Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar

(1)

Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik

(Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini

Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Terhadap Pemberitaan Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati

Pengedar Narkoba)

SKRIPSI

Maxmilianus Pamela Maruliasi Gultom

090904100

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik

(Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini

Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan Presiden Joko Widodo

Menghukum Mati Pengedar Narkoba)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Maxmilianus Pamela Maruliasi Gultom

090904100

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Maxmilianus Pamela Maruliasi Gultom NIM : 090904100

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik

(Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar Narkoba)

Medan, 2 Juli 2015 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Mazdalifah, M.Si, Ph.d Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP. 196507031989032001 NIP. 195102191987011001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M. Si NIP. 19680525199203100


(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri. Semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat), maka saya

akan bersedia diproses sesuai dengan hokum yang berlaku.

Nama : Maxmilianus Pamela Maruliasi Gultom

NIM : 090904100

Tanda Tangan :


(5)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Maxmilianus Pamela Maruliasi Gultom NIM : 090904100

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik

(Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar Narkoba)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :

Penguji :

Penguji Utama :

Ditetapkan di : Medan Tanggal :


(6)

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi peneliti, yang mengaruniakan berkat dan rahmatNya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Televisi Dalam

Pembentukan Opini Publik (Studi Kasus Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar Narkoba)”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara. Berkat bimbingan Yesus Kristus peneliti diperlayakkan menjadi mahasiswa yang berintegritas dan senantiasa merasakan semangat yang selalu diperbaharui.

Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu peneliti, Lince Lina br. Torus, dan Ayah peneliti Beresman Manuasa Gultom yang berjuang dalam menjaga, memberikan kasih sayang, semangat, nasehat, doa, didikan, dan dukungan kepada peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dari adik-adik peneliti, Septina Diana Febrianty br. Gultom, Andika Nurmalasari br. Gultom, Josua Gultom, Martin Fransisko Parulian Gultom, dan Anggita Theresia br. Gultom yang selalu memberikan semangat bagi peneliti.

Peneliti juga menyadari bahwa banyak sekali bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si beserta jajarannya.

2. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M. A. 3. Dosen Penasehat Akademik peneliti, Ibu Dra. Inon Beydha, Msi, Ph. D 4. Dosen pembimbing skripsi peneliti, Ibu Dra. Mazdalifah, M. Si, Ph. D,

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.


(7)

5. Seluruh Staf Departemen dan Laboratorium Ilmu Komunikasi FISIP USU, P2KM, dan PIJAR, Kak Maya, Ibu Nurbani, Kak Yovita, Kak Hanim, Kak Puan, yang telah membantu segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan peneliti.

6. Kepala Desa Muliorejo dan jajarannya, Kepala Dusun XIII Desa Muliorejo, dan Masyarakat Lingkungan XIII Desa Muliorejo, yang memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Abang peneliti, Rikardo Parulian Pardede, ST, kakak peneliti Melisa Angelina Pangaribuan, S. I. Kom, saudara peneliti Dedy Lambok Panggabean S. I. Kom, Johnvic Chandra S. I. Kom, M. Si, yang memberikan sangat banyak dukungan dan bantuan kepada peneliti.

8. Teman-teman seangkatan peneliti, Keluarga Besar Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi 2009, Hadis, Nugraha, Handian, Paulus. 9. Teman-teman terdekat peneliti, Sartika Dewi Handriani Saragih, Ernest

Manalu, Stevano Manalu, Batara Manalu, dan semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan saran dan kritikan yang membangun. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, Juni 2015


(8)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Civitas Akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Maxmilianus Pamela Maruliasi Gultom NIM : 090904100

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara

JenisKarya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty - Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar Narkoba) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada tanggal : Juli 2015

Yang Menyatakan


(9)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar Narkoba). Penelitian ini fokus untuk meneliti peran televisi sebagai fungsi informasi, fungsi mediasi, dan fungsi amplifikasi, dalam pembentukan opini masyarakat Desa Muliorejo terhadap pemberitaan kebijakan Presiden Jowo Widodo menghukum mati pengedar narkoba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan peran televisi sebagai fungsi informasi, fungsi mediasi, dan fungsi amplifikasi dalam pembentukan opini masyarakat Desa Muliorejo terhadap pemberitaan kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi Massa dan Opini Publik. Metodologi dalam penelitian ini adalah studi analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat Lingkungan XIII Desa Muliorejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Arikunto, yang mengatakan jika jumlah populasi hanya berkisar 100 orang ke bawah maka sebaiknya metode jumlah sampel adalah jumlah keseluruhan populasi, namun jika subjeknya besar maka diambil antara 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yakni studi kepustakaan dan studi lapangan. Hasil penelitian ini adalah televisi memiliki peranan penting dalam penyebarluasan berita mengenai kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba. Televisi berperan dalam proses pembentukan opini masyarakat terhadap pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba. Televisi memperkuat pernyataan narasumber dalam menanggapi kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba, dan dalam memperkuat pernyataan narasumber televisi sudah sesuai dengan data dan fakta yang ada di lapangan.


(10)

ABSTRACT

This thesis contains research on the role of television in formation of Public Opinion (Analysis Descriptive Study Role of Television In Public Opinion Formation Muliorejo Village Deli Serdang District of Sunggal towards Coverage Policy Joko Widodo President Punish The Drug Dealers Dead). This study focused on examining the role of television as an information function, mediation function, and the function of amplification, in the formation of public opinion Muliorejo village against the policies of President Jowo Widodo news executing drug dealers. The purpose of this study was to describe the role of television as an information function, mediation function, and the function of amplification in the formation of public opinion to the preaching Muliorejo Village, President Joko Widodo policy executing drug dealers. The theory used in this research is the Theory of Mass Communication and Public Opinion. The methodology in this research is descriptive analysis study using a quantitative approach. Population in this research is the Environmental Society XIII Muliorejo Village, District Sunggal, Deli Serdang. Sampling method in this study using a formula Arikunto, who said that if the total population of only about 100 people down then it should be the method the number of samples is the total population, but if the subject is large then taken between 10-15% or 20-25% of the population , Data collection techniques used in this study in two ways, namely literature studies and field studies. Results of this study are television have an important role in the dissemination of news about the policies of President Jokowi executing drug dealers. Television plays a role in the formation of public opinion against the policy of President Jokowi news about executing drug dealers. Television strengthen resource statement in response to the policies of President Jokowi executing drug dealers, and in strengthening the television speakers statement is in conformity with the data and facts on the ground.


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ... 9

2.1.1 Media Massa ... 9

2.1.1.1 Pengertian Media Massa ... 10

2.1.1.2 Jenis Media Massa ... 11

2.1.1.3 Kekuatan Media Massa ... 12

2.1.1.4 Fungsi Media Massa ... 13

2.1.1.5 Unsur-unsur dan Karakteristik Media Massa ... 13

2.1.1.6 Peran Media Massa ... 15

2.1.2 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 17


(12)

2.1.2.2 Sejarah Televisi di Indonesia ... 17

2.1.2.3 Karakteristik Televisi Sebagai Media Massa ... 18

2.1.3 Pemberitaan ... 19

2.1.3.1 Pengertian Pemberitaan... 19

2.1.3.2 Unsur-unsur Pemberitaan ... 20

2.1.3.3 Penilaian Terhadap Kualitas Pemberitaan ... 20

2.1.4 Opini Publik ... 23

2.1.4.1 Sejarah Opini Publik ... 23

2.1.4.2 Pengertian Opini Publik ... 25

2.1.4.3 Proses Pembentukan Opini Publik ... 27

2.1.4.4 Kekuatan Dalam Opini Publik ... 29

2.1.5 Peran Media Massa Dalam Opini Publik ... 30

2.1.5.1 Hubungan Media Massa Dengan Opini Publik... 30

2.1.5.2 Fungsi Media Massa Dalam Opini Publik ... 31

2.1.5.3 Kelebihan Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik 31 2.2 Kerangka Konsep ... 32

2.3 Definisi Operasional ... 33

2.3.1 Operasionalisasi Variabel ... 33

2.3.2 Definisi Operasional ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

3.1.1 Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal ... 35

3.1.1.1 Luas Wilayah... 35

3.1.1.2 Batas Wilayah ... 35

3.2 Metode Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1 Populasi ... 36

3.3.2 Sampel ... 37

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38


(13)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 39

4.2 Teknik Pengolahan Data... 40

4.3 Analisis Tabel Tunggal... 41

4.3.1 Karakteristik Responden ... 41

4.3.2 Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik ... 51

4.4 Pembahasan ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 67

5.2 Saran Responden Penelitian ... 68

5.3 Saran Dalam Kaitan Akademis ... 68

5.4 Saran Dalam Kaitan Praktis ... 69

DAFTAR REFERENSI ... 70 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

2 Operasional Variabel ... 31

4.1 Jenis Kelamin... 39

4.2 Usia ... 40

4.3 Pendidikan... 41

4.4 Pekerjaan ... 42

4.5 Penghasilan Per Bulan... 43

4.6 Status Diri ... 43

4.7 Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari ... 44

4.8 Durasi Menonton Berita Di Televisi Dalam Sehari ... 45

4.9 Saluran Televisi Yang Paling Sering Ditonton... 46

4.10 Saluran Televisi Yang Digunakan Menonton Berita ... 48

4.11 Peran Televisi Dalam Menyebarluaskan Berita Kebijakan Jokowi. 50 4.12 Tingkat Kejelasan Informasi di Televisi Mengenai Kebijakan Jokowi ... 51

