Pengurangan Waste Untuk Meningkatkan Kecepatan Produksi dan Kualitas Produk Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigmadi PT. Prabu Jaya

(1)

PENGURANGAN WASTE UNTUK MENINGKATKAN

KECEPATAN PRODUKSI DAN KUALITAS PRODUK DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA

DI PT. PRABU JAYA

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

Anni Intan

NIM. 070403037

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esakarena atas Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Tugas Sarjana ini berjudul“Pengurangan Waste Untuk Meningkatkan

Kecepatan Produksi dan Kualitas Produk Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigmadi PT. Prabu Jaya”.Tugas Sarjana ini merupakan

sarana bagi penulis untuk melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata dalam perusahaan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini.Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjanaini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Mei 2011


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan yang besar dari berbagai pihak, baik berupa materi, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik IndustriUniversitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Poerwanto, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. IbuIr. Dini Wahyuni, MT, selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

5. Bapak Ir. Danci Sukatendel, selaku Kepala Laboratorium Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

6. Ibu Suhartini selaku Pimpinan Pabrik PT. Prabu Jaya yang memberi bantuan berupa informasi dan data selama melakukan penelitian di perusahaan.

7. Ibu Rahmi selaku pembimbing lapangan selama melakukan penelitian di PT. Prabu Jaya.


(6)

8. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungansepenuhnya kepada penulis baik doa, moral maupun materi dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

9. Semua teman angkatan 2006 dan 2007 di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

10. Rekan seperjuangan pada saat penelitian, Thahar Wijaya dan Irwan Budiman. 11. Teman-teman serekan kerja di Laboratorium Tataletak Pabrik dan

Pemindahan Bahan (Bang Andi, Bang Andrico, Kak Damayanti, Kak Viva, Kak Astrina, Kak Ellise, Kak Hela, Kak Mastora, Bang Erwin, Bang Suwandi, Bang Marwan, Roy, Meity, Dian, Mega, Maywanto, Isnan, Andri) yang mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

12. Sahabat penulis, Yessi, Mery, Lady, Novida, Rosifine, Novita, Reni, Eveleen, Liske, Lany, Lisabella, Juliana, Fensi, Suhartono, William, Endy, Susanto, Anton, Hendro, Yawin, Jose, Tommy, Willy, Elfrida, dan lain-lain.

13. Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, dan Bang Ridho atas bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua

Medan, Mei 2011


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-5 1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-6

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-3


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.4. Daerah Pemasaran ... II-3 2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-4 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-4 2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-7 2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-7 2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-9 2.6. Proses Produksi ... II-10 2.6.1. Standar Mutu Bahan/ Produk ... II-10 2.6.2. Bahan yang Digunakan ... II-11 2.6.3. Uraian Proses Produksi ... II-13 2.6.4. Mesin dan Peralatan... II-20 2.6.5. Utilitas ... II-20 2.6.6. Safety and Fire Protection ... II-21 2.6.7. Waste Treatment ... II-23

III LANDASAN TEORI

3.1. Sistem Produksi Lean (Lean Production System) ... III-1 3.1.1. Konsep Dasar Lean ... III-1 3.1.2. Prinsip Dasar Lean ... III-2 3.1.3. Jenis-jenis Pemborosan (Waste) ... III-3 3.2. Six Sigma ... III-7


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.2.1. Konsep Dasar Six Sigma ... III-7 3.2.2. Prinsip Kualitas dan Six Sigma... III-8 3.2.3. Dasar Statistik Six Sigma ... III-9 3.3. Lean Six Sigma ... III-11 3.4. Metode DMAIC dalam Six Sigma ... III-12 3.4.1. Define ... III-14 3.4.1.1. Project Statement ... III-14 3.4.1.2. Diagram SIPOC

(Supplier-Input-Process-Output-Customer)... III-14

3.4.1.3. Peta Aliran Proses ... III-16 3.4.1.4. Value Stream Mapping ... III-18 3.4.1.5. Voice of Customer ... III-30 3.4.2. Measure ... III-30 3.4.2.1. Perhitungan Data Waktu ... III-30

3.4.2.1.1. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan ... III-31

3.4.2.1.2. Uji Keseragaman dan Kecukupan Data ... III-31 3.4.2.1.3. Perhitungan Waktu Normal ... III-33 3.4.2.1.4. Perhitungan Waktu Baku ... III-34


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.4.2.2. Perhitungan Metrik Lean ... III-35 3.4.2.3. Critical To Quality (CTQ) ... III-37 3.4.2.4. Peta Kontrol ... III-38 3.4.1.5. Perhitungan Tingkat Sigma ... III-42 3.4.3. Analyze ... III-43 3.4.3.1. Time Traps ... III-43 3.4.3.2. Diagram Pareto... III-44 3.4.3.3. Diagram Sebab Akibat(Cause-Effect Diagram) III-47 3.4.3.4. Diagram Five Why ... III-49 3.4.3.5. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ... III-50 3.4.4. Improve ... III-55 3.4.4.1. Layout Improvement ... III-55 3.4.4.2. Metode 5S ... III-56 3.4.5. Control ... III-56 3.4.5.1. Standard Operating Procedures ... III-56

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian... IV-1 4.2. Lokasi Penelitian ... IV-1 4.3. Kerangka Berpikir ... IV-2 4.4. Pengumpulan Data ... IV-3


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.5. Instrumen Pengumpulan Data ... IV-4 4.6. Metode Pengumpulan Data ... IV-4 4.7. Metode Pengolahan Data ... IV-5 4.8. Metode Analisis Pemecahan Masalah ... IV-6 4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Permintaan Produk ... V-1 5.1.2. Data Aliran Proses ... V-1 5.1.3. Data Jumlah Mesin ... V-3 5.1.4. Penilaian Rating Factor Operator ... V-4 5.1.5. Data Waktu Proses ... V-12 5.1.6. Penetapan Allowance (Kelonggaran)... V-16 5.1.7. Data Atribut Kualitas Produk ... V-21 5.2. Pengolahan Data ... V-23 5.2.1. Tahap Define ... V-24 5.2.1.1. Project Statement(Pernyataan Proyek) ... V-24 5.2.1.2. Pemilihan Produk ... V-25 5.2.1.3. Diagram SIPOC


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.1.4. Peta Aliran Proses ... V-28 5.2.1.5. Value Stream Mapping ... V-30 5.2.1.6. Voice of Customer ... V-32 5.2.2. Tahap Measure ... V-32 5.2.2.1. Perhitungan Data Waktu Siklus ... V-32 5.2.2.2. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku ... V-40 5.2.2.3. Perhitungan Metrik Lean ... V-42 5.2.2.3.1. Perhitungan Manufacturing Lead

Time ... V-44

5.2.2.3.2. Perhitungan Process Cycle Efficiency... V-45

5.2.2.3.3. Perhitungan Process Lead Time dan

Process Velocity ... V-47

5.2.2.4. Pengolahan Data Kualitas Produk ... V-48 5.2.2.4.1. Penentuan Critical To Quality

(CTQ) ... V-48 5.2.2.4.2. Perhitungan Data Atribut Kualitas ... V-49 5.2.2.4.3. Perhitungan Tingkat Sigma ... V-55


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1. Tahap Analyze ... VI-1 6.1.1.1. Analisis Value-Added ... VI-1 6.1.1.2. Analisis Process Cycle Efficiency ... VI-3

6.1.1.3. Analisis Process Lead Time dan ProcessVelocity ... VI-3

6.1.1.4. Analisis Time Traps ... VI-4 6.1.1.5. Diagram Pareto ... VI-8 6.1.1.6. Diagram Sebab Akibat ... VI-11 6.1.1.7. Diagram Five Why ... VI-13 6.1.1.8. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ... VI-17 6.2. Pemecahan Masalah ... VI-22 6.2.1. Tahap Improve... VI-22 6.2.1.1. People ... VI-22 6.2.1.2. Workplace Management ... VI-22 6.2.1.3. Metode 5S ... VI-25 6.2.1.4. Information ... VI-29 6.2.2. Tahap Control ... VI-29 6.3. Usulan Perbaikan ... VI-32


(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.3.1. Estimasi Hasil Peningkatan Kecepatan ... VI-32 6.3.2. Estimasi Hasil Peningkatan Kualitas ... VI-39 6.3.3. Ringkasan HasilEstimasi Sebelumdan Sesudah

Perbaikan ... VI-41

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-3

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1.Jumlah Tenaga Kerja... II-8 2.2.Sistem Pembagian Jam Kerja ... II-9 3.1.Jenis-jenis Pemborosan/Waste ... III-5 3.2.Hubungan Kuantitatif antara Sigma, PPM dan Cpk ... III-11

3.3.Fokus Lean dan Six Sigma ... III-12 3.4.Dot and Check Technique ... III-18 3.5.Simbol-simbol yang Digunakan dalam Value Stream Mapping ... III-24 3.6. Typical and World-Class Cycle Efficiencies ... III-36 3.7. Nilai Severity ... III-54 3.8. Nilai Occurence ... III-54 3.9. Nilai Detection... III-54 5.1. Jumlah Permintaan Produk Pintu Kayu pada Bulan Maret 2011 ... V-1 5.2. Jumlah Mesin yang terdapat di Lantai Produksi ... V-3 5.3. Penilaian Rating Factor terhadap Operator ... V-4 5.4. Waktu Siklus Pembuatan Produk Pintu 4 Panel ... V-13 5.5. Waktu Muat pada Proses Pembuatan Pintu 4 Panel ... V-15 5.6. Waktu Set-up pada Tiap Mesin ... V-15 5.7. PenetapanAllowance Terhadap Proses Produksi ... V-16 5.8. Data Atribut Kualitas pada Tahap Inspeksi I ... V-21 5.9. Data Atribut Kualitas pada Tahap Inspeksi II ... V-23


(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10. Rekapitulasi Uji Keseragaman Waktu Siklus dari Setiap ProsesProduksi Pintu Kayu ... V-35 5.11. Rekapitulasi Uji Keseragaman Waktu Muat dari Setiap Proses ... V-36 5.12. Uji Kecukupan Data Proses Ketiga ... V-37 5.13. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Siklus dari Setiap ... V-38 5.14. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Muat Setiap Proses... V-39 5.15. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku pada Setiap Proses ... V-41 5.16. Urutan Proses Kerja dan Waktu Baku ... V-44 5.17. Value-Added-Time dan Non-Value-Added-Time ... V-45 5.18. Perhitungan Batas Kontrol Peta p untuk Tahap Inspeksi I ... V-51 5.19. Perhitungan Batas Kontrol Peta p untuk Tahap Inspeksi II ... V-54 5.20. Perhitungan Tingkat Sigma untuk Tahap Inspeksi I... V-56 5.21. Perhitungan Tingkat Sigma untuk Tahap Inspeksi II ... V-57 6.1. Perhitungan Workstatison Turnover Time (WTT) Setiap Proses ... VI-4 6.2. Perhitungan Time Traps untuk Setiap Proses ... VI-6 6.3. Persentase Total Kecacatan pada Tahap Inspeksi I ... VI-9 6.4. Persentase Total Kecacatan pada Tahap Inspeksi II ... VI-10 6.5. Analisis FMEA pada Tahap Inspeksi I ... VI-18 6.6. Analisis FMEA pada Tahap Inspeksi II ... VI-20


