jauh dari satu proses ke proses berikut yang
dapat mengakibatkan waktu penanganan material bertambah.
- Tata letak yang jelek poor layout
- Ketiadaan koordinasi dalam proses
- Poor housekeeping
- Organisasi tempat kerja yang jelek
poor work place organization -
Lokasi penyimpanan material yang banyak dan saling berjauhan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Jenis-jenis Pemborosan Waste Lanjutan
No. Waste
Akar Penyebab
4.
Proses yang tidak tepat Inappropriate Processing:
mencakup proses-proses tambahan atau aktivitas kerja yang tidak perlu
atau tidak efisien. -
Ketidaktepatan penggunaan peralatan
- Pemeliharaan peralatan yang jelek
poor tooling maintenance -
Gagal mengkombinasi operasi- operasi kerja
- Proses kerja dibuat serial padahal
proses-proses itu tidak saling tergantung satu sama lain yang
seyogianya dapat dibuat parallel.
5.
Unnecessary Inventories: Pada dasarnya menyembunyikan
masalah dan menimbulkan aktivitas penanganan tambahan yang
seharusnya tidak diperlukan. Inventories
juga mengakibatkan extra paperwork
, extra space, dan extra cost
. -
Peralatan yang tidak handal unrealible equipment
- Aliran kerja yang tidak seimbang
- Pemasok yang tidak kapabel
- Peramalan kebutuhan yang tidak
akurat -
Ukuran batch yang besar -
Long change-overtime waktu
pergantian yang panjang.
6.
Unnecessary Motion Movement: tiap gerakan karyawan yang mubajir
saat melakukan pekerjaannya seperti mencari, meraih atau menumpuk
komponen, alat dan lain sebagainya. Berjalan juga merupakan
pemborosan. -
Organisasi tempat kerja yang jelek poor work place organization
- Tata letak yang jelek poorlayout
- Metode kerja yang tidak konsisten
- Poormachinedesign.
7.
Defective Products: memproduksi komponen cacat atau
yang memerlukan perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang,
scrap
, memproduksi barang pengganti, dan inspeksi berarti
tambahan penanganan, biaya, waktu dan upaya yang sia-sia.
- Incapable process
es. -Insufficient planning
- Ketiadaan prosedur-prosedur
operasi standar SOP.
Salah satu proses penting dalam pendekatan lean adalah identifikasi aktivitas – aktivitas mana yang memberikan nilai tambah dan mana yang tidak
memberikan nilai tambah. Aktivitas - aktivitas Lean Thinking didefinisikan sebagai berikut Pujawan, 2005 :
Universitas Sumatera Utara
1. Value added
adalah aktivitas yang memberikan nilai terhadap produk dan pelanggan sehingga aktivitas ini harus selalu ditingkatkan. Aktivitas yang
termasuk di dalamnya adalah aktivitas proses yaitu mengubah bahan baku menjadi produk setengah jadi atau produk jadi.
2. Necessary non value added
adalah aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah tapi perlu dilakukan. Aktivitas yang termasuk didalamnya adalah:
a. Kegiatan pemindahan material
b. Kegiatan transportasi
c. Kegiatan penyimpanan
3. Non value added
adalah aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk dan bias direduksi atau dihilangkan. Aktivitas yang termasuk
di dalamnya adalah kegiatan menunggu delays
3.3.2. Pendekatan Six Sigma