4.13 Tingkat Penyebarluasan Informasi Mengenai Kebijakan Jokowi .. 52

4.14 Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Terhadap Suatu Pemberitaan ... 53

4.15 Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Terhadap Kebijakan Jokowi ... 54

4.16 Terbentuknya Pendapat Umum Terhadap Pemberitaan di Televisi Mengenai Kebijakan Jokowi ... 55

4.17 Perlunya Televisi Dalam Memperkuat Pernyataan Narasumber Terhadap Pemberitaan Mengenai Kebijakan Jokowi ... 56

4.18 Peran Televisi Dalam Memperkuat Pernyataan Para Ahli Mengenai Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar Narkoba ... 57

4.19 Televisi Dalam Memperkuat Pernyataan Narasumber Mengenai Kebijakan Jokowi Berdasarkan Data dan Fakta di Lapangan ... 58


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Biodata Peneliti

2 Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

3 Surat Permohonan Izin Penelitian

4 Kuesioner


(16)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar Narkoba). Penelitian ini fokus untuk meneliti peran televisi sebagai fungsi informasi, fungsi mediasi, dan fungsi amplifikasi, dalam pembentukan opini masyarakat Desa Muliorejo terhadap pemberitaan kebijakan Presiden Jowo Widodo menghukum mati pengedar narkoba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan peran televisi sebagai fungsi informasi, fungsi mediasi, dan fungsi amplifikasi dalam pembentukan opini masyarakat Desa Muliorejo terhadap pemberitaan kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi Massa dan Opini Publik. Metodologi dalam penelitian ini adalah studi analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat Lingkungan XIII Desa Muliorejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Arikunto, yang mengatakan jika jumlah populasi hanya berkisar 100 orang ke bawah maka sebaiknya metode jumlah sampel adalah jumlah keseluruhan populasi, namun jika subjeknya besar maka diambil antara 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yakni studi kepustakaan dan studi lapangan. Hasil penelitian ini adalah televisi memiliki peranan penting dalam penyebarluasan berita mengenai kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba. Televisi berperan dalam proses pembentukan opini masyarakat terhadap pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba. Televisi memperkuat pernyataan narasumber dalam menanggapi kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba, dan dalam memperkuat pernyataan narasumber televisi sudah sesuai dengan data dan fakta yang ada di lapangan.


(17)

ABSTRACT

This thesis contains research on the role of television in formation of Public Opinion (Analysis Descriptive Study Role of Television In Public Opinion Formation Muliorejo Village Deli Serdang District of Sunggal towards Coverage Policy Joko Widodo President Punish The Drug Dealers Dead). This study focused on examining the role of television as an information function, mediation function, and the function of amplification, in the formation of public opinion Muliorejo village against the policies of President Jowo Widodo news executing drug dealers. The purpose of this study was to describe the role of television as an information function, mediation function, and the function of amplification in the formation of public opinion to the preaching Muliorejo Village, President Joko Widodo policy executing drug dealers. The theory used in this research is the Theory of Mass Communication and Public Opinion. The methodology in this research is descriptive analysis study using a quantitative approach. Population in this research is the Environmental Society XIII Muliorejo Village, District Sunggal, Deli Serdang. Sampling method in this study using a formula Arikunto, who said that if the total population of only about 100 people down then it should be the method the number of samples is the total population, but if the subject is large then taken between 10-15% or 20-25% of the population , Data collection techniques used in this study in two ways, namely literature studies and field studies. Results of this study are television have an important role in the dissemination of news about the policies of President Jokowi executing drug dealers. Television plays a role in the formation of public opinion against the policy of President Jokowi news about executing drug dealers. Television strengthen resource statement in response to the policies of President Jokowi executing drug dealers, and in strengthening the television speakers statement is in conformity with the data and facts on the ground.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Opini adalah pendapat, ide, atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan tertentu terhadap perspektif dan ideologi yang bersifat kontroversial. Publik adalah kelompok yang tidak merupakan kesatuan, yang menaruh perhatian terhadap masalah yang sama dengan melakukan interaksi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi. Alat-alat komunikasi yang digunakan dapat berupa, surat kabar, radio, televisi, ataupun pembicaraan-pembicaraan pribadi yang berantai.

Istilah opini publik diserap secara utuh dari bahasa Inggris public opinion, yang kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Ilmu komunikasi mendefinisikan opini publik sebagai pertukaran informasi yang membentuk sikap, menentukan isu dalam masyarakat dan dinyatakan secara terbuka. Opini publik sebagai komunikasi mengenai soal-soal tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau cara tertentu kepada orang tertentu akan membawa efek tertentu pula.

Pembentukan opini publik sangat bergantung pada proses komunikasi. Masyarakat memperoleh pengetahuan atau informasi tentang persoalan yang terjadi di masyarakat melalui media komunikasi, salah satunya adalah melalui media massa. Masalah sekecil apapun bisa berkembang dengan cepat karena pemberitaan melalui media massa.

Opini publik memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat yang demokratis. Demokrasi diyakini oleh sebagian besar negara di dunia sebagai tolak ukur dari keabsahan politik. Keyakinan bahwa kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintah menjadi basis bagi tegak kokohnya sistem politik demokrasi. Tidak ada negara yang ingin dikatakan sebagai negara yang tidak demokratis atau negara otoriter.


(19)

Hubungan antara opini publik dan kebijakan pemerintah merupakan suatu hal yang biasa dalam masyarakat demokratis. Sebagai salah satu negara demokrasi, Pemerintah Indonesia sudah seharusnya tanggap terhadap opini publik, baik yang pro maupun kontra terhadap pemerintah. Melalui opini publik, masyarakat dapat menyampaikan pendapatnya mengenai kebijakan pemerintah secara bebas. Opini publik terhadap kebijakan pemerintahmencakup cara, apa yang dipikirkan rakyat berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Keberhasilan seorang pemimpin dapat diketahui dari opini publik yang terbentuk, namun pemimpin harus tetap waspada karena opini publik itu bukanlah fakta, yang belum tentu benar.

Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Subjek opini publik adalah masalah baru yang bersifat kontroversial. Unsur-unsur opini publik adalah pernyataan yang kontroversial mengenai suatu hal yang bertentangan, dan reaksi pertama/gagasan baru. Media dalam hal ini benar-benar mempunyai peranan yang sangat besar dalam membangun opini publik yang benar-benar objektif. Opini yang berkembang di masyarakat akan berubah menjadi sikap dan mentalitas dari masyarakat itu sendiri.

Semakin pentingnya peran media dalam pembentukan opini publik tidak terlepas dari pesatnya peningkatan teknologi informasi dan komunikasi. Televisi, sebagai salah satu bentuk media massa, menjadi ikon pembentuk konstruksi sosial. Televisi juga berperan dalam membentuk kuasa kebenaran dalam realitas sosial. Norma-norma kehidupan cenderung dipegang oleh media massa, termasuk televisi. Budaya menonton yang tinggi pada masyarakat Indonesia mengakibatkan mereka hampir tidak dapat lagi melepaskan diri dari pemberitaan di televisi. Hal itu disebabkan televisi sebagai salah satu media massa yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan media lainnya.

Saat ini terdapat 13 stasiun televisi nasional di Indonesia, yaitu Indosiar, MNC TV, ANTV, RCTI, SCTV, Metro TV, Global TV, Trans TV, TV ONE, Trans7, Net TV, TVRI, dan RTV. Beragam peristiwa dan informasi yang sampai kepada masyarakat melalui pemberitaan di televisi tidak terlepas dari peranan media itu dalam hubungannya dengan penyajian informasi dan cara media


(20)

menginterpretasi suatu kejadian. Satu berita yang sampai kepada masyarakat akan memiliki banyak penafsiran dan tanggapan bergantung pada gaya bahasa (penyajian) dan cara penyampaiannya. Penyajian berita biasanya dibuat dengan gaya bahasa hiperbola untuk menarik minat pembaca berita, dan mungkin juga berita yang disajikan berasal dari opini atau subyektivitas penulis berita, tergantung pada kepentingan yang melatari pembuat berita mengenai fakta yang akan ia tuangkan di dalamnya.