(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.7. Urutan Proses Kerja Baru pada Produksi Pintu Kayu ... VI-33 6.8. Value-AddedTime dan Non-Value-AddedTime Setelah Estimasi ... VI-35 6.9. Hasil Estimasi Peningkatan Kualitas Tahap Inspeksi I... VI-39 6.10. Proporsi Persentase Perbaikan pada Tahap Inspeksi I ... VI-40 6.11. Hasil Estimasi Peningkatan Kualitas Tahap Inspeksi II ... VI-40 6.12. Proporsi Persentase Perbaikan pada Tahap Inspeksi II ... VI-41 6.13. Ringkasan Hasil Estimasi Sebelum dan Sesudah Usulan Perbaikan ... VI-41


(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Prabu Jaya ... II-6 2.2. Bahan Baku ... II-12 2.3. Gambar Teknis Produk Pintu Kayu ... II-20 3.1. Un-Lean (Traditional) Work Activity yang Tipikal ... III-4 3.2. Hubungan Kurva Normal dan Batas Sigma ... III-10 3.3. Bentuk Diagram SIPOC ... III-15 3.4. Contoh Peta Kontrol ... III-39 3.5. Diagram Pareto ... III-46 3.6. Model Diagram Sebab Akibat ... III-48 3.7. Contoh Tabel FMEA ... III-51 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-3 4.2. Flow DiagramPengolahan Data dengan Menggunakan Pendekatan

Lean Six Sigma Metode DMAIC ... IV-8

4.3. Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian ... IV-9 5.1. Aliran Proses Produksi dari Hasil Pengamatan ... V-2 5.2. Histogram Jumlah Permintaan Pintu Kayu bulan Maret 2011 ... V-26 5.3. Diagram SIPOC Proses Produksi Pintu Kayu Colonial 4 Panel ... V-28 5.4. Peta Aliran Proses Produksi Pintu Kayu Colonial 4 Panel ... V-29 5.5. Value Stream Mapping untuk Satu Siklus Proses Produksi Pintu


(19)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.6. Peta Kontrol Waktu Siklus Proses Ketiga ... V-34 5.7. Value Stream Mapping untuk Satu Siklus Produksi Pintu Kayu

Colonial 4 Panel... V-43 5.8. Peta p untuk Data Tahap Inspeksi I ... V-52 5.9. Peta p untuk Data Tahap Inspeksi II ... V-53 6.1. Diagram Pareto pada Tahap Inspeksi I ... VI-9 6.2. Diagram Pareto pada Tahap Inspeksi II ... VI-10 6.3. Diagram Sebab Akibat pada Atribut Potongan Tidak Rata ... VI-12 6.4. Diagram Sebab Akibat pada Atribut Ukuran Tidak Pas ... VI-12 6.5. Diagram Sebab Akibat pada Atribut Veneer Koyak... VI-13 6.6. Diagram Sebab Akibat pada Atribut Veneer Lepas ... VI-13 6.7. Diagram Five Why pada Atribut Potongan Tidak Rata ... VI-14 6.8. Diagram Five Why pada Atribut Ukuran Tidak Pas ... VI-15 6.9. Diagram Five Why pada Atribut Veneer Koyak ... VI-16 6.10. Diagram Five Why pada Atribut Veneer Lepas ... VI-16 6.11. Layout Produksi Pintu Kayu ... VI-23 6.12. Perbaikan Layout Proses Produksi Pintu Kayu ... VI-25 6.13. Value Stream Mapping Setelah Estimasi ... VI-38


(20)

ABSTRAK

PT. Prabu Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang produksi kayu.Produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan adalah pintu kayu. Perusahaan ini berlokasidi Jalan Patumbak No. 10-A Km 8 Medan- Tanjung Morawa, Sumatera Utara.Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah banyaknya pemborosan (waste) yang terjadi selama proses produksi berlangsung sehingga menimbulkan masalah waktu penyelesaian lama dan kualitas produksi. Lamanya waktu produksi ini dikarenakan adanya kegiatan-kegiatan tidak bernilai tambah (non value added activities) seperti kegiatan pemindahan, pemeriksaan dan menunggu (delay), sedangkan kualitas produk dilihat dari jumlah kecacatan yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Kecacatan produksi ini terjadi dikarenakan bahan baku yang kurang bagus, putaran mesin yang tidak konstan, dan ketidaktelitian pekerja dalam bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengurangi variasi lead time dan variasi produk yang terjadi pada proses produksi sehingga terjadinya peningkatan kecepatan proses dan kualitas produk.

Pendekatan Lean Six Sigma denganmenggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapai oleh perusahaan pada saat ini. Pendekatan dengan menggunakan metode Lean Six Sigma merupakan kombinasi antara Lean dan Six

Sigmayang menitikberatkan kepada pengurangan variasi dari lead time dan variasi

dari kecacatan. Dalam Lean, alat yang digunakan untuk mengarahkan peningkatan dan memahami proses saat ini adalah pemetaan value stream(value stream

mapping) dan perhitungan metrik Lean. Dalam Six Sigma, perhitungantingkat

sigma digunakan untuk menunjukkan masalah critiqal-to-quality.

Hasil penelitian menunjukkan kondisi Lean saat ini adalah PCE (Process

Cycle Efficency) sebesar59,45%, process velocity adalah 0,0599 proses/jam, dan time traps terjadi pada prosesfinishing. Dari keseluruhan proses produksi pintu

kayu yaitu 34 kegiatan produksi terdiri dari18 kegiatan tidak bernilai tambah (non

value-added) dan 16 kegiatan bernilai tambah (value-added), dengan manufacturinglead time1217,193 detik per produk. Kinerja kualitas pada saat ini

sebesar 2,53 σ(Sigma 1,5 Shift = 4,03σ), dan 2,28 σ(Sigma 1,5 Shift = 3,78σ) untuk masing-masing tahap inspeksi.

Perbaikan yang diusulkan adalah line support

operator,layoutimprovement, penerapan metode 5S, dan peningkatan komunikasi

perusahaan dengan supplier sehingga diperoleh hasil estimasi pengurangan

manufacturinglead timesebesar 130,553 detik, peningkatan kualitas sebesar 0,17 σ

dan 0,25 σ pada masing-masing tahap inspeksi dan eliminasi 3 kegiatan tidak bernilai tambah (non value-added). Masalah kualitas bahan baku, perawatan mesin dan pelatihan operator secara berkala adalah hal-hal penting yang masih harus diperhatikan perusahaan ke depan.

Kata Kunci :Lean, pemborosan (waste), value stream mapping, lead time, kualitas, sigma, DMAIC


(21)

ABSTRAK

PT. Prabu Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang produksi kayu.Produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan adalah pintu kayu. Perusahaan ini berlokasidi Jalan Patumbak No. 10-A Km 8 Medan- Tanjung Morawa, Sumatera Utara.Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah banyaknya pemborosan (waste) yang terjadi selama proses produksi berlangsung sehingga menimbulkan masalah waktu penyelesaian lama dan kualitas produksi. Lamanya waktu produksi ini dikarenakan adanya kegiatan-kegiatan tidak bernilai tambah (non value added activities) seperti kegiatan pemindahan, pemeriksaan dan menunggu (delay), sedangkan kualitas produk dilihat dari jumlah kecacatan yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Kecacatan produksi ini terjadi dikarenakan bahan baku yang kurang bagus, putaran mesin yang tidak konstan, dan ketidaktelitian pekerja dalam bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengurangi variasi lead time dan variasi produk yang terjadi pada proses produksi sehingga terjadinya peningkatan kecepatan proses dan kualitas produk.

Pendekatan Lean Six Sigma denganmenggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapai oleh perusahaan pada saat ini. Pendekatan dengan menggunakan metode Lean Six Sigma merupakan kombinasi antara Lean dan Six

Sigmayang menitikberatkan kepada pengurangan variasi dari lead time dan variasi

dari kecacatan. Dalam Lean, alat yang digunakan untuk mengarahkan peningkatan dan memahami proses saat ini adalah pemetaan value stream(value stream

mapping) dan perhitungan metrik Lean. Dalam Six Sigma, perhitungantingkat

sigma digunakan untuk menunjukkan masalah critiqal-to-quality.

Hasil penelitian menunjukkan kondisi Lean saat ini adalah PCE (Process

Cycle Efficency) sebesar59,45%, process velocity adalah 0,0599 proses/jam, dan time traps terjadi pada prosesfinishing. Dari keseluruhan proses produksi pintu

kayu yaitu 34 kegiatan produksi terdiri dari18 kegiatan tidak bernilai tambah (non

value-added) dan 16 kegiatan bernilai tambah (value-added), dengan manufacturinglead time1217,193 detik per produk. Kinerja kualitas pada saat ini

sebesar 2,53 σ(Sigma 1,5 Shift = 4,03σ), dan 2,28 σ(Sigma 1,5 Shift = 3,78σ) untuk masing-masing tahap inspeksi.

Perbaikan yang diusulkan adalah line support

operator,layoutimprovement, penerapan metode 5S, dan peningkatan komunikasi

perusahaan dengan supplier sehingga diperoleh hasil estimasi pengurangan

manufacturinglead timesebesar 130,553 detik, peningkatan kualitas sebesar 0,17 σ

dan 0,25 σ pada masing-masing tahap inspeksi dan eliminasi 3 kegiatan tidak bernilai tambah (non value-added). Masalah kualitas bahan baku, perawatan mesin dan pelatihan operator secara berkala adalah hal-hal penting yang masih harus diperhatikan perusahaan ke depan.

