Peroksida Karakteristik Kimia Minyak

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KAJIAN PENGARUH PENURUNAN KUALITAS MINYAK. Analisis kualitas minyak meliputi analisis kimia dan fisik. Analisis kualitas minyak secara kimia didasarkan pada senyawa-senyawa hasil dekomposisi minyak yang bersifat non-volatil karena senyawa-senyawa yang bersifat volatil akan menguap selama proses penggorengan berlangsung. Analisis fisik yang dilakukan dilakukan terhadap parameter-parameter fisik yang mengalami perubahan karena adanya perubahan sifat kimia dari minyak.

1. Karakteristik Kimia Minyak

a. Peroksida

Bilangan peroksida merupakan metode yang paling luas digunakan untuk menentukan derajat oksidasi Krishnamurthy dan Vernon, 1996; Blumethal, 1996. Bilangan peroksida ditentukan dengan metode titrasi iodometri dengan menggunakan kloroform-asam asetat sebagai pelarut dan KMnO 4 sebagai titran Pike, 1998. Oleh karena sifat yang sangat tidak stabil maka dalam penentuan bilangan peroksida diperlukan penanganan yang baik. Perubahan bilangan peroksida selama proses penggorengan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Grafik perubahan bilangan peroksida selama proses penggorengan. y = -2.0755x 2 + 16.356x - 8.9965 R 2 = 0.9555 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 Penggorengan Ke- Kadar Peroksida meq O 2 100 g awal 5 10 15 20 Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa bilangan peroksida mengalami kenaikan sampai penggorengan 15 kemudian mengalami penurunan kembali pada penggorengan 20. Hal ini sesuai dengan teori bahwa grafik perubahan bilangan peroksida akan mengikuti persamaan kuadrat. Tren perubahan yang terbentuk akan membentuk kurva bukan garis linier. Menurut Blumethal 1996, pada proses penggorengan kadar peroksida akan mengalami kenaikan pada awal proses sampai titik tertentu kemudian akan mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh proses degradasi lebih lanjut peroksida menjadi komponen lain karena peroksida merupakan komponen organik yang sangat tidak stabil. Proses degradasi peroksida ini sangat dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu maka proses degradasi peroksida akan semakin cepat. Proses degradasi lebih lanjut dari hidroperoksida dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Gambar 8. Reaksi pemecahan hidroperoksida pada proses penggorengan. Keto-gliserida polimer Diperoksida Oksidasi lebih lanjut Asam-asam Hidroperoksida Oksidasi CH=CH pada molekul lain Dimer, polimer berbobot molekul besar polimerisasi Epoksida OH-gliserida Di OH-gliserida Aldehid Semi-aldehid Aldehido-gleserida Komponen-OH Pemecahan dehidrasi Gambar 9. Reaksi pemecahan hidroperoksida lemak. Gillatt, 2001 Krishnamurthy dan Vernon 1996 menambahkan bahwa peroksida akan hilang pada saat suhu penggorengan, tetapi terbentuk kembali pada saat proses pendinginan. Selain itu, metode penentuan bilangan peroksida terbentur dengan permasalahan lingkungan. Hal ini kerena dalam penentuan bilangan peroksida digunakan kloroform yang sangat berbahya bagi lingkungan. Oleh karena itu, bilangan peroksida merupakan tes standar untuk minyak baru fresh oil tetapi jarang digunakan pada penentuan kualitas minyak pada minyak yang digunakan pada proses penggorengan.

b. Asam Lemak Bebas Free Fatty Acids