Berita yang saat ini lagi hangat diperbincangkan oleh media dan juga masyarakat salah satunya adalah tentang kebijakan Presiden RI, Joko Widodo,

yang memberikan “Hukuman Mati Bagi Produsen dan Pengedar Narkoba“.

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, atau yang lebih akrab disapa Jokowi, menyatakan akan memberlakukan hukuman mati bagi siapapun yang mengedarkan narkoba di Indonesia. Presiden Jokowi tampak tidak main-main dengan keputusannya ini, hal ini terlihat ketika ia menolak permohonan grasi yang diajukan oleh 64 terpidana mati kasus narkoba (http://www.kompas.com)

Presiden Jokowi menyatakan bahwa kesalahan itu sulit untuk dimaafkan, karena mereka yang terpidana mati pada umumnya adalah para bandar besar yang demi keuntungan pribadi dan kelompoknya telah merusak masa depan generasi penerus bangsa. Presiden menjelaskan saat ini sedikitnya 4,5 juta masyarakat Indonesia telah menjadi pemakai narkoba, dari jumlah itu 1,2 juta jiwa sudah tidak bisa direhabilitasi, dan 50 orang setiap harinya meninggal dunia karena narkoba. Penolakan permohonan grasi itu, menurut Presiden Jokowi, sangat penting untuk menjadi pembelajaran bagi para Bandar, pengedar, bahkan pengguna (http://www.harianterbit.com).

Pemberitaan di televisi mengenai kebijakan Presiden tersebut menjadi perbincangan di masyarakat. Kebijakan Presiden Jokowi mengenai hukuman mati bagi pengedar narkoba dianggap kontroversial, karena menimbulkan pro dan kontra. Banyak masyarakat menyatakan setuju atas kebijakan tersebut, namun tidak sedikit pula yang menyatakan tidak setuju atas kebijakan tersebut, terlebih setelah beberapa negara asal terpidana hukuman mati menyatakan keberatan atas kebijakan Presiden Jokowi.


(21)

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menjadi salah satu kelompok yang mengkritik keputusan Presiden Jokowi. Koordinator Kontras, Haris Azhar mengatakan Jokowi tidak mengerti HAM. Haris menilai, hukuman mati bukan cara yang tepat untuk menghukum terpidana kasus narkoba, karena berpotensi melakukan pelanggaran HAM, dan dianggap belum tentu menimbulkan efek jera bagi para Bandar atau Pengedar. Kebijakan tersebut juga dianggap dapat merusak hubungan multilateral antara Indonesia dengan Negara-negara asal Terpidana Mati tersebut, seperti Brazil dan Australia yang dengan keras mengutuk kebijakan Presiden Jokowi (http://www.republika.co.id). Di lain sisi salah satu tokoh masyarakat lainnya, yakni Ketua PBNU, Said Aqil Siradj justru berpendapat sebaliknya. Said mendukung Pemerintah melakukan hukuman mati terhadap Gembong Narkoba. Said menjelaskan bahwa mengenai hukuman mati ke pengedar, NU mendukung sepenuhnya kebijakan pemerintah, karena sudah sesuai dengan Al Quran (http://www.detik.com).

Desa Muliorejo merupakan salah satu desa di kecamatan Sunggal dengan jumlah penduduk yang padat dengan latar belakang dan tingkatan masyarakat yang beragam. Selain jumlah penduduknya yang padat dan beragam, alasan peneliti memilih desa ini karena desa ini terletak tidak jauh dari daerah Jalan Medan-Binjai KM 16, dimana daerah ini dikenal sebagai salah satu tempat peredaran narkoba, bahkan sering disebut sebagai Kampung Kubur kedua (Kampung Kubur adalah tempat peredaran besar Narkoba terbesar yang terkenal di Kota Medan, terletak di sekitar Jln. Mangkubumi). Dengan jarak yang dekat dari tempat peredaran narkoba, tentu Desa Muliorejo telah menjadi salah satu tempat tujuan diedarkannya barang haram tersebut, terlebih mengingat besarnya jumlah warga, terutama yang terdiri dari remaja dan orang dewasa di Desa ini. Keadaan ini tentu membuat resah penduduk, terutama para orang tua yang tinggal di desa Muliorejo, yang khawatir akan pergaulan dari anak-anak mereka. Dengan alasan-alasan tersebut, peneliti merasa Desa Muliorejo sangat layak untuk dijadikan objek dari penelitian ini, yang mengangkat tentang opini masyarakat terkait kebijakan Presiden RI menghukum mati pengedar narkoba.


(22)

Desa Muliorejo terdiri dari 21 dusun, dan peneliti memilih masyarakat di dusun XIII Desa Muliorejo, kecamatan Sunggal yang terletak di Kabupaten Deli Serdang sebagai populasi penelitian. Alasan peneliti memilih dusun XIII adalah karena masyarakat di lingkungan ini merupakan lingkungan dengan jumlah Kepala Keluarga terbanyak di Desa Muliorejo, kecamatan Sunggal dan memiliki tingkat heterogenitas yang paling tinggi dari dusun-dusun lainnya, sehingga peneliti merasa opini yang terbentuk dari masyarakat di lingkungan ini dapat mewakili opini dari masyarakat Indonesia yang majemuk.

Opini publik yang terbentuk di masyarakat lingkungan tersebut mengenai kebijakan Presiden Jokowi ini tentu dipengaruhi oleh fungsi dari media massa yang mereka gunakan. Penyampaian berita yang beragam di televisi tentu akan memberikan dampak yang berbeda kepada khalayak yang mengkonsumsi pemberitaan tersebut dalam membentuk opini. Hal itu dapat disebabkan oleh kebijakan yang ada pada masing-masing stasiun televisi dan juga objektivitas pemberitaan yang disampaikan. Saat ini, kebijakan pemerintah tentang kasus narkoba yang menimbulkan pro dan kontra ini menjadi salah satu pemberitaan yang paling sering muncul dan menjadi topik pembicaraan di media massa, salah satunya televisi.

Ketentuan mengenai hukuman penyalahgunaan Narkoba (Narkotika dan Psikotropika) sendiri sebenarnya telah diatur dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009.Undang-undang tersebut sudah menjelaskan secara rinci tentang hukuman bagi para penyalahguna Narkoba (Narkotika dan Psikotropika), baik itu pengedar maupun pemakai. Di samping itu, Presiden juga memiliki hak untuk memberikan pengurangan hukuman, pengampunan, atau bahkan pembebasan hukuman sama sekali bagi setiap terpidana, yang disebut dengan grasi.

Banyaknya opini yang berkembang di masyarakat mengenai kebijakan Presiden Jokowi untuk menghukum mati setiap pengedar narkoba dan menolak grasi yang diajukan setiap terpidana mati kasus narkoba menjadikan hal ini penting dan menarik untuk diteliti. Kebijakan Presiden mengenai kasus narkoba yang menjadi perbincangan dan menimbulkan pro dan kontra di masyarakat tentu akan menghasilkan opini yang beragam dan menarik dari masyarakat, sehingga


(23)

menjadikan hal tersebut layak dan penting untuk diteliti. Opini yang terbentuk di masyarakat terhadap suatu pemberitaan tentunya mempunyai dasar, yaitu hal-hal yang berperan di dalamnya. Sebagai salah satu media massa, televisi menjadi salah satu tempat memperoleh informasi di masyarakat. Televisi sendiri disebut-sebut memiliki peranan dalam proses pembentukan opini masyarakat yang menonton suatu pemberitaan di dalamnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti masalah ini

dengan judul penelitian “Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi

Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Mengenai Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar

Narkoba).”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-pernyataan yang ingin dicarikan jawabannya. Dapat juga dikatakan bahwa perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Pohan dkk, 2012 : 12).

Adapun rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah

“Bagaimana peran televisi sebagai fungsi informasi, fungsi mediasi, dan fungsi amplifikasi dalam pembentukan opini masyarakat Desa Muliorejo terhadap pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba?”


(24)

1.3 Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, dan supaya tidak terjadi ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, dimana dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah agar menjadi jelas.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini fokus untuk meneliti peran televisi sebagai fungsi informasi, fungsi mediasi, dan fungsi amplifikasi dalam pembentukan opini masyarakat Desa Muliorejo terhadap pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba.

2. Responden dalam penelitian ini adalah Masyarakat Dusun XIII Desa Mulio Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang (usia 17-50 tahun) dan setiap rumah tangga diwakili oleh satu sampel.

3. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2015 - selesai.

1.4 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh peneliti, demikian pula dengan penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan peran televisi sebagai fungsi informasi, fungsi mediasi, dan fungsi amplifikasi dalam pembentukan opini masyarakat Desa Muliorejo terhadap pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Akademis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan Ilmu Komunikasi, khususnya dalam penelitian mengenai pembentukan opini publik.