Kata Kunci :Lean, pemborosan (waste), value stream mapping, lead time, kualitas, sigma, DMAIC


(22)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada masa sekarang inisudah banyak sekali industri manufaktur yang berdiri dengan menghasilkan produk yang sejenis. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang semakin ketat antar perusahaan. Selain itu,harapan pelanggan akan produk yang dihasilkan juga semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

PT. Prabu Jaya merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi produk kayu. Salah satu produk utama yang dihasilkan oleh PT. Prabu Jaya adalah produk pintu kayu dengan beberapa jenis ukuran dan model. Perusahaan harus memperbaiki kinerjanya agar tetap unggul dalam menghadapi persaingan tersebut. Perbaikan yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah mengurangi pemborosan (waste) yang terjadi selama proses produksi. Adapun pemborosan (waste)yang terdapat pada perusahaan pada saat ini yaitu terdapatnya beberapa kegiatan yang tidak bernilai tambah (non value added activities) dan kecacatan produk yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Kegiatan non

value added tersebut berupa kegiatan pemindahan dan menunggu (delay) untuk

proses selanjutnya seperti kegiatan pemindahan komponen pintu (stile, rail, dan panel) ke mesin membran press, pemindahan pintu kayu ke proses finishing dan komponen pintu kayu menunggu untuk dirakit. Kegiatan pemindahan ini terjadi dikarenakan adanya jarak antara proses kerja sebelum dengan selanjutnya yang cukup jauh yaitu lebih dari 3 meter. Semakin jauh jarak pemindahan antara satu


(23)

proses dengan proses selanjutnya, maka akan mengakibatkan semakin lamanya waktu pemindahan yang terjadi, seperti letak proses pembuatan profil kayu dengan proses pengelemen kertas veneer seharusnya dekat tetapi dibuat berjauhan dengan jarak pemindahan 8,55 meter sehingga waktu pemindahannya lama yaitu sekitar 7,191 detik. Hal inilah yang mengakibatnya semakin banyaknya waktu yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk. Salah satu solusinya adalah dilakukan perbaikan letak antar stasiun kerja menurut tingkat keterkaitannya agar waktu pemindahan yang diperlukanseminal mungkin. Demikian juga dari segi kualitas, kualitas produk yang dihasilkan harus memenuhi keinginan pelanggan seperti bahan yang kuat, kayu yang awet dan ukuran yang tepat.Semakinmenurunnya tingkat kualitas produk yang dihasilkan perusahaan, maka semakin banyaknya kecacatan produk yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Hal-hal inilah yang merupakan pemborosan (waste) dalam perusahaan.

Adanya pemborosan (waste) tersebut, maka akan mengakibatkan lamanya waktu produksi yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk sehingga jumlah produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan target perusahaan. Jika produk yang dihasilkan berjumlah kecil, maka perusahaan akan kesulitan dalam memenuhi permintaan pelanggan pada waktu yang telah ditentukan. Untuk menghindari kejadian tersebut, perusahaan harus mempercepat waktu produksi dan mengurangi jumlah kecacatan produk yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengurangan waste tersebut adalah metode pendekatan Lean Six Sigma. Konsep dari Lean


(24)

Manufacturing, yaitu meminimasi ataupun mengeliminasi pemborosan yang

terjadi pada setiap proses perusahaan sehingga dapat digunakan untuk perbaikan tersebut.

Pendekatan dengan menggunakan metode Lean Six Sigma merupakan kombinasi antara Lean dan Six Sigmayang menitikberatkan kepada pengurangan

lead time dan kecacatan produksi selama proses produksi berlangsung. Metode Lean Six Sigma ini merupakan pendekatan sistematik untuk mendefinisikan dan

menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activities) melalui peningkatan secara terus-menerus secara radikal untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma.Dengandemikian, perusahaan dapat memperbaiki permasalahan yang terjadi selama proses produksinya berlangsung sehingga loyalitas para pelanggan tetap terjaga.

Perusahaan dikatakan berkualitas apabila memiliki sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali. Salah satu pendekatan yang dapat memenuhi tujuan tersebut adalah pendekatan Lean Six Sigma. Melalui metode Define,

Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC) dalam pendekatan Lean Six Sigma, maka perusahaan dapat mengidentifikasi waste yang terjadi di sepanjang value streamyaitu kegiatan-kegiatan tidak bernilai tambah (non value added activities) seperti kegiatan pemindahan dan menunggu, serta jumlah kecacatan

produksi yang terjadi, sehingga akan meningkatkan kecepatan proses dan kualitas produksi pada perusahaan (Prastyawati, 2009).


(25)

1.2. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah adanya jarak perpindahan yang jauh antara proses kerja sebelum dengan selanjutnya sehingga mengakibatkan terjadinya kegiatan yang tidak bernilai tambah (non value added activity) berupa kegiatan pemindahan dan menunggu (delay), dan kualitas produk tidak sesuai dengan keinginan pelanggan sehingga jumlah kecacatan produksi yang terjadi selama proses produksi semakin meningkat. Oleh karena itu, kegiatan yang tidak bernilai tambah (non value added activity) dan jumlah kecacatan produksi dikurangi untuk meningkatkan kecepatan produksi dan meningkatkan kualitas produk perusahaan. Tahap selanjutnya akan diberikan usulan perbaikan untuk keadaan perusahaan sekarang dalam pengurangan waste tersebut dan dihitung nilai estimasi usulan perbaikan untuk mengetahui seberapa besar pengurangan waktu produksi (lead time)dan peningkatan kualitas produkyang dapat dicapai oleh perusahaan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengurangi pemborosan (waste) yang terjadi selama proses produksi untuk meningkatkan kecepatan proses produksi dengan mengidentifikasi dan mengurangi kegiatan-kegiatan yang tidak bernilai tambah (non value added

activities) melalui perbaikan letak antar stasiun kerja menurut tingkat

keterkaitannya sehingga jumlah waste semakin menurun dan waktu produksi (lead time) semakin cepat.


(26)

2. Meningkatkan kualitas produk dengan mengurangi jumlah kecacatan produksi melalui analisis penyebab terjadinya kecacatan agar kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan dan tingkat sigma semakin meningkat.

3. Memberikan usulan perbaikan terhadap keadaan sekarang dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma metode DMAIC (Define, Measure,

Analyze, Improve, Control) untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

terjadi di perusahaan.

4. Mengestimasi nilai peningkatan yang dapat dicapai oleh perusahaan melalui usulan perbaikan tersebut untuk mengetahui seberapa besar pengurangan waktu produksi (lead time) dan peningkatan kualitas produk yang dapat dicapai.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menjadi bahan masukan bagi perusahaan dalam mengenal dan memahami konsep Lean Six Sigma untuk peningkatan kinerja perusahaan sehingga citra perusahaan dapat meningkat di mata konsumen.

2. Meningkatkan keterampilan bagi penulis dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pengurangan wasteuntuk meningkatkan kecepatan proses dan kualitas produk melalui pendekatan Lean Six Sigma dengan metode DMAIC.


(27)

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Adapun batasan masalah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan pada proses pembuatan pintu kayu jenis Colonial pada PT. Prabu Jaya karena pintu kayu jenis ini paling banyak diproduksi perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan.

2. Data kualitas produk yang diperoleh adalah data kecacatan produk selama 1 bulan yaitu bulan Maret 2011.

3. Produk yang diteliti adalah produk pintu kayu jenis Colonial yang memiliki permintaan terbesar.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Semua mesin dan peralatan yang digunakan selama proses produksi dalam keadaan baik dan layak digunakan selama proses produksi berlangsung.

2. Tidak ada perubahan urutan operasi yang mempengaruhi jalannya proses produksi.

3. Waktu proses (waktu siklus) bernilai sama untuk setiap pekerjaan yang melalui proses ataupun mesin-mesin yang sama karena kemampuan kerjanya dianggap sama.

4. Pekerja yang telah menguasai pekerjaannya dengan baik dan benar dianggap sebagai operator normal dari sejumlah pekerja yang terdapat pada masing-masing stasiun kerja.


(28)

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas sarjana ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari peneliti untuk membuat suatu rancangan perbaikan terhadap masalah

lead time dan kualitas produksidi perusahaan, rumusan permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika penulisan tugas sarjana.

BabII Gambaran Umum Perusahaan,menjelaskan sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, organisasi dan manajemen, teknologi serta proses produksi.

Bab III Landasan Teori,memaparkan teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah yaitu Teori Pengukuran Waktu, Teori Pengendalian Kualitas, dan Teori Pendekatan Lean Six Sigma dengan Metode DMAIC (Define,

Measure, Analyze, Improve, Control).Sumber teori atau literatur yang digunakan

diambil dari referensi buku-buku dan jurnal penelitian yang berhubungan dengan topik tersebutdan disertakan pada Daftar Pustaka.

BabIVMetodologiPenelitian, mengemukakan tahapan-tahapan pengurangan waste untuk meningkatkan kecepatan proses dan kualitas produk dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma Metode DMAIC, yang dimulai dari persiapan penelitian, pengambilan data waktu proses dan kualitas produksi, pengolahan data, analisis pemecahan masalah hingga kesimpulan dan saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.


(29)

Bab VPengumpulan dan Pengolahan Data,mengidentifikasi data primer yaitu data pengukuran waktu proses produksi, Ratingfactor dan Allowance, serta data sekunder yaitu jumlah permintaan produk dan jumlah kecacatan produksi. Selain itu, juga terdapat tahap pengolahan data dengan menggunakan pendekatan

Lean Six Sigma Metode DMAIC untuk mendapatkan pemecahan masalah. Tahap

dari metode DMAIC yang digunakan dalam pengolahan data adalah Tahap

Define, dan Tahap Measure.

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah,meliputi analisis dari hasil pengolahan data dan alternatif dari pemecahan masalah. Tahap dari metode DMAIC yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah adalah Tahap

Analyze, Tahap Improve dan Tahap Control. Pada bab ini juga diuraikan

mengenai beberapa usulan perbaikan yang dapat diberikan kepada perusahaan dan nilai peningkatan yang dapat dicapai oleh perusahaan dapat diestimasikan melalui

brainstorming dengan pihak perusahaan.

Bab VII Kesimpulan dan Saran,memberikan kesimpulan perbaikan lead

time dan kualitas produksi yang diperoleh dari hasil pemecahan masalah, dan


(30)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Prabu Jaya telahberdiri sejak tahun 1973,dimana perusahaan ini didirikan oleh Bapak Kisudjo Tjanggal. Perusahaan PT. Prabu Jaya berlokasi di Jalan Patumbak Km 8No. 10-A, Medan Provinsi Sumatera Utara. Pertama sekali perusahaan ini berdiri dengan nama UD.Prabu Jaya yang bergerak di bagian penjualan lokal dan mensuplai pintu serta produk lain ke kontraktor dan

developer. Sejak tahun 1992 perusahaan ini mengganti nama menjadi PT. Prabu

Jaya dan mulai melakukan penjualan ekspor dengan pengiriman barang pertama kali ke negara Hong Kong, Taiwan dan Korea. Perusahaan PT. Prabu Jaya ini semakin berkembang dari tahun ke tahun sehingga pada tahun 1994 penjualan ekspor berkembang hingga ke negara Jepang, Eropa, Afrika, Malaysia, Singapore, Thailand dan negara-negara lain.