(25)

2. Secara Teoritis, Peneliti dapat menerapkan ilmu yang didapat selama menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta menambah cakrawala dan wawasan peneliti mengenai pembentukan opini publik.

3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi siapa saja yang membutuhkan informasi mengenai pembentukan opini publik.


(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Teori harus dipahami oleh setiap peneliti, karena dengan teori peneliti mampu memahami, menjelaskan, dan memprediksi suatu fenomena atau masalah yang sedang diteliti.Suwardi Lubis menjelaskan bahwa kerangka teori menggambarkan darimana suatu masalah riset berasal, atau dengan teori mana masalah itu dikaitkan. Dalam kerangka teori diuraikan tentang pengaliran jalan pikiran menurut kerangka logis, atau menurut logical construct (Lubis, 1998 : 95).

Jadi kerangka teori disusun berdasarkan pemikiran logis atau berlandaskan akal sehat yang menjelaskan variabel dan keterhubungan antara variabel-variabel yang dianggap secara integral menyatukan dinamika dari situasi-situasi yang diselidiki (Silalahi, 2009 : 95). Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah :

2.1.1 Media Massa

Media massa merupakan salah satu alat dalam proses komunikasi massa, karena media massa mampu menjangkau khalayak yang lebih luas dan relatif lebih banyak, heterogen, anonim, pesannya bersifat abstrak dan terpencar. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi massa sering dipahami sebagai perangkat-perangkat yang diorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan pada situasi yang berjarak kepada khalayak luas dalam waktu yang relatif singkat (McQuail, 2000:17). Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal (Bungin, 2006:7).

Perkembangan media massa tidak terlepas dari ilmu komunikasi yang pada intinya bertujuan untuk menyampaikan pesan karena pada dasarnya media massa berfungsi menyampaikan pesan kepada masyarakat luas. Sejarah perjalanan media massa di Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut peran media massa. Hal ini terjadi karena media massa sebagai bagian dari subsistem


(27)

komunikasi Indonesia dalam sistem sosial Indonesia, akan dipengaruhi oleh subsistem social lainnya, termasuk ideologi, politik dan pemerintahan negara dimana media massa itu berada.

Secara garis besar media massa merupakan "kekuatan keempat" (The Fourth Estate) dalam menjalankan kontrol sosial terhadap masyarakat setelah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Media massa terbagi dua, yakni: media cetak dan elektronik. Media cetak meliputi, surat kabar, majalah, tabloid, buku newsletter, dan buletin. Sedangkan media elektronik meliputi radio, televisi, internet, dan film. Media massa memiliki fungsi-fungsi, yakni menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi.

2.1.1.1 Pengertian Media Massa

Media massa pada awalnya dikenal dengan istilah pers yang berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harafiah pers berarti cetak, dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara tercetak (print publications). Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian sempit dan pers dalam pengertian luas. Pers dalam arti luas adalah meliputi segala penerbitan, termasuk media massa elektronika, radio siaran dan televisi siaran, sedangkan pers dalam arti sempit hanya terbatas pada media massa cetak, yakni surat kabar, majalah dan buletin kantor berita (Onong 2002:145).

Di Indonesia, kedudukan pers diatur dalam Undang-Undang Pers No.40 tahun 1999. Dalam pasal 1 UU tersebut, pers didefinisikan sebagai lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.


(28)

Media massa merupakan salah satu alat dalam proses komunikasi massa, karena media massa mampu menjangkau khalayak yang lebih luas dan relatif lebih banyak, heterogen, anonim, pesannya bersifat abstrak dan terpencar. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi massa sering dipahami sebagai perangkat-perangkat yang diorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan pada situasi yang berjarak kepada khalayak luas dalam waktu yang relatif singkat (McQuail, 2000:17). Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal (Bungin, 2006:7).

Media massa merupakan media informasi yang terkait dengan masyarakat, digunakan untuk berhubungan dengan khalayak (masyarakat) secara umum, dikelola secara profesional dan bertujuan mencari keuntungan (Mondry, 2008: 12). Menurut Bungin (2008: 85), media massa merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Secara umum, media massa diartikan sebagai alat-alat komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audiens dalam jumlah yang luas dan heterogen (Nurudin, 2004: 3).

2.1.1.2 Jenis Media Massa

Mengingat kedudukan media massa dalam perkembangan masyarakat sangatlah penting, maka industri media massa pun berkembang pesat saat ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya stasiun televisi, stasiun radio, perusahaan media cetak, baik itu surat kabar, majalah, dan media cetak lainnya. Para pengusaha merasa diuntungkan dengan mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang media massa seperti itu. Hal itu disebabkan karena mengelola perusahaan dengan jenis spesifikasi mengelola media massa adalah usaha yang akan selalu digemari masyarakat sepanjang masa, karena sampai kapanpun manusia akan selalu haus akan informasi.

Adapun bentuk media massa antara lain media elektronik (radio, televisi), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, film dan internet (Bungin,


(29)

2008:85). Media massa dalam konteks jurnalistik pada dasarnya terbatas pada tiga jenis media (Yunus, 2010: 27), yaitu :

1. Media cetak, yang terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah, buletin/jurnal dan sebagainya.

2. Media elektronik, yang terdiri dari radio dan televisi.

3. Media online, yaitu media internet seperti website, blog dan lain sebagainya.

2.1.1.3 Kekuatan Media Massa

Media massa diyakini mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Bahkan media massa bisa mengarahkan masyarakat seperti apa yang akan dibentuk di masa yang akan datang. Media massa mampu mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi kehidupan di masa kini dan masa mendatang (Nurudin, 2005:59).

Denis McQuail (1987) menggambarkan bahwa media massa memiliki sumber kekuatan sebagai alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya, dan media juga seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma.

Pengaruh yang besar terhadap massa (dapat membentuk opini publik), membuat media massa disebut sebagai "kekuatan keempat" (The Fourth Estate) setelah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Bahkan karena idealisme dengan fungsi sosial kontrolnya, media massa disebut-sebut sebagai "musuh alami" penguasa. (Romly, 2002:5).


(30)

2.1.1.4 Fungsi Media Massa

Dalam buku Media Relations: Sarana Membangun Reputasi Organisasi, dijabarkan fungsi-fungsi media massa secara universal (Wardhani 2008:25), yakni sebagai berikut:

1. Fungsi menyiarkan informasi (to inform). Penyampai informasi yang berkaitan dengan peristiwa, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain atau special event. Pesan yang informative adalah pesan yang bersifat baru (actual) berupa data, gambar, fakta, opini dan komentar yang memberikan pemahaman baru/penambahan wawasan terhadap sesuatu.

2. Fungsi mendidik (to educate). Media massa mendidik dengan menyampaikan pengetahuan dalam bentuk tajuk, artikel, laporan khusus, atau cerita yang memiliki misi pendidikan. Berfungsi mendidik apabila pesannya dapat menambah pengembanga intelektual,pembentukan watak,penambahan keterampilan/kemahiran bagi khalayaknya serta mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat.

3. Fungsi menghibur (to entertain), yakni memerikan pesan yang bisa menghilangkan ketegangan pikiran masyarakat dalam bentuk berita, cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, sinetron, drama, musik, tari, dan lainnya. Berfungsi menghibur apabila kahlayak bisa terhibur atau dapat mengurangi ketegangan, kelelahan dan bisa lebih santai.

4. Fungsi mempengaruhi (to influence). Fungsi mempengaruhi pendapat, pikiran dan bahkan perilaku masyarakat inilah yang merupakan hal paling penting dalam kehidupan masyarakat. Karena itulah, media yang memiliki kemandirian (independent) akan mampu bersuara atau berpendapat, dan bebas melakukan pengawasan social (social control).

2.1.1.5 Unsur-unsur dan Karakteristik Media Massa

Menurut Djafar H. Assegaf (1991), media massa memiliki 5 ciri :

1. Komunikasi yang terjadi dalam media massa bersifat searah dimana komunikasi tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung kepada komunikatornya yang biasa disebut dengan tanggapan yang tertunda.


(31)

2. Media massa menyajikan rangkaian/aneka pilihan materi yang luas bervariasi.

3. Media massa dapat menjangkau sejumlah besar khlayak.

4. Media massa menyajikan materi yang dapat mencapai tingkat intelek rata-rata.

5. Media massa diselenggarakan oleh lembaga masyarakat atau organisasi yang terstrutur.

Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik tertentu. Menurut Prakosa (2006:39) secara umum karakteristik media massa itu meliputi :

1. Publisitas, disebarkan kepada khalayak. 2. Universalitas, kesannya bersifat umum. 3. Perioditas, tetap atau berkala.

4. Kontinuitas, berkesinambungan.

5. Aktulitas, berisi hal-hal baru (Romly, 2002:5-6).

Karakteristik media massa menurut cangara (2006) antara lain :

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyakorang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelola, sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi/umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,

karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.