Meskipun terdapat ketentuan pemerintah mengenai masalah Illegal

Loggingpada tahun 2002 yang menyebabkan industri perkayuan mengalami

dampak negatif dan kekurangan bahan baku, PT. Prabu Jaya tetap dapat bertahan dan beroperasi dengan menggunakan bahan baku kayu plantation seperti kayu dari pohon sengon, kemiri, durian, mahoni, rambung, akasia dan jenis kayu lainnya sehingga produktifitas perusahaan tetap berada dalam keadaan stabil. Dengan adanya penggunaan kayu plantationini, maka dapat dikatakan bahwa


(31)

PT.Prabu Jaya merupakan salah satu perusahaan yang turut serta dalam mencegah

globalwarming dan menciptakan perusahaan yang ramah lingkungan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Prabu Jaya ini bergerak di bidang pengolahan kayu dimana PT. Prabu Jaya ini terdiri atas dua pabrik yaitu:

1. Pabrik I yaitu pabrik pengolahan bahan setengah jadi menjadi bahan jadi yaitu pintu kayu.

2. Pabrik II yaitu pabrik pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi seperti kusen pintu, papan lantai, bagian laci, dan lain-lain.

Jenis-jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Prabu Jaya adalah sebagai berikut:

a. Door (Pintu)

b. Window (Jendela)

c. EngineeringDoorJambProfileSets

d. FlooringPrefinishedProducts (Lantai)

e. CeilingBoard (Plafon)

f. Moulding

g. FingerJointLamboard

h. LaminatingScantling

i. Skirting, Finger Joint Laminating

Sistem produksi yang diterapkan oleh PT. Prabu Jayaadalah sistem make


(32)

order). Pelanggan memberikan desain dari produk yang ingin dipesan, kemudian

digambarkan dalam sketsa sesuai dengan spesifikasinya. Pihak perusahaan akan membuat contoh produk yang diinginkan dan memperlihatkan kepada pelanggan. Jika produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan pesanan pelanggan, maka perusahaan akan membuat produk tersebut. Untuk produk yang sering dipesan oleh pelanggan tetap, perusahaan menyiapkan stock sehingga apabila konsumen meminta jenis barang tersebut, produk sudah tersedia.

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Prabu Jaya memiliki dua pabrik dengan rincian sebagai berikut:

1. Pabrik I berlokasi di Jalan Patumbak No. 10-A Km 8 Medan Tanjung Morawa, Medan-Sumatera Utara

2. Pabrik II berlokasi di Jalan Patumbak No. 42 Km 8 Medan Tanjung Morawa, Medan-Sumatera Utara

2.4. Daerah Pemasaran

PT. Prabu Jaya merupakan suatu perusahaan yang berskala internasional dimana selalu menjaga kualitas produk yang akan diekspornya. Produk yang dihasilkan oleh PT. Prabu Jaya akan dipasarkanke berbagai negara seperti:

1. Jepang 2. Belanda 3. Australia 4. Afrika


(33)

5. Eropa 6. Inggris 7. Belgia 8. Cina 9. Taiwan 10. Amerika 11. Korea Selatan

Selain itu, produk yang dihasilkan juga dipasarkan untuk daerah lokal yang mencakup wilayah Sumatera, Jawa dan Kalimantan.Produk kayu yang berkualitas tinggi didominasikan sebagai produk ekspor ke luar negeri sedangkan produk kayu yang memiliki kualitas yang lebih rendah yaitu produk semidefect dijual dalam wilayah lokal. Meskipun produk yang dijual di wilayah lokal adalah produk semi defect, produk tersebut tetap dapat digunakan sebagai produk yang layak dipakai oleh masyarakat luas.

2.5. Organisasi dan Manajemen 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam melaksanakan aktivitas perusahaannya, PT. Prabu Jaya menggunakan struktur organisasi yang telah disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi. Struktur organisasi yang baik akan menciptakan suatu kerja sama yang baik juga antara bagian-bagian yang ada di dalam perusahaan.Selain


(34)

itu, akan terlihat dengan jelas tentang pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian untuk mencapai tujuan perusahaan.

PT.Prabu Jayamenggunakan struktur organisasi berbentuk fungsional dimana pemimpin perusahaan membagi pekerjaan berdasarkan fungsi-fungsi tertentu.Adapun stuktur organisasi PT.Prabu Jayadapat dilihat pada Gambar 2.1.


(35)

Komisaris

Direktur Utama

Direktur Operasional

Manajer Personalia Manajer Keuangan

dan Pembukuan Manajer Logistik Manajer Penjualan Manajer Produksi

Chief Financing Staf Financing Chief Accounting Staf Accounting Chief Pembelian Staf Pembelian Chief Gudang Staf Pergudangan Satpam/ Umum Staf Personalia Chief Adm Export Staf Adm Export Chief Penjualan Staf Penjualan Chief Solid Door Tenaga Kerja Chief Flooring Tenaga Kerja Chief Door Jamb Tenaga Kerja

Sumber : Bagian PersonaliaPT. Prabu Jaya


(36)

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan di PT. Prabu Jaya dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Perusahaan PT. Prabu Jaya menggunakan beberapa cara untuk memperoleh tenaga kerja, yaitu:

1. Cara Internal (dari dalam perusahaan)

Cara internal ini digunakan untuk memperoleh tenaga kerja dari dalam perusahaan, diterapkan manajemen System Promotion Withindimana untuk mengisi jabatan yang kosong dilakukan dengan mengangkat jabatan dari dalam perusahaan sendiri dengan cara melakukan promosi,mutasi, dan rotasi. Dengan demikian perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan yang mempunyai bakat, keterampilan, dan kompetensi untuk berkembang di perusahaan tersebut.

2. Cara Eksternal(dari luar perusahaan)

Cara eksternal ini digunakan untuk memperoleh tenaga kerja dari luar perusahaan. Cara eksternal ini dapat diperoleh dari:

a. Keluarga atau famili karyawan perusahaan b. Teman-teman atau kenalan karyawan perusahaan

Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan olehPT.Prabu Jayapada saat ini khususnya pada bagian produksi adalah karyawan tetap sebanyak 150 orang dan karyawan tidak tetap sebanyak 50 orang.


(37)

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja

No. Jabatan Jumlah (orang)

1 Komisaris 1

2 Direktur 1

3 Wakil Direktur 1

4 Manager Produksi 1

5 Manager Penjualan 1

6 Manager Personalia 1

7 Manager Logistik 1

8 Manajer Keuangan dan Pembukuan 1

9 Chief Financing 1

10 ChiefAccounting 1

11 Chief Pembelian 5

12 ChiefGudang 5

13 ChiefAdm. Export 4

14 ChiefPenjualan 6

15 ChiefSolidDoor 2

16 ChiefFlooring 8

17 ChiefDoorJamb 10

18 Staf Finance 14

19 Staf Accounting 14

20 Staf Pembelian 30

21 Staf Pergudangan 20

22 Staf Adm.Export 18

23 Staf Penjualan 22

24 Staf Personalia 9

25 Satpam 3

26 Tenaga Kerja 200

Jumlah 380

Sumber: Bagian PersonaliaPT. Prabu Jaya

Suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik dalam melaksanakan tugasnya apabila sistem pengaturan waktu kerja juga diatur dengan baik. Jam kerja di PT. Prabu Jaya adalah hari Senin sampai hari Sabtu dengan perincian sebagai berikut:


(38)

1. Hari Senin - Jumat terdiri dari 7 jam kerja dan 1 jam istirahat setiap hari. 2. Hari Sabtu terdiri dari 5 jam kerja.

Pembagian jam kerja dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Sistem Pembagian Jam Kerja

Hari Jam Kerja (WIB) Istirahat (WIB)

Senin – Jumat 08.00 – 16.00 12.00 – 13.00

Sabtu 08.00 – 13.00 -

Sumber: Bagian PersonaliaPT. Prabu Jaya

Terdapatshiftnon stopdi PT. Prabu Jayayaitu pada bagian pembakaran kayu dan abu untuk menghasilkan uap pemanasan yang digunakan untuk menghangatkan kayu yang telah disimpan agar tidak cepat rusak serta memiliki kualitas yang baik pada saat produksi. Jam kerja pada shift non stopini dibagi dalam duashift yaitu shift I dimulai dari 06.00–18.00 WIB dan shift II dimulai dari 18.00–06.00 WIB.

2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan yang terdapat pada PT. Prabu Jaya adalah pembayaran upah dalam bentuk gaji pokok yang terdiri dari :

a. Karyawan tetap, gaji pokok diberikan setiap bulan dengan besar gaji sesuai dengan UMK(Upah Minimum Kota) ditambah dengan uang masa kerja dan uang makan karyawan tersebut.

b. Karyawan tidak tetap, gaji pokok diberikan setiap bulan dengan besar gaji sesuai dengan hasil kerja karyawan tersebut.

Selain pemberian upah kerja, perusahaan juga memberikan berbagai insentif dan fasilitas kepadapara karyawan yaitu:


(39)

1. Memberikan THR (Tunjangan Hari Raya)setiap tahun kepada seluruh karyawan tetap yang besarnya tergantung pada performansi kerja dan lama kerja karyawan.

2. Fasilitas kerja

Untuk menunjang kelancaran tugasnya, perusahaan juga menyediakan peralatan-peralatan yang dibutuhkan oleh seluruh karyawan baik karyawan tetap maupun tidak tetap untuk meningkatkan keselamatan kerja seperti sarung tangan, masker, sepatu boot, kaca mata pengaman dan sebagainya. 3. Adanya jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK)

Perusahaan memberikan asuransi keselamatan kerja berupa JAMSOSTEK kepada karyawan tetap untuk melindungi karyawannya dari hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Adanya jaminan kesehatan dan kesejahteraan untuk seluruh karyawanbaik tetap maupun tidak tetap antara lain:

a. Cuti sakit

b. Cuti khusus, karena perkawinan atau musibah

2.6. Proses Produksi

2.6.1. Standar Mutu Bahan/ Produk

Standar mutu bahan/produk yang diterapkan PT. Prabu Jaya adalah suatu sistem dimana dapat mengendalikan produk ataupun bahan baku agar tidak menjauhi spesifikasi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Standar mutu


(40)

sangat perlu ditingkatkan dan dipertahankan guna menjaga standar kualitas produk jadi.