4. Memakai perantara teknis atau mekanis, seperti radio, televise, surat kabar dan semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.


(32)

Pemberitaan dalam media massa merupakan elemen yang paling penting dalam komunikasi massa. Inti dari komunikasi adalah proses penyampaian pesan yaitu berupa sebuah informasi (berita). Pemberitaan yang baik adalah pemberitaan yang memenuhi unsure 5 W dan 1 H, yaitu What (peristiwa apa yang terjadi), When (kapan peristiwa itu terjadi), Where (di mana peristiwa itu terjadi), Who (siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut), Why (mengapa peristiwa tersebut terjadi), dan How (bagaimana peristiwa tersebut terjadi). (Junaedi, 2007:21-22).

2.1.1.6 Peran Media Massa

Media massa merupakan salah satu sarana untuk pengembangan kebudayaan, bukan hanya budaya dalam pengertian seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata-cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. (Dennis McQuail, 1987:1). Media massa sangat berperan dalam perkembangan atau bahkan perubahan pola tingkah laku dari suatu masyarakat, oleh karena itu kedudukan media massa dalam masyarakat sangatlah penting. Dengan adanya media massa, masyarakat yang tadinya dapat dikatakan tidak beradab dapat menjadi masyarakat yang beradab. Hal itu disebabkan, oleh karena media massa mempunyai jaringan yang luas dan bersifat massal sehingga masyarakat yang membaca tidak hanya orang per orang tapi sudah mencakup jumlah puluhan, ratusan, bahkan ribuan pembaca, sehingga pengaruh media massa akan sangat terlihat di permukaan masyarakat.

Informasi yang disampaikan di media massa pada umumnya dinilai masyarakat memiliki kredibilitas yang tinggi, sehinga apa yang diungkapkan dianggap suatu kebenaran yang ada di masyarakat. Informasi tersebut juga mampu mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku manusia. Karena itu media massa dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan pesan atau aspirasi (termasuk di dalamnya pendapat juga kritik) dari berbagai pihak, pemerintah, masyarakat dan termasuk organisasi. (Wardhani 2008:7)


(33)

Informasi yang disampaikan media massa megenai seseorang, organisasi atau peristiwa dinilai lebih obyektif, karena informasi yang dapat dipublikasikan harus memenuhi sejumlah persyaratan tertentu yagn cukup ketat. Misalnya informasi tersebut haruslah menarik perhatian khalayak luas, khususnya khalayak media itu sendiri. Menarik perhatian khalayak karena informasinya baru diketahui, karena keunikan, keluarbiasaan, karena penting bagi mereka dan sejumlah daya tarik lainnya. (Wardhani 2008:8)

Dalam menjalankan paradigmanya sebagai institusi pelopor perubahan, media massa memiliki peran (Bungin, 2008: 85):

1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat 2. Menjadi media informasi

3. Sebagai media hiburan.

Media merupakan sarana bagi komunikasi dalam menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak. Hal ini menunjukan media massa merupakan sebuah institusi yang penting bagi masyarakat. Asumsi ini didukung oleh McQuail dengan mengemukakan pemikirannya tentang media massa :

1. Media merupakan indrustri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa, serta menghidupkan indrustri lain yang terkait, media juga merupakan indrustri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya, di lain pihak,institusi diatur olah masyarakat.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat di dayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.

3. Media merupakan lokasi atau forum yang semakin berperan, untuk menampilkan pristiwa-pristiwa kehidupan masyarakat, baik bertaraf nasional maupun internasional.


(34)

4. Media sering sekali sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalm pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.

5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normayif yang diburkan dengan berita dan hiburan (McQuail (1987:83).

2.1.2 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa 2.1.2.1 Pengertian Televisi

Televisi sebagai media komunikasi massa berasal dari dua suku kata yaitu tele yang berarti jarak dalam bahasa yunani dan visi yang berarti citra atau gambar

dalam bahasa latin. Jadi kata “televisi” berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh (Olii, 2007: 69).

2.1.2.2 Sejarah Televisi di Indonesia

Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. Pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi TPI yang merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan RCTI, SCTV, Indosiar dan ANTV. Sejak tahun 2000, muncul hampir serentak lima stasiun televis swasta baru (Metro TV, Trans TV, Trans7, TV One dan Global TV) dan banyak televisi lokal (Morrisan, 2004: 3).


(35)

2.1.2.3 Karakteristik Televisi Sebagai Media Massa

Televisi dapat dikatakan sebagai media komunikasi massa yang dapat dimiliki oleh masyarakat dibandingkan media massa lainnya. Dengan model audio visual yang dimilikinya, siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesan. Karena itulah televisi bermanfaat sebagai upaya pembentukan sifat, perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir (Effendy, 2005: 21).

Televisi sebagai media audiovisual memiliki beberapa sifat diantara lain (Morrisan, 2004:5) :

1. Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran

2. Dapat dilihat dan didengar kembali, bila ditayangkan kembali 3. Daya rangsang tinggi

4. Elektris 5. Sangat mahal 6. Daya jangkau luas

Televisi memiliki beberapa karakteristik (Ardianto, 2004: 128), sebagai berikut :

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dilihat (audiovisual).

2. Berpikir dalam gambar

Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Tahap kedua adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga mengandung makna tertentu

4. Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara


(36)

siaran berita saja dapat melibatkan 10 orang lebih. Peralatan yang digunakan juga lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Itulah sebabnya, televisi menjadi lebih mahal daripada media lain, seperti surat kabar, majalah dan radio siaran.

2.1.3 Pemberitaan

2.1.3.1 Pengertian Pemberitaan

Dalam buku Here’s The News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer (Olii, 2007: 27), berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru, penting dan bermakna (signifikan), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Walter Lippman (McQuail, 1996: 190) memfokuskan hakikat berita pada proses pengumpulan

berita, yang dipandang sebagai upaya menemukan “isyarat jelas yang objektif

yang memberartikan suatu peristiwa.”

Defenisi lain dari berita, menurut James A. Wollert (Sumadiria, 2005: 64) adalah berita merupakan apa saja yang ingin dan perlu diketahui oleh orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat. Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa saja yang mereka butuhkan. Sedangkan menurut Assegaf (Mondry, 2008: 83), berita merupakan informasi yang menarik perhatian masyarakat yang disusun sedemikian rupa dan disebarluaskan secepatnya, sesuai periodisasi media.

Dalam kerja media, peristiwa tidak dapat langsung disebut sebagai berita, tetapi dia harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut mempunyai nilai berita. Nilai berita tersebut menyediakan standar dan ukuran bagi wartawan sebagai pedoman kerja dari praktik jurnalistik. Sebuah berita yang mempunyai unsur nilai berita paling tinggi memungkinkan untuk ditempatkan dalam headline, sedangkan berita yang tidak mempunyai unsur nilai berita atau setidaknya tidak berdampak besar akan dibuang. Penentuan nilai berita ini merupakan prosedur pertama bagaimana peristiwa dikonstruksi (Eriyanto, 2001: 104).


(37)

2.1.3.2 Unsur-unsur Pemberitaan

Terdapat beberapa unsur berita yang terkait dengan nilai berita (Mondry, 2008: 141) :

1. Akurat

Suatu berita harus ditulis dengan cermat, baik data seperti angka dan nama maupun pernyataan.

2. Lengkap

Penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu informasinya dengan benar, tetapi bukan berarti menulis berita harus dipanjang-panjangkan karena itu tidak efisien.

3. Kronologis

Berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa agar urutannya jelas dan lancar, tidak membingungkan pembaca.

4. Magnitude (daya tarik)

Berita harus ditulis dengan mempertimbangkan daya tariknya.Bila daya tarik informasi yang diperoleh tidak ada, informasi itu tidak layak dijadikan berita.

5. Balance (berimbang)

Penulisan berita harus balance. Artinya, dalam menulis berita tidak boleh ada pemihakan bila terdapat pihak yang berbeda.