Standar mutu bahan baku kayu yang diterapkan oleh PT. Prabu Jaya terbagi atas 3 kriteria yaitu:

a. Select Better yaitu mutu bahan baku yang berkualitas tinggi dan mahal. Jenis

kayu ini biasanya digunakan sebagai lapisan luar produk atau lipping.

b. Standard Better yaitu mutu bahan baku yang bersifat standar. Jenis kayu ini

biasanya digunakan untuk bagian pembukaan produksi.

c. Mercing Table yaitu mutu bahan baku yang rendah. Jenis kayu ini biasanya

untuk pembuatan core door.

Standar mutu produk jadi khususnya produk pintu kayu diterapkan oleh perusahaan dengan mengikuti criteria Engineering Door dimana ukuran pintu telah memiliki standar tertentu walaupun ada kalanya pembuatan pintu disesuaikan dengan keinginan konsumen.

2.6.2. Bahan yang Digunakan

Adapun bahan-bahan yang digunakan oleh PT. Prabu Jaya dalam melaksanakan proses produksinya adalah sebagai berikut :

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk dan memiliki persentase yang besar dalam produk dibandingkan bahan-bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan dalam melaksanakan proses produksi di PT. Prabu Jaya adalah berbagai jenis kayu seperti Rambung, Dadap, Pulai, Kemiri,


(41)

Meranti Merah, Sengon, Durian, Nyatoh, dan Merbau. Jenis kayu yang digunakan selama proses produksi berlangsung biasanya telah disesuaikan dengankeinginanpelanggan.

Gambar 2.2. Bahan Baku

2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang secara tidak langsung mempengaruhi kualitas dan fungsi produk, baik itu dikenakan secara langsung maupun tidak langsung terhadap bahan baku dalam suatu proses produksi. Adapun bahan penolong yang digunakan selama proses produksi berlangsung yaitu:

1. Air, digunakan sebagai bahan yang menghasilkan uap air ketika terjadi pemanasan di dalam boiler.

2. Sisa potongan kayu (cut off), digunakan sebagai bahan bakar untuk memanaskan boiler.


(42)

4. Kertas Ampelas, digunakan untuk menghaluskan permukaan kayu dari produk pintu yang dihasilkan.

3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan merupakan bahan yang digunakan untuk mempermudah proses dan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan guna meningkatkan citra produk dan nilai tambah dimata konsumen. Adapun bahan tambahanyang digunakan selama proses produksi berlangsung yaitu:

1. Veneer, digunakan sebagai lapisan yang diberikan pada kayu produksi

sehingga permukaan kayu menjadi lebih rata. 2. Cat, digunakan untuk memperindah warna produk.

3. Plastik, digunakan untuk membungkus produk pada saat pengiriman. 4. Label, digunakan untuk menunjukkan spesifikasi dari produk pintu kayu.

2.6.3. Uraian Proses Produksi

Proses pengolahan bahan bakuberlangsung di pabrik kedua PT. Prabu Jaya dimana pabrik pertama PT. Prabu Jaya sudah menerima bahan baku berupa balok kayu yang sudah di-stick dan siap untuk diolah menjadi produk jadi. Adapun uraian proses produksi bahan baku kayu stick yang akan digunakan untuk proses pembuatan produk jadi di PT. Pabu Jaya adalah sebagai berikut :

a. Proses Pemotongan

Pohon kayu yang masih berukuran besar dipotong dengan menggunakan mesin potong kayu sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan dari


(43)

perusahaan (cutting size) kemudian distik sebelum dilanjutkan ke proses berikutnya.

b. Proses Pengawetan

Kayu-kayu yang telah dipotong tersebut kemudian diawetkan untuk mencegah serangan serangga/organisme maupun jamur perusak kayu. Pengawetan dilakukan dengan memasukkan bahan kimia kedalam pori-pori kayu sehingga menembus permukaan kayu setebal beberapa milimeter ke dalam daging kayu. Pengawetan ini dilakukan dalam ruangan tertutup dan memakan waktu kurang lebih 4 hari. Pengawetan ini bertujuan untuk menambah umur pakai kayu lebih lama .

c. Proses Pengeringan

Kayu yang telah diawetkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam ruang penguapan (kamar steam) yang berguna untuk menjaga agar kayu tersebut tidak basah ataupun lembab. Metode yang digunakan dalam pengeringan kayu ini adalah kiln dry. Sumber panas berasal dari sebuah tungku atau ruang pembakaran dengan bahan bakar sisa potongan kayu (cut off). Energi panas yang dihasilkan oleh api pembakaran kemudian disalurkan melalui saluran cerobong dengan penghantar kipas. Jenis sumber panas yang lain berasal dari uap air. Untuk memperoleh panas dari uap air maka dibuatlah sebuah boiler yang dipanaskan hingga 80o-100oC dengan menggunakan api pembakaran dan bahan bakar dari sisa potongan kayu (cut off). Kemudian uap air tersebut disalurkan melalui pipa boiler ke seluruh ruangan pengeringan dengan suhu ruang 80o-90oC. Pipa tersebut disusun sejajar sehingga diperoleh akumulasi


(44)

suhu yang stabil. Ruang pengering berperan untuk menjaga kestabilan suhu udara agar tidak tercampur udara luar. Proses pengeringan untuk kayu yang berukuran tipis memakan waktu kurang lebih 13-18 hari sedangkan kayu yang berukuran tebal memerlukan waktu 22-25 hari.

d. Proses Conditioning

Setelah proses pengeringan, maka tahap selanjutnya adalah kayu akan diconditioning selama 3 hari. Proses conditioningdilakukan untuk melihat bagaimana kondisi kayu setelah keluar dari ruang pengeringan. Biasanya akan berubah sekitar 10%. Untuk standar ekspor adalah sekitar 10-12%.

Produk yang dihasilkan oleh PT. Prabu Jaya sangat beragam dan berjumlah banyak, seperti pintu kayu, kursi kayu, lantai kayu, laci, jendela, dan produk kayu lainnya. Dalam laporan ini, uraian proses produksi hanya membahas mengenai uraian proses pembuatan pintu kayu yaitu :

1. Pembuatan Stile dan Rail

a. Proses Pengeleman(Laminating)

Proses ini dilakukan untuk menggabungkan kayu-kayuyang ukurannya telah disesuaikan dengan ukuran permintaan konsumen. Proses ini menggunakan lem sebagai bahan pembantu.

b. Proses Pengetaman

Kayu yang sudah kering dan memenuhi standar akan diketam di mesin ketam. Proses pengetaman ini dilakukan pada sisi atas dan bawah kayu. Proses pengetaman dilakukan untuk mendapatkan permukaan kayu yang lebih rata.


(45)

c. Proses Pemotongan

Setelah proses pengetaman selesai, kayu akan dimasukkan ke mesin potonguntuk dipotong dan diperiksa hasil potongannya. Kayu dipotong menjadi beberapa ukuran seperti stile dan rail yang disesuaikan dengan keinginan konsumen. Sisa dari hasil pemotongan kayu kemudian dibawa ke tumpukan sisa potongan kayu (cut off)untuk digunakan sebagai bahan bakar boiler.

d. Proses Pembuatan Profil Panjang

Pada proses ini dilakukan pembentukan profil kayu pada bagian sisi panjangnya. Mesin yang diigunakan adalah mesin moulding untuk proses pembuatan profil dua sisi sedangkan mesin single spindleadalah pembuatan profil untuk satu sisi saja.

e. Proses Pembuatan Profil Lebar

Pada proses ini dilakukan pembentukan profil kayu pada bagian sisi lebarnya. Mesin yang digunakan adalah mesin tenoning.

f. Proses Pengeleman Kertas Veneer

Proses ini diawali dengan menggunakan kertas veneer sebagai pelapis pada stile dan rail kemudian di-press dengan menggunakan mesin

membranpress. Jika bahan baku kayu tidak mengalami pengeleman atau laminatingmaka tidak perlu dilakukan proses membran press yangmenggunakan kertas veneer untuk melapisi permukaan kayu tersebut.


(46)

g. Proses Pengeboran (Pembuatan Lubang Dowel)

Pada prosesini dilakukan pembuatan lubang dowelpada bagian profil kayu dengan proses pengeboran. Pembuatan dowelmenggunakan mesin

doweltersendiri. Bentuk dowel ini adalah silinder.

h. Proses Pemasangan Dowel

Pada prosesini dilakukan pemasangan dowel pada lubang dowel yang terdapat pada profil kayu. Proses pemasangan ini dibantu dengan menggunakan lem dan martil karet untuk menguatkanpemasangan

dowelpada profil kayu.

2. Pembuatan Panel

a. Proses Pengeleman(Laminating)

Proses ini dilakukan untuk menggabungkan kayu-kayuyang ukurannya telah disesuaikan dengan ukuran permintaan konsumen. Proses ini menggunakan lem sebagai bahan pembantu.

b. Proses Pengetaman

Setelah kayu kering, kayu diketam di mesin ketam. Proses pengetaman ini dilakukan disisi atas dan bawah kayu atau juga di salah satu sisi kayu. Proses pengetaman ini dilakukan agar mendapatkan permukaan kayu yang lebih rata. Mesin yang digunakan adalah mesin ketam.

c. Proses Pemotongan

Setelah kayu selesai diketam, maka kayu akan dimasukkan ke mesin potonguntuk dipotong dan diperiksa hasil potongannya. Kayu dipotong


(47)

menjadi beberapa ukuran ukuran panel (satu panel, dua panel, empat panel, enam panel, delapan panel) yang disesuaikan dengan keinginan konsumen. Hasil Kemudian sisa dari hasil pemotongan kayu tersebut dibawa ke tumpukan sisa potongan kayu (cut off)untuk digunakan sebagai bahan bakar boiler.

d. Proses Pembentukan Profil Panel

Pada proses ini dilakukan pembentukan profil pada panel pintu dengan menggunakan mesin shaper.

e. Proses Pengeleman Kertas Veneer

Proses ini diawali dengan menggunakan kertas veneer sebagai pelapis pada panel kemudian dipress dengan menggunakan mesin membranpress. Jika bahan baku kayu tidak mengalami pengeleman atau laminatingmaka tidak perlu dilakukan proses membran press yangmenggunakan kertas

veneer untuk melapisi permukaan kayu tersebut.