2.1.3.3 Penilaian Terhadap Kualitas Pemberitaan

Penilaian terhadap kualitas pemberitaan di televisi dapat ditinjau dari beberapa hal. Denis McQuail (Morrisan, 2010: 62) mengajukan suatu kerangka kerja dalam memberikan penilaian terhadap kualitas pemberitaan di televisi, yaitu:

1. Kebebasan media

Kebebasan media mengacu pada hak-hak untuk menyatakan sesuatu secara bebas dan kebebasan dalam membentuk opini. Dalam mewujudkan kebebasan media harus terdapat akses bagi masyarakat menuju ke berbagai saluran informasi dan juga kesempatan untuk menerima berbagai jenis informasi. Dalam hal ini, kebebasan komunikasi memiliki dua aspek,


(38)

yaitu media dalam pemberitaannya harus dapat menyajikan informasi yang mewakili berbagai suara atau pandangan yang beragam dan memberikan tanggapan terhadap berbagai keinginan atau kebutuhan yang beragam. Menurut McQuail (Morissan, 2010: 63), beberapa kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kebebasan media adalah sebagai berikut:

a. Tidak adanya praktik sensor, perizinan atau berbagai bentuk kontrol oleh pemerintah sehingga tidak menghambat hak masyarakat untuk menerbitkan atau menyebarluaskan berita dan opini serta tidak adanya kewajiban untuk mempublikasikan sesuatu yang tidak dikehendaki untuk dipublikasikan.

b. Hak yang sama bagi seluruh masyarakat untuk menerima secara bebas dan mendapatkan akses ke sumber-sumber berita, opini, pendidikan dan budaya.

c. Kebebasan bagi media untuk memperoleh informasi dari sumber-sumber yang relevan. Dalam arti, sumber-sumber-sumber-sumber yang relevan juga punya hak untuk menolak.

d. Tidak ada pengaruh tersembunyi dari pemilik media atau pemasang iklan dalam hal pemilihan berita atau opini.

e. Kebijakan redaksi berita yang aktif dan kritis dalam menyampaikan berita dan opini.

2. Keragaman berita

Prinsip keragaman berita (diversity) adalah upaya media untuk menyajikan berita yang lengkap dengan menggunakan prinsip keadilan atau (fairness). Media harus menyajikan berita secara proporsional, berdasarkan topik -topik yang relevan bagi masyarakat atau dengan kata lain, pemberitaan di televisi harus mampu mencerminkan keragaman kebutuhan atau minat audiens terhadap berita. Keragaman berita dapat dinilai berdasarkan empat kriteria:

a. Media dalam menyajikan isi berita harus mampu menyajikan keragaman realitas sosial, ekonomi dan budaya dalam masyarakat secara proporsional.


(39)

b. Media dalam menyebarkan berita harus mampu memberitakan kesempatan yang lebih kurang sama terhadap berbagai pandangan dalam masyarakat, termasuk pihak minoritas dalam masyarakat. c. Media harus bisa berfungsi sebagai forum bagi berbagai pandangan

dan kepentingan yang berbeda dalam masayarakat.

d. Media harus mampu menyajikan pilihan berita yang relevan pada waktu tertentu (dalam hal adanya peristiwa besar) dan juga keragaman berita pada waktu lainnya.

3. Gambaran Realitas

Berita yang mengandung bias pada akhirnya akan menjadi berita bohong atau propaganda sebagaimana sebuah cerita fiksi. Beberapa ciri berita yang mengandung bias, antara lain sebagai berikut:

a. Media memberikan terlalu memberikan banyak waktu untuk menyampaikan pandangan pejabat dan kalangan elit masyarakat saja.

b. Berita luar negeri hanya terfokus pada negara-negara kaya saja. c. Media menyampaikan pandangan yang mengandung bias karena

cara pandang yang sempit terhadap nasionalisme atau kesukuan. d. Berita terlalu mengutamakan nilai-nilai yang terlalu mendukung

peran pria atau sebaliknya.

e. Kepentingan kelompok minoritas diabaikan atau dipinggirkan. f. Terlalu berlebihan dalam menyajikan berita kriminal dan

mengabaikan realitas sesungguhnya di masyarakat. 4. Objektivitas Berita

Salah satu konsep penting dalam menilai kualitas suatu berita adalah sifat objektif berita tersebut. Westerstahl dalam penelitiannya di Swedia mengemukakan pemberitaan yang objektif harus memiliki dua kriteria (Morissan, 2010: 64), yaitu:

1. Faktualitas

Sifat faktual (faktualitas) mengacu pada bentuk laporan berupa peristiwa atau pernyataan yang dapat diperiksa kebenarannya kepada narasumber berita dan dapat membedakan dengan jelas


(40)

antara fakta dan komentar. Sifat faktualitas suatu berita mencakup keseimbangan, informatif dan netralitas

2. Tidak Berpihak

Media harus memiliki sikap tidak memihak dengan cara, antara lain menjaga jarak dan bersikap netral dengan objek pemberitaan. Sikap ketidakberpihakan suatu media terdiri dari kebenaran dan relevan. Pemberitaan di media massa memiliki hubungan yang kuat dengan opini publik. Masyarakat memperoleh informasi melalui pemberitaan di media massa. Pengetahuan yang diperoleh dari media massa, menjadi bahan pembicaraan diantara mereka. Ada kalanya mereka mengembangkan gagasan itu untuk dijadikan bahan diskusi. Inilah yang menjadi langkah awal terbentuknya opini publik.

2.1.4 Opini Publik

2.1.4.1 Sejarah Opini Publik

Public Opinion dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan

“pendapat umum“, dengan demikian public diterjemahkan dengan “umum“ sedangkan opinion dialih bahasakan dengan “pendapat“. Dalam Ilmu Komunikasi terdapat istilah lain yaitu public relations yang umumnya diterjemahkan dengan

“hubungan masyarakat“, dalam hal ini public diterjemahkan dengan

“masyarakat“, sedangkan relations diterjemahkan dengan “hubungan“ (Sunarjo, 1984 :22).

Adapun cara mengetahui adanya opini publik, dapat diketahui pada tahun 1963, Indonesia berkonfrontasi dengan Belanda mengenai Irian Barat. Di radio, surat kabar, rapat-rapat umum, pidato-pidato, ceramah-ceramah dan lain-lain orang membicarakan tentang Irian Barat. Pada umumnya pembicara-pembicara itu cenderung kepada pendapat bahwa Irian Barat adalah milik pemerintah Indonesia, oleh karena itu bangsa Indonesia wajib merebutnya kembali, dan hal inilah yang menjadikan bahwa pendapat-pendapat itu sangatlah penting


(41)

dikarenakan dapat mengambil suatu keputusan bersama. Gejala demikian biasanya disebut public opinion atau opini publik.

Adapun dari gejala tersebut diatas, dapat diketahui bahwa adanya pengertian tentang pendapat itu sama dengan opinion, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan.

2. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat. 3. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

Dari awal abad ke-17 sampai dengan abad ke-19, terdapat paham liberalisme, yaitu kemerdekaan mengeluarkan pendapat adalah demi kebenaran, atau kebebasan akan membantu orang dalam menemukan kebenaran. Sisa – sisa filsafat liberalisme masih ada, bahkan dipertahankan, sehingga umumnya setiap undang – undang Negara manapun mempunyai pasal tentang kebebasan mengeluarkan opini. Indonesia mempunyai pasal 29 UUD 1945, sedangkan dalam Declaration of Human Right 1948), kebebasan tercantum dalam pasal 19. Kebebasan mengeluarkan opini dipertahankan demi kebenaran (Susanto,1985:2). Beberapa ahli meninjau kebenaran:

1. Coherence theory, antara opini – opini yang dimiliki seseorang harus ada kesesuaian. Hal itu merupakan satu kesatuan bulat. Teori ini merupakan landasan berkembangnya ideologi – ideologi pada abad ke-19, sehingga seakan – akan teori ini hanya membenarkan opini sendiri dan menyalahkan opini orang lain. Dilihat dari ilmu jiwa sosial yang menyalahkan coherence theory ini, ternyata dalam diri manusia terdapat banyak opini dan norma – norma yang bertentangan satu sama lain yang membuatnya tak dapat diramalkan.

2. Correspondence theory,pernyataan manusia harus sesuai kenyataan. Teori ini merupakan landasan filsafat, opini yang menang adalah opini yang benar. Ilmu jiwa sosial banyak digunakan dalam memenangkan opini suatu opini maka kebenaran teori ini disangsikan.

3. Pragmatisme, yang tumbuh pada akhir abad 19 dan disebarkan oleh William James hasil dari penelitian John Dewey di AS. Setelah PD II


(42)

popular kembali, menurutnya pemikiran kebenaran tetap harus dicari, karena orang mudah keliru. Pragmatisme sangat hati – hati menyatakan sesuatu itu benar, jadi teori ini menyatakan semua opini adalah relatif. Pemikiran ini tidak tergolong pragmatisme. Justru pragmatisme sebaliknya berpegang pada prinsip manusia bertanggung jawab atas opini – opininya, karena opini adalah penggerak dari tindakan.

Opini seseorang adalah hasil pengalamannya, yang diajarkan kepadanya. Karena itu pragmatisme sangat menitikberatkan kepada pendidikan dalam mencari kebenaran, harus dapat dibuktikan sebagian benar pada masa lampau, sekarang dan masa depan. Dalam hal ini, pragmatisme menjelaskan pengaruh norma – norma pada manusia yang akan menentukan masa depannya, khusus pikiran individunya. Jika pragmatisme ditinjau dari segi masyarakat, ternyata di dalam masyarakat tidak ada kebenaran yang mutlak bagi individu, karena kebebasan adalah juga hak – hak anggota masyarakat lain.

2.1.4.2 Pengertian Opini Publik

Opini yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu. Menurut Cutlip dan Center (Sastropoetro, 1990 : 41), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda -beda. Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subjek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang yang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertentangkannya (Sunarjo, 1984 : 31).

Pengertian publik menurut Emory. S. Bagardus, adalah sejumlah orang yang dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam sesuatu hal (Sunarjo, 1984 : 20). John Dewey dalam The Publik and its Problem mendefenisikan publik sebagai kelompok individual yang sama-sama terpengaruh oleh suatu tindakan atau gagasan tertentu. Jadi, setiap persoalan, problem, atau


(43)

kepentingan menciptakan publiknya sendiri (Djamaluddin, 1994: 105). Menurut Bernard Berelson dalam tulisannya berjudul “Communication and Public Opinion” (Komunikasi dan Pendapat/Opini Publik) mengemukakan bahwa dengan pendapat publik diartikan people’s response atau jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasional, kebijaksanaan dalam negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar kelompok etnik (Sastropoetro, 1990 : 55).

Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya “Effective Public Relation”, opini publik adalah suatu hasil penyatuan dari pendapat individu-individu tentang masalah umum (Sastropoetro, 1990 : 52). Mariam D. Irish dan James W. Prothro dalam The Politics of American Democracy (1965) memberi defenisi pendapat

umum: “the expression of attitude on a social issue”. Dalam defenisi ini ada tida unsur yaitu : dinyatakan (express), (attitude) sikap, social issue atau masalah masyarakat (Susanto, 1985: 91).

Hennessy menegaskan bahwa, “Pada setiap persoalan yang muncul, opini

publik merupakan kumpulan pandangan yang terukur atau tersimpulkan, yang dipegang oleh orang-orang yang menaruh kepentingan terhadap kepentingan tersebut (Djamaluddin, 1994: 105).

Opini publik diartikan sebagai proses komunikasi mengenai soal-soal tertentu, yang apabila dibawa dalam bentuk tertentu kepada orang-orang tertentu akan memberikan efek tertentu juga. Opini publik tidak bersifat permanen, sering terjadi pergeseran-pergeseran berdimensi jamak karenaterjadi perbedaan penafsiran (persepsi) diantara peserta komunikasi. Setiap kali jaringan komunikasi berubah, maka opini publik juga berubah. Perubahan dalam opini publik disebut

dengan “dinamika komunikasi”, sedangkan substansi opini publik tidak berubah karena ketika proses pembentukan opini publik berlangsung, pengalaman dari peserta komunikasi itu telah terjadi.

Menurut William Albiq, opini publik adalah suatu jumlah dari pendapat individu-individu yang diperoleh melalui perdebatan. Opini publik dapat merupakan suatu mayoritas pendapat, tapi opini publik bukan mayoritas pendapat


(44)

yang dihitung secara “numerik” (menurut jumlah). Mayoritas opini adalah opini

yang dinyatakan atau sedikit-sedikitnya dirasakan oleh lebih dari separuh orang-orang dari suatu kelompok atau suatu lingkungan (Sumarno, 1990: 29).

2.1.4.3 Proses Pembentukan Opini Publik

Ronald D. Smith mengungkapkan, proses pembentukan opini dimulai dari beberapa tingkatan:

1. Awareness, berkaitan dengan kesadaran publik terhadap informasi yang diperoleh.

2. Acceptance, tahap dimana publik merespon secara emosional informasi yang mereka terima.

3. Action, terkait aksi yang akan dimunculkan mengenai suatu informasi. Aksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu opini dan sikap.

Terdapat tiga tahap dalam pembentukan opini publik, yaitu: efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif (Effendy, 2003: 318).

1. Efek kognitf, berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel dan sebagainya.

2. Efek afektif, berkaitan dengan perasaan. Akibat dari pemberitaan di media itu yang akhirnya menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak, dan perasaan ini hanya bergejolak di dalam hati saja.

3. Efek konatif, dimana efek ini berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang memiliki kecenderungan memunculkan sebuah tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung muncul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan harus melalui efek kognitif dan efek afektif terlebih dulu. Dan opini publik merupakan hasil akhir dari proses tersebut dan masuk pada efek konatif.

Bernard Hennessy (Olii, 2007: 40) mengemukakan lima faktor terbentuknya pendapat umum (opini publik):

1. Adanya isu 2. Nature of Publics


(45)

3. Pilihan yang sulit 4. Suatu pernyataan

5. Jumlah orang yang terlibat

Opini dapat dinyatakan melalui perilaku, sikap tindak, mimik muka atau bahasa tubuh (body language) atau berbentuk simbol-simbol tertulis berupa pakaian yang dikenakan, makna sebuah warna. Menurut R.P. Abelson (Cutlip 2006: 242), bukan perkara yang mudah untuk memahami opini seseorang dan publik karena berkaitan dengan unsur-unsur pembentuknya, yaitu :

1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)

2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude)

3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari beberapa faktor, yakni :

a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang/masyarakat.

b. Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi landasan atau pendapat atau pandangan.

c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat)

d. Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikanberita-berita yang dipublikasikan itu dapat berfungsi sebagai pembentukopini masyarakat.

George Carslake Thompson dalam “The Nature of Public Opinion”

mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda (Sastropoetro, 1990: 106), yaitu:

1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau mereka boleh tidak setuju.

2. Mereka dapat berbeda dalam perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan.

3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda.


(46)

Hal-hal yang diutarakan itu merupakan sebab timbulnya kontroversi terhadap issue-issue tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa orang-orang yang mempunyai opini yang tegas, mendasarkannya kepada rational grounds atau alasan-alasan yang rasional yang berarti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat dimengerti oleh orang lain“.

Kemudian, dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini publik, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu :

1. Difusi, yaitu apakah pendapat yang timbul merupakan suara terbanyak,akibat adanya kepentingan golongan.

2. Persistence, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya issue karena disamping itu, pendapat pun perlu diperhitungkan.

3. Intensitas, yaitu ketajaman terhadap issue.

4. Reasonableness atau suatu pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan beralasan.

2.1.4.4 Kekuatan Dalam Opini Publik

Opini publik atau pendapat umum sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang suatu hal yang bersifat kontroversial merupakan suatu penilaian sosial, maka opini publik memiliki peranan penting dalam kehidupan bernegara, terutama yang menganut paham demokrasi, karena melekat di dalamnya beberapa kekuatan yang perlu diperhatikan :

1. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri.

1. Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma sopan santun dan susila, baik antara yang muda dan yang lebih tua, maupun antara yang muda dengan sesamanya.

2. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga atau juga menghancurkan suatu lembaga institusi.

3. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan kebudayaan. 4. Opini publik dapat melestarikan norma sosial.


(47)

2.1.5 Peran Media Massa Dalam Opini Publik

2.1.5.1 Hubungan Media Massa Dengan Opini Publik

Media massa dipandang memiliki pengaruh yang kuat dalam membangun

opini publik. Media massa merupakan “alat” untuk menyampaikan pendapat

umum, karena tidak adanya batasan ruang dan waktu sehingga memungkinkan memiliki pengaruh yang kuat pula. Media massa memberikan penekanan-penekanan pada pemberitaan tertentu sehingga menciptakan isu -isu penting. Media massa menyampaikan informasi tertentu dan membawa aspirasi suatu kelompok atau golongan. Publik yang merupakan bagian dari massa tertarik terhadap suatu isu aktual menyangkut kepentingan umum melalui media massa. Dominick (Ardianto, 2004: 58) menyebutkan tentang dampak komunikasi massa pada pengetahuan, persepsi dan sikap orang-orang. Media massa terutama televisi, yang menjadi agen sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan.

Setiap kali jaringan komunikasi berubah, opini publik juga berubah. Salah satu faktor penyebab pergeseran dalam opini publik adalah media massa. Interaksi antara media dengan institusi masyarakat menghasilkan produk isi media (media content). Oleh audiens, isi media diubah menjadi gugusan-gugusan makna, apakah yang dihasilkan dari proses penyandian pesan itu, menurut Meyer, sangat ditentukan oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya, pengalaman yang lalu, kepribadian dan selektivitas dalam penafsiran (Olii, 2007: 50).

Opini publik dapat direkayasa dan dibentuk dengan memanfaatkan media massa. Opini publik yang terbentuk ini dapat bernilai positif maupun negatif. Media massa berupaya menciptakan citra dan opini publik yang positif kepada khalayak (audiens) sebagai sasaran.