3. Perakitan Pintu Kayu a. Proses Perakitan

Pada prosesini dilakukan perakitan pintukayu yaitu dengan memasangkan bagian pintu seperti stile, rail dan panel menjadi satu bagian dengan menggunakan martil karet.

b. Proses Door Press

Pada prosesini dilakukan penyelesaian bagian


(48)

bagian pintu secara kuat. Pada proses ini juga menggunakan martil karet untuk membantu proses pressing.

c. Proses Penghalusan

Proses ini berguna untuk menghaluskan pintu hasil produksi dengan menggunakan kertas ampelas (kertas pasir) dengan kriteria kertas pasir 180-280.

d. Proses Finishing

Pada prosesini dilakukan pengecekan terhadap hasil produksi pintukayu dimana pintu kayu yang tidak sesuai dapat dilakukan perbaikan dan penyisipan (perataan).

e. Proses Pengepakan

Pada prosesini dilakukan pengepakan produk jadi dengan menggunakan plastik. Plastik ini berguna untuk melindungi produk dari gesekan-gesekan dan kotoran. Hasil produksi ditumpuk dalam satu palet. Satu palet memuat 64 unit pintu kayu yang dibuat.

Adapun gambar teknis dari produk pintu kayu tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.3. berikut ini.


(49)

Gambar 2.3. Gambar Teknis Produk Pintu Kayu

2.6.4.` Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam melaksanakan proses produksi pintu kayu di PT. Prabu Jaya dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.6.5. Utilitas

Utilitas merupakan fasilitas penunjang untuk menjamin kelancaran dalam melakukan proses produksi di lantai produksi. Adapun fasilitas penunjang yang digunakan pada PT. Prabu Jaya adalah sebagai berikut :

Stile

Rail


(50)

a. Listrik

Tenaga listrik di PT. Prabu Jaya bersumber dari PLN dan generator pembangkit listrik tenaga diesel. Sumber tenaga listrik PLN merupakan sumber utama yang digunakan dalam kegiatan proses produksi, penerangan area kerja dan kantor dengan kapasitas terpasang 555 KVA dengan tegangan 380 Volt. Sedangkan tenaga listrik yang dibangkitkan oleh generator berfungsi sebagai cadangan jika listrik dari PLN mengalami gangguan atau pemutusan secara tiba-tiba. Mesin generator yang dimiliki perusahaan berjumlah 2 unit yang terdiri dari kapasitas 250 KVA dengan tegangan 380 Volt dan kapasitas 550 KVA dengan 380 Volt.

b. Air

Air yang digunakan di PT. Prabu Jaya adalah air bersih yang disediakan dari sumur bor, dimana terdapatnya pompa air yang digunakan untuk menyalurkan air dari dalam tanah dan ditampung ke dalam bak penampungan yang disediakan oleh perusahaan. Air sangat dibutuhkandalam proses produksi terutama untuk pemanasan air di boiler. Selain itu, air ini juga dapat digunakan oleh operator untuk keperluan mereka.

2.6.6. Safety and Fire Protection

PT. Prabu Jaya merupakan suatu perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk mengatur dan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja bagi seluruh karyawannya. Adapun penerapan dari SMK3 di perusahaan PT. Prabu Jaya adalah sebagai berikut :


(51)

1. Mensosialisasikan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dimana harus diketahui oleh seluruh karyawan yang bekerja di PT. Prabu Jaya. Adapun prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja tersebut yaitu :

a. Menciptakan keadaaan yang aman untuk berjalan di lantai produksi, daerah kerja dan kantor.

b. Menyediakan lantai produksi yang luas untuk meletakkan mesin dan peralatan kerja sehingga tersedianya ruang gerak yang memadai untuk para karyawan yang bekerja di lantai produksi tersebut.

c. Menyediakan perlengkapan keselamatan kerja yaitu safety belt dan kotak P3K pada fasilitas transportasi.

d. Menyediakan peralatan pemadam kebakaran yang memadai yaitu fire

extinguisher pada tempat-tempat yang rawan terjadinya kebakaran

terutama di lantai produksi.

2. Mewajibkan para karyawan yang bekerja di perusahaan untuk selalu menggunakan APD (Alat Pelindung Diri). Adapun beberapa APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan yaitu :

a. Sarung tangan khusus yang berfungsi untuk melindungi tangan karyawan dari sayatan, tusukan, terkena benda panas, bahan kimia, dan aliran listrik selama bekerja di lantai produksi.

b. Masker yang berfungsi untuk melindungi karyawan dari debu, asap dan bau yang menyengat selama bekerja di lantai produksi.

c. Sepatu pengaman (sepatu boot) yang berfungsi untuk melindungi kaki karyawan dari benda tajam yang mungkin terinjak sewaktu bekerja,


(52)

kecelakaan yang disebabkan oleh benda berat yang menimpa kaki, dan tergelincir selama bekerja di lantai produksi.

d. Kaca mata pengaman muka jenis face shield yang berfungsi untuk melindungi mata karyawan dari debu dan serbuk-serbuk kayu yang berterbangan di udara selama bekerja di lantai produksi.

3. Menyediakan alat pemadam kebakaran di setiap departemen produksi yaitu

fire extinguisher yang berfungsi untuk menjaga keamanan di lantai produksi

apabila terjadinya percikan api yang cukup membahayakan maka dapat dilakukan tindakan pemadaman dengan segera.

4. Melaksanakan program keselamatan diri karyawan bila terjadi kebakaran atau bencana alam. Program ini dilaksanakan dengan cara satpam akan segera membunyikan lonceng sebagai tanda terjadinya suatu kebakaran atau bencana alam.

2.6.7. Waste Treatment

Limbah di PT. Prabu Jaya terdiri dari dua jenis yaitu limbah padat dan limbah cair.Adapun penanganan limbah yang dilakukan oleh PT. Prabu Jaya adalah sebagai berikut:

1. Limbah padat yang dihasilkanmerupakan limbah dari hasilpemotongan dan pengerjaan kayu yang berupa sisa potongan pinggir kayu, serbuk kayu (dust), sebetan (slabs), sisa kupasan veneer, lembaran veener yang rusak, tatal, dan serbuk pengamplasan.Keseluruhan limbah padat ini merupakan sisa potongan kayu (cut off) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler (ketel uap).


(53)

2. Limbah cair yang dihasilkan dapat berupaminyak pelumas bekas dari forklift. Jenis limbah cair ini akan digunakan kembali (reuse) sebagai minyak pelumas bagi mesin-mesin produksi.


(54)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Sistem Produksi Lean(Lean Production System)1

1

Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries (Jakarta : PT. 3.1.1. Konsep Dasar Lean

Sistem produksi Lean atau yang lebih dikenal sebagai Lean adalah suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang/ jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan (customer value). Tujuan Lean adalah meningkatkan terus-menerus customer valuemelalui peningkatan terus-menerus rasio antara nilai tambah terhadap waste.

Lean berfokus pada identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas tidak

bernilai tambah (non-value-adding activities) dalam desain, produksi (untuk bidang manufaktur) atau operasi (untuk bidang jasa), dan supply chain

management yang berkaitan langsung dengan pelanggan. Lean dapat didefinisikan

sebagai suatu pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non-value-adding activities) melalui peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk (material, work in process, output) dan informasi menggunakan sistem tarik (pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk megejar keunggulan dan kesempurnaan.


(55)

3.1.2. Prinsip Dasar Lean2

1. Mengidentifikasi nilai produk berdasarkan pada prespektif pelanggan, dimana pelanggan menginginkan produk (barang atau jasa) berkualitas superior dengan harga kompetitif pada pengiriman yang tepat waktu.

Suatu perusahaan yang telah melihat bahwa sistem produksi Leanakan memberikan suatu perubahan yang baik kepada usahanya maka akan terdorong untuk mencoba melakukan penerapan sistem ini di perusahaannya. Sebelum sistem produksi Lean diterapkan, ada lima prinsip dasar Lean yang harus diketahui yaitu:

2. Mengidentifikasi value stream process mapping (pemetaan proses pada (value stream) untuk setiap produk (barang atau jasa).

3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas yang terdapat dalam proses value stream tersebut dengan menganalisa value

stream yang telah dibuat.

4. Mengorganisasikan agar material, informasi dan produk mengalir dengan lancar dan efisien sepanjang proses value stream dengan menggunakan sistem tarik (pull system).

5. Secara terus-menerus dan berkesinambungan melakukan peningkatan dan perbaikan dengan cara mencari teknik-teknik dan alat peningkatan agar mencapai keunggulan dan peningkatan terus-menerus.

2

Vincent Gaspersz, The Executive Guide to Implementing Lean Six Sigma (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 5


(56)

3.1.3. Jenis-jenis Pemborosan (Waste)3

Pada dasarnya terdapat dua jenis pemborosan yaitu Type One Waste dan

Type Two Waste. Type One Waste adalah aktivitas kerja yang tidak menciptakan

nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value

stream, akan tetapi aktivitas tersebut tidak dapat dihindarkan pada saat ini

dikarenakan oleh berbagai alasan. Misalnya, aktivitas inspeksi dan penyortiran dari prespektif Lean merupakan aktivitas yang tidak bernilai tambah sehingga merupakan waste, akan tetapi pada saat ini pihak perusahaan masih membutuhkan inspeksi dan penyortiran karena mesin dan peralatan yang digunakan sudah tua sehingga tingkat keandalannya berkurang. Dalam jangka panjang Type One Waste harus dapat dihilangkan atau dikurangi. Type One Waste juga disebut sebagai

Incidental Activity atau Incidental Work yang termasuk ke dalam aktivitas tidak

bernilai tambah (non value adding work or activity).

Type Two Waste merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah

dan dapat dihilangkan dengan segera. Type Two Waste sering disebut sebagai

Waste karena jenis pemborosan ini benar-benar merupakan pemborosan yang

harus dapat diidentifikasi dan dihilangkan dengan segera. Adapun konsep value

added activity, non value activity (type one waste), dan type two waste (Waste)


(57)

Gambar 3.1. Un-Lean (Traditional) Work Activity yang Tipikal

Dari Gambar 3.1. di atas, terlihat bahwa Un-Lean (Traditional) Work

Activity memiliki the value to waste ratio yang dihitung berdasarkan formula:

(Value Added Work Activity) / (Type One Waste + Type Two Waste) yang masih berada di bawah 30%. Tujuan Lean adalah meningkatkan terus-menerus customer

value melalui peningkatas terus-menerus rasio the value to waste yang merupakan

rasio antara nilai tambah (real value to customer) terhadap waste (type one waste

+ type two waste).

Pemborosan merupakan aktivitas yang tidak memberi nilai tambah

(non-value added activities) dan dikenal dalam kalangan praktisi Lean Manufacturing

sebagai “delapan pemborosan”. Adapun delapan pemborosan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.

WASTE (Type Two Waste)

Value added work activity

Non value added work activity (Type One Waste)


(58)

Tabel 3.1. Jenis-jenis Pemborosan/Waste

Jenis Pemborosan (Waste) Akar Penyebab

(Root Causes)

1. OverProduction:

Memproduksi lebih daripada kebutuhan pelanggan internal dan eksternal, atau memproduksi lebih cepat atau lebih awal daripada waktu kebutuhan pelanggan internal dan eksternal

- Ketiadaan komunikasi

- Sistem balas dan penghargaan yang tidak tepat

- Hanya berfokus pada kesibukan kerja bukan

untuk memenuhi kebutuhan pelanggan internal dan eksternal

2. Delays (waiting time):

Keterlambatan yang tampak melalui orang-orang yang sedang menunggu mesin, peralatan, bahan baku, suppliers, perawatan/pemeliharaan (maintenance), atau mesin-mesin yang sedang menunggu perawatan, orang-orang, bahan baku, peralatan, dll.

- Inkonsistensi metode kerja

- Waktu penggantian produk yang panjang (long changover times)

3. Transportation:

Memindahkan material atau orang dalam jarak yang sangat jauh dari satu proses ke proses berikut yang dapat mengakibatkan waktu penanganan material bertambah.

- Tata letak yang jelek (poorlayout)

- Ketiadaan koordinasi dalam proses

- Poorhousekeeping

- Organisasi tempat kerja yang jelek

(poorworkplaceorganizat

ion)

- Lokasi penyimpanan

material yang banyak


(59)

Tabel 3.1. Jenis-jenis Pemborosan/Waste (Lanjutan)

Jenis Pemborosan (Waste) Akar Penyebab

(Root Causes)

4. Process:

Mencakup proses-proses tambahan atau aktivitas kerja yang tidak perlu atau tidak efisien

- Ketidaktepatan penggunaan peralatan - Pemeliharaan peralatan

yang jelek (poor tooling

maintenance)

- Gagal mengkombinasi operasi-operasi kerja - Proses kerja dibuat serial

padahal proses-proses itu tidak saling tergantung satu sama lain yang seyogianya dapat dibuat

parallel

5. Inventories:

Pada dasarnya menyembunyikan masalah dan menimbulkan aktivitas penanganan tambahan yang seharusnya tidak

diperlukan. Inventories juga

mengakibatkan extra paperwork, extra

space, dan extra cost.

- Peralatan yang tidak handal

(unrealibleequipment) - Aliran kerja yang tidak

seimbang

- Pemasok yang tidak kapabel

- Peramalan kebutuhan yang tidak akurat

- Ukuran batch yang besar -

Longchange-overtime(waktu

pergantian yang panjang) 6. Motion/ Movement:

Setiap gerakan karyawan yang mubajir saat melakukan pekerjaannya seperti mencari, meraih atau menumpuk komponen, alat dan lain sebagainya. Berjalan juga merupakan pemborosan.

- Organisasi tempat kerja yang jelek

(poorworkplaceorganizat

ion)

- Tata letak yang jelek (poorlayout)

- Metode kerja yang tidak konsisten


(60)

Tabel 3.1. Jenis-jenis Pemborosan/Waste (Lanjutan)

Jenis Pemborosan (Waste) Akar Penyebab

(Root Causes)

7. DefectiveProducts:

Memproduksi komponen cacat atau yang memerlukan perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang, scrap, memproduksi barang pengganti, dan inspeksi berarti tambahan penanganan, biaya, waktu dan upaya yang sia-sia.

- Incapableprocesses

- Insufficientplanning

- Ketiadaan prosedur-prosedur operasi standar (SOP)

8.

DefectiveDesign:

Desain yang tidak memenuhi kebutuhan pelanggan, penambahan features yang tidak perlu.

- Lack

ofcustomerinputindesign

- Overdesign

3.2. Six Sigma

3.2.1. Konsep Dasar Six Sigma4

Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai yang mereka harapkan. Apabila produk (barang atau jasa) diproses pada tingkat kerja kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk tersebut. Dengan demikian, Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma yang dicapai, semakin baik kinerja proses industri. Six Sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan luar biasa di tingkat bawah dan sebagai pengendalian


(61)

proses industri yang berfokus pada pelanggan dengan memperhatikan kemampuan proses.

Six Sigma didefinisikan sebagai metode peningkatan proses bisnis yang

bertujuan untuk menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab kecacatan dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi, meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik, mencapai tingkat pendayagunaan aset yang lebih tinggi, serta mendapatkan hasil atas investasi yang lebih baik dari segi produksi maupun pelayanan. Metode Six Sigma disusun berdasarkan sebuah metodologi penyelesaian masalah yang sederhana yaitu DMAIC, yang merupakan singkatan dari Define (merumuskan), Measure (mengukur), Analyze (menganalisis), Improve (meningkatkan/memperbaiki), dan

Control (mengendalikan) dimana yang menggabungkan bermacam-macam

perangkat statistik serta serta pendekatan perbaikan proses yang lainnya.

3.2.2. Prinsip Kualitas dan Six Sigma5

Kualitas adalah fungsi dari variabel yang spesifik dan terukur. Perbedaan kualitas merupakan selisih dari jumlah atribut sebuah produk, misalnya jumlah jahitan per inci pada sebuah kaos atau jumlah silinder di dalam sebuah mesin. Definisi kualitas yang lain didasarkan pada asumsi bahwa keinginan konsumen menentukan kualitas. Pelanggan sering kali menilai kualitas dalam hubungannya dengan harga, dan hal ini disebut sebagai nilai (value). Dari sudut pandang ini, produk berkualitas adalah produk yang sama bergunanya dengan produk

5

James R. Evans dan William M. Lindsay, An Introduction to Six Sigma & Process Improvement (Pengantar Six Sigma), (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2007), hlm. 12-15


(62)

kompetitor dan dijual pada harga yang lebih rendah, atau yang menawarkan kegunaan dan kepuasan yang lebih tinggi pada harga yang sebanding. Jika kualitas dilihat dari sudut produksi maka dapat didefinisikan sebagai hasil yang diinginkan dari proses operasi atau yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pihak perusahaan.

Adapun prinsip-prinsip kualitas yang menjadi landasan filosofi Six Sigma yaitu:

1. Fokus pada pelanggan

2. Partisipasi dan kerja sama semua individu di dalam perusahaan

3. Fokus pada proses yang didukung oleh perbaikan dan pembelajaran secara terus-menerus

Jika suatu perusahaan menerapkan ketiga prinsip tersebut maka secara aktif akan berusaha untuk terus-menerus memenuhi kebutuhan dan tuntutan pelanggan, berusaha untuk membangun kualitas dan mengintegrasikannya ke dalam proses kerja dengan cara menimba ilmu serta pengalaman dari para karyawannya, dan terus memperbaiki semua sisi organisasi.

3.2.3. Dasar Statistik Six Sigma6

Dari prespektif pengukuran, Six Sigmamewakili tingkatan kualitas dimana kesalahan paling banyak berjumlah 3,4 cacat per satu juta kemungkinan. Jika perusahaan sudah mencapai level 6 Sigma berarti dalam proses tersebut mempunyai peluang untuk cacatatau melakukan kesalahan sebanyak 3,4 kali dari


(63)

1.000.000 kemungkinan. Sekumpulan data yang sangat besar atau dapat dikatakan sebagai populasi, rata-ratanya dikenal dengan μ (mu) dan standar deviasinya dikenal sebagai σ (Sigma).

Sebuah distribusi berbentuk kurva lonceng dari parameter atau karakteristik kualitas menunjukkan luas area dibawah kurva normal yang berada diantara atau diluar nilai batas dari rata-rata terhadap ± 1 σ, ± 2 σ, ± 3 σ, ± 4 σ, ± 5 σ dan ± 6 σ. Berikut ini akan digambarkan kurva normal dengan batas-batas Sigma dari satu sampai dengan enam Sigma.

Gambar 3.2 Hubungan Kurva Normal dan Batas Sigma

Area yang berada di luar kurva dinamakan dengan persentasi yang menggambarkan kecacatan yang sering dikaitkan dengan DPM (defects per

million). Nilai dari DPM ini juga berkaitan dengan kapabilitas proses yang sering

kali digunakan untuk menggambarkan kondisi dari proses apakah sudah mampu memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Pada Tabel 3.2.berikut akan digambarkan hubungan spesifikasi, PPM dan kapabilitas proses.


(64)

Tabel 3.2 Hubungan Kuantitatif antara Sigma, PPM dan Cpk

Kapabilitas Sigma

Cacat/Kesalahan

Cpk

% DPM

σ

1 69,15% 691.462DPM 0,33

σ

2 30,85% 308.536DPM 0,67

σ

3 6,68% 66.807 DPM 1,00

σ

4 0,62% 6210 DPM 1,33

σ

5 0,0233% 233DPM 1,67

σ

6 0,00034% 3,4 DPM 2,00

3.3. Lean Six Sigma7

1. Mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activities)

Lean Six Sigma merupakan suatu pendekatan sistematis kombinasi antara Lean dan Six Sigma yang mempunyai tujuan sebagai berikut:

2. Melalui peningkatan terus-menerus radikal untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma (kapabilitas proses 6 sigma)

3. Mengalirkan produk (material, work in process, output) dan informasi menggunakan sistem tarik (pull system) dari pelanggan internal dan eksternal 4. Mengejar keunggulan dan kesempurnaan hanya dengan memproduksi 3,4

kecacatan untuk setiapa satu juta kesempatan atau operasi (3,4 DPMO) Adapun fokus dari Lean dan Six Sigma dapat dilihat pada Tabel 3.3.


(65)

Tabel 3.3. Fokus Lean dan Six Sigma

Fokus Lean Fokus Six Sigma

Pemborosan material, waktu, aktivitas,dll

Variasi proses Menyeimbangkan aliran dalam

proses (value stream)

Identifikasi akar-akar penyebab dari masalah

Reduksi Cycle Time Menciptakan output proses yang seragam bebas cacat

Sangat penting utuk meningkatkan produktivitas

Sangat penting untuk meningkatkan kapabilitas proses dan kualitas produk

Pendekatan Lean bertujuan untuk menghilangkan pemborosan (waste

elimination), memperlancar aliran material, produk dan informasi, serta

peningkatan secara terus-menerus. Sedangkan pendekatan Six Sigma bertujuan untuk reduksi variasi (variation reduction), pengendalian proses dan peningkatan secara terus-menerus. Integrasi Lean dan Six Sigma (Lean Six Sigma) akan meningkatkan kinerja bisnis dan industri melalui peningkatan kecepatan (shorter

cycle time) dan akurasi (zero defect). Pendekatan Lean akan menyingkapkan Non Value Added (NVA) dan Value Added (VA) serta membuat Value Added mengalir

secara lancar sepanjang value stream processes, sedangkan Six Sigma akan mereduksi variasi Value Added tersebut.

3.4. Metode DMAIC dalam Six Sigma8

Dalam mengerjakan suatu proyek yang berkaitan dengan Six Sigmaatau berkaitan dengan perbaikan kualitas dikenal kerangka berpikir yang dinamakan DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control). Sangat penting untuk 8

Peter SPande, Neuman, Robert P., Cavanagh, Roland R, The Six Sigma Way,(Yogyakarta : Penerbit Andi, 2002),hlm. 427-435


(66)

mengikuti kerangka berpikir ini sehingga permasalahan yang akan diselesaikan benar-benar akan memberikan perbaikan yang menyeluruh kepada proses dan keuntungan perusahaan. Oleh karena itu penting untuk mendalami setiap bagian dari metode DMAIC ini. Adapun lima tahap metodologi DMAIC tersebut yaitu: 1. Define adalah fase pertama dalam siklus DMAIC yang menentukan masalah/

peluang, proses dan persyaratan pelanggan, karena siklus DMAIC iteratif, maka masalah proses, aliran dan persyaratan harus diverifikasi dan diperbarui di sepanjang fase-fase yang lain guna mandapatkan kejelasan.

2. Measure adalah fase kedua dalam siklus DMAIC, dimana ukuran-ukuran

kunci diidentifikasi dan data dikumpulkan, disusun, dan disajikan.

3. Analyze adalahfase ketiga dalam siklus DMAIC, dimana detail proses

diperiksa dengan cermat untuk peluang-peluang.Yang perlu diperhatikan dalam fase ini adalah:

a) Data diinvestigasi dan diverifikasi untuk membuktikan akar masalah yang diperkirakan dan memperkuat pernyataan masalah.

b) Analisis proses meliputi meninjau peta proses untuk aktivitas bernilai tambah/ tidak bernilai tambah.

4. Improve adalah fase keempat dalam siklus DMAIC, dimana solusi-solusi dan

ide-ide secara kreatif dibuat dan diputuskan. Sekali sebuah masalah telah diidentifikasi, diukur dan dianalisis, maka dapat ditentukan solusi-solusi potensial untuk memecahkan masalah dalam pernyataan masalah dan mendukung pernyataan tujuan.


(1)

S Buatan : Cina

Jumlah : 2 unit

j. Mesin sanding berfungsi dalam penghalusan panel pintu kayu hasil produksi.

Merek : Takekawa

Tahun : 1995

Kapasitas : 5 kW

Buatan : Jepang

Jumlah : 4 unit

k. Mesin door press berfungsi dalam proses press pembuatan pintu kayu.

Merek : EHP

Model : ASTM C-39

Tahun : 2000

Kapasitas : 4 kW

Buatan : Sweden

Jumlah : 2 unit

l. Mesin membran press berfungsi dalam proses pengepresan veneer pada

lapisan panel.

Merek : AM Tech

Tahun : 2007

Voltase : 380 V

Phase : 3


(2)

Jumlah : 1 unit

Peralatan yang digunakan dalam proses produksi pintu kayu di PT Prabu Jaya

adalah sebagai berikut:

a. Martil karet berfungsi sebagai alat bantu dalam pemasangan dowel, stile

dengan panel dan rail serta produk jadi pintu kayu. Jumlah martil karet yang

tersedia adalah sebanyak 10 buah.

b. Forklift berfungsi sebagai alat angkut bahan kayu dengan volume besar dan

berat. Bahan kayu biasanya disusun dalam bentuk beberapa palet. Penggunaan

forklift ini sebagian besar pada gudang bahan baku dan gudang produk jadi. Jumlah forklift yang dimiliki perusahaan sebanyak 3 unit.

c. Alat Laminating Manual digunakan untuk pengeleman kayu untuk produksi

panel yang dioperasikan karyawan secara manual. Jumlah alat ini sebanyak 1

unit.

d. Spidol sebagai alat tulis label dan penanda pada kayu produksi.

e. Kuas berfungsi sebagai alat untuk mengecat permukaan stile dan rail. Jumlah

kuas yang dimiliki perusahaan sebanyak 2 buah.

f. Meteran sebagai alat untuk mengukur dimensi kayu yang digunakan dalam

proses produksi sebanyak 5 buah.

g. Meja Penyisipan sebagai tempat untuk melakukan penyisipan (finishing)

produk sebanyak 5 buah.

h. Pahat sebagai alat untuk merapikan permukaan produk yang kurang rata


(3)

Lampiran 3

Tabel Rating FactorWestinghouse

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Keterampilan

Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08

Good C1 + 0,06

C2 + 0,03

Average D 0,00

Fair E1 - 0,05

E2 - 0,10

Poor F1 - 0,16

F2 - 0,22

Usaha

Excessive A1 + 0,13 A2 + 0,12 Excellent B1 + 0,10 B2 + 0,08

Good C1 + 0,05

C2 + 0,02

Average D 0,00

Fair E1 - 0,04

E2 - 0,08

Poor F1 - 0,12

F2 - 0,17

Kondisi Kerja

Ideal A + 0,06

Excellently B + 0,04

Good C + 0,02

Average D 0,00

Fair E - 0,03

Poor F - 0,07

Konsistensi

Perfect A + 0,04

Excellent B + 0,03

Good C + 0,01

Average D 0,00

Fair E - 0,02


(4)

Lampiran 4

Tabel Penentuan Allowance (Kelonggaran) Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh

Faktor

Contoh pekerjaan

Kelonggaran ( % )

A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan 3. Ringan 4. Sedang 5. Berat

6. Sangat berat 7. Luar biasa berat

Bekerja dimeja, duduk Bekerja dimeja, berdiri Menyekop, ringan Mencangkul

Mengayun palu yang berat Memanggul beban

Memanggul karung berat

Ekivalen beban Tanpa beban 0,00-2,25 Kg 2,25-9,00 9,00-18,00 19,00-27,00 27,00-50,00 diatas 50 Kg

Pria 0,0-6,0 6,0-7,5 7,5-12,0 12,0-19,0 19,0-30,0 30,0-50,0 Wanita 0,0-6,0 6,0-7,5 7,5-16,0 16,0-30,0

B. Sikap kerja 1. Duduk

2. Berdiri diatas dua kaki 3. Berdiri diatas satu kaki 4. Berbaring

5. Membungkuk

Bekerja duduk, ringan

Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol

Pada bagian sisi, belakang atau depan badan Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki

0,00-1,0 1,0-2,5 2,5-4,0 2,5-4,0 4,0-10 C. Gerakan kerja

1. Normal 2. Agak terbatas 3. Sulit

4. Pada anggota-anggota badan terbatas

5. Seluruh anggota badan terbatas

Ayunan bebas dari palu Ayunan terbatas dari palu

Membawa beban berat dengan satu tangan

Bekerja dengan tangan diatas kepala

Bekerja dilorong pertambangan yang sempit

0 0-5 0-5

5-10


(5)

Tabel Penentuan Allowance (Kelonggaran) Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh (Lanjutan)

Faktor

Contoh pekerjaan

Kelonggaran ( % )

D. Kelelahan mata *)

1. Pandangan yang terputus-putus 2. Pandangan yang hampir terus

menerus

3. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah

4. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap

Membawa alat ukur

Pekerjaan-pekerjaan yang teliti

Memeriksa cacat-cacat pada kain

Pemeriksaan sangat teliti

Pencahayaan baik 0,0-6,0 6,0-7,5 7,5-12,0 12,0-19,0 19,0-30,0 30,0-50,0 Buruk 0,0-6,0 6,0-7,5 7,5-16,0 16,0-30,0

E. Keadaan temperatur tempat kerja**) 1. Beku

2. Rendah 3. Sedang 4. Normal 5. Tinggi 6. Sangat tinggi

Temperatur ( OC ) Dibawah 0 0-13 13-22 22-28 28-38 diatas 38 Kelembaban normal Diatas 10 10-0 5-0 0-5 5-40 diatas 40 Berlebihan Diatas 12 12-5 8-0 0-8 8-100 diatas 100 F. Keadaan atmosfer***)

1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Baik 4. Buruk

Ruang yang berventilasi baik,udara segar

Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya) Adanya debu-debu beracun, atau tidak beracun tetapi banyak Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan

menggunakan alat-alat pernafasan

0 0-5 5-10


(6)

Tabel Penentuan Allowance (Kelonggaran) Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh (Lanjutan)

Faktor

Kelonggaran ( % )

G. Keadaan lingkungan yang baik

1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik 4. Sangat bising

5. Jika factor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kwalitas 6. Terasa adanya getaran lantai

7. Keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll)

0 0-1 1-3 0-5 0-5 5-10 5-15

*) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan **) Tergantung juga pada keadaan ventilasi

***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim

Catatan pelengkap : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria = 0-2,5% Wanita = 2-5,0%


Dokumen yang terkait

Pengendalian Kualitas Untuk Mereduksi Kecacatan Produk Dan Meningkatkan Kecepatan Produksi Dengan Pendekatan Metode Lean Six Sigma Pada Pt. Bamindo Agrapersada

7 79 171

Pengurangan Waste Untuk Meningkatkan Kecepatan Produksi Dan Kualitas Produk Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigma Pada Bagian Produksi Di PT.XYZ

5 35 79

Pengurangan Waste Pakan Ternak dengan Pendekatan Lean Six Sigma dan Metode Weighted Product untuk Meningkatkan Kualitas Produk pada PT Charoen Pokphand

0 12 60

Pengurangan Waste Untuk Meningkatkan Kecepatan Produksi Dan Kualitas Produk Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigma Pada Bagian Produksi Di PT.XYZ

0 0 23

Pengurangan Waste Untuk Meningkatkan Kecepatan Produksi Dan Kualitas Produk Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigma Pada Bagian Produksi Di PT.XYZ

0 0 1

Pengurangan Waste Untuk Meningkatkan Kecepatan Produksi Dan Kualitas Produk Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigma Pada Bagian Produksi Di PT.XYZ

0 0 6

Pengurangan Waste Untuk Meningkatkan Kecepatan Produksi Dan Kualitas Produk Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigma Pada Bagian Produksi Di PT.XYZ

0 0 6

Pengurangan Waste Untuk Meningkatkan Kecepatan Produksi Dan Kualitas Produk Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigma Pada Bagian Produksi Di PT.XYZ

0 0 1

Pengurangan Waste Pakan Ternak dengan Pendekatan Lean Six Sigma dan Metode Weighted Product untuk Meningkatkan Kualitas Produk pada PT Charoen Pokphand

0 5 4

PENGURANGAN WASTE PAKAN TERNAK DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK

0 0 17