(48)

2.1.5.2Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik

Salah satu fungsi pokok media massa (Olii, 2007: 89) adalah sebagai sumber informasi dan pendapat tentang berbagai peristiwa dalam masyarakat. Media massa memiliki beberapa fungsi dalam opini publik (McQuail, 1996: 55), yaitu:

1. Fungsi Informasi

Media menjadi fasilitas untuk mendiseminasikan pernyataan sumber yang dapat menjadi opini publik.

2. Fungsi mediasi

Media menempatkan diri sebagai penghubung antara realitas sosial yang obyektif dengan pengalaman pribadi seseorang. Media dimanfaatkan untuk membentuk opini publik yang berlandaskan fakta empiris di tengah masyarakat.

3. Fungsi Amplifikasi

Media dijadikan sarana untuk memperkuat pernyataan yang dilontarkan seseorang untuk berubah menjadi pendapat umum yang berkembang. 4. Media merupakan instrumen strategis yang tidak dapat dilepaskan dalam

public opinion processing.

2.1.5.3 Kelebihan Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik

Kelebihan media massa dalam proses pembentukan opini public (McQuail, 1996: 51) antara lain :

1. Media massa mampu menjangkau lebih banyak orang dan wilayah geografis yang lebih luas.

2. Format dan isi media selalu berhubungan dengan publik. Posisi media sering menjadi public sphere.

3. Media sebagai juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap suatu peristiwa yang menjadi public opinion.

4. Media massa bisa menjadi jaringan interaktif yang menghubungkan komunikator dengan khalayak beserta feedback-nya.


(49)

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka berpikir yang bersifat teoritis serta tersusun secara sistematis mengenai masalah yang diteliti (Adi, 2004 :29). Sementara Suwardi Lubismengemukakan bahwa kerangka konsep merupakan kemampuan peneliti menyusun konsep operasional peneliti yang bertitik tolak pada kerangka teori dan tujuan penelitian. Dalam kerangka konsep harus bisa menunjukkan sistematis variabel-variabel penelitian yang menunjukkan kerangka operasional (Lubis, 1998 : 110-111).

Adapun konsep atau variabel yang terdapat di dalam penelitian ini adalah Opini Masyarakat Desa Mulio Rejo, Sunggal, Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Mengenai Kasus Narkoba di Televisi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan berikut :

Media Massa

Televisi

Pemberitaan

Peran Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik

Fungsi Amplifikasi Fungsi Informasi Fungsi Mediasi


(1)

Setyani, Novia Ika, 2013. Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi Bag Komunitas. Jurnal Komunikasi Universitas Sebelas Maret.

Dedy, Lambok Panggabean, 2013. Iklan Politik Luar Ruang dan Perilaku Politik: Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Iklan Politik Luar Ruang Pada Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Utara 2013 Terhadap Perilaku Politik Masyarakat Jalan Dr. Mansyur Kelurahan Padang Bulan Kota Medan. Medan: FISIP USU.

Fattahila, Siregar, 2012. Humas dan Pemerintahan: Studi Deskriptif Tentang Peranan Humas Di Sekretariat DPRD Provinsi Sumatera Utara Terhadap Pencitraan Anggota Dewan Perwakilan Daerah Sumatera Utara. Medan: FISIP USU.

Fanny, Aulia Putri, 2014. Opini Siswa Terhadap Tindakan Cyberbully di Media Sosial. Medan: FISIP USU.


(2)

BIODATA PENELITI

Nama : Maxmilianus Pamela Maruliasi Gultom Tempat dan Tanggal lahir : Tebing Tinggi, 13 November 1990

NIM : 090904100

Departemen : Ilmu Komunikasi Alamat

1. Asal : Jl. Rokan, Bagan Sinembah, Riau 2. Domisili : Jl. Setia Budi, Gg. Dwikora, Medan

Pendidikan : SDS RK Yosef Arnoldi Bagan Sinembah SMPS RK Yosef Arnoldi Bagan Sinembah SMA Negeri 1 Air Putih Batu Bara

Nama Orang Tua

1. Ayah : Beresman Manuasa Gultom 2. Ibu : Lince Lina br. Torus

Anak ke : 1 dari 6 bersaudara

Nama Saudara Kandung : Septina Diana Febrianty br. Gultom Andika Nurmalasari br. Gultom Josua Gultom

Martin Fransisko Parulian Gultom Anggita Theresia br. Gultom


(3)

KUESIONER PENELITIAN

Isikan keterangan diri Anda pada kotak di sebelah kanan dengan nomor yang sesuai.

A. Data Responden 1). Nama :

……….………(isi) 2). Jenis Kelamin

1. Laki-laki 2. Perempuan

3). Usia

1. 17 tahun 4. 35 – 49 tahun

2. 18 – 25 tahun 5. 50 tahun 3. 26 – 34 tahun

4). Pendidikan

1. SD 4. Diploma (D1,D2, D3)

2. SMP 5. Perguruan TInggi (S1)

3. SMA Sederajat 6. Lain-lain

5). Pekerjaan

1. Petani 4. Karyawan Swasta 2. Wiraswasta 5. Lain-lain

3. PNS

6). Penghasilan Setiap Bulan

1. ≤ Rp 1.000.000,-

2. Rp 1.000.000,- s/d Rp 2.999.000,- 3. 3. Rp 3.000.000,- s/d Rp 4.999.000,-


(4)

7). Status Diri

1. Menikah

2. Belum Menikah

8). Frekuensi Menonton Televisi Dalam Sehari

1. < 1 Jam 4. 4 – 5 Jam

2. 1 Jam 5. Lebih dari 5 Jam 3. 2 – 3 Jam 6. Lain-lain

9). Frekuensi Menonton Siaran Berita di Televisi Dalam Sehari

1. 30 Menit 4. Lebih dari 3 Jam 2. 1 Jam 5. Lain-lain

3. 2 - 3 Jam

10). Saluran Televisi Yang Paling Sering Ditonton

1. Indosiar 8. Trans TV 2. MNC TV 9. TV ONE 3. ANTV 10. Trans7 4. RCTI 11. Net TV 5. SCTV 12. TVRI 6. Metro TV 13. RTV 7. Global TV

11). Saluran Televisi Yang Paling Sering Digunakan Menonton Berita

1. Indosiar 8. Trans TV 2. MNC TV 9. TV ONE 3. ANTV 10. Trans7 4. RCTI 11. Net TV 5. SCTV 12. TVRI 6. Metro TV 13. RTV 7. Global TV


(5)

1. Seberapa penting menurut Bapak/Ibu peran televisi dalam menyebarluaskan berita mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba di Indonesia?

1. Sangat Penting 3. Cukup Penting 2. Penting 4. Tidak Penting

2. Apakah informasi mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba di televisi dapat diterima dengan jelas oleh Bapak/Ibu?

1. Sangat Jelas 3. Cukup Jelas

2. Jelas 4. Tidak Jelas

3. Apakah informasi mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba dapat tersebar secara merata sehingga dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, khususnya di daerah sekitar tempat Bapak/Ibu tinggal?

1. Sangat Merata 3. Cukup Merata

2. Merata 4. Tidak Merata

4. Seberapa penting menurut Bapak/Ibu peran televisi dalam proses pembentukan opini publik terhadap suatu pemberitaan?

1. Sangat Penting 3. Cukup Penting

2. Penting 4. Tidak Penting

5. Dalam kasus pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba di Indonesia, seberapa penting peran televisi dalam membentuk opini Bapak/Ibu?

1. Sangat Penting 3. Cukup Penting


(6)

6. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada atau tidak terbentuk pendapat umum dalam kasus pemberitaan di televisi mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba di Indonesia?

1. Ada 2. Tidak Ada

7. Seberapa penting menurut Bapak/Ibu peran televisi diperlukan dalam memperkuat pernyataan narasumber terhadap kasus pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba di Indonesia?

1. Sangat Diperlukan 3. Cukup Diperlukan 2. Diperlukan 4. Tidak Diperlukan

8. Di televisi banyak kita saksikan pendapat dari para ahli mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba di Indonesia, baik itu yang pro maupun yang kontra. Menurut Bapak/Ibu, apakah televisi memperkuat pernyataan dari para ahli tersebut dalam penyampaiannya?

1. Sangat Memperkuat 3. Cukup Memperkuat 2. Memperkuat 4. Tidak Memperkuat

9. Pada kasus pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba di Indonesia, apakah dalam memperkuat pernyataan narasumber, televisi sudah sesuai dengan data dan fakta yang ada di lapangan?

1. Sangat Sesuai 3. Cukup Sesuai


Dokumen yang terkait

Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar

4 49 93

Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi)

1 28 78

Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM Di Televisi)

7 86 80

Eksistensi TVRI Sebagai Televisi Publik (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal Terhadap Tayangan-tayangan TVRI Sebagai Stasiun Televisi Publik)

4 63 123

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan P

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijaka

0 0 8

Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar

0 0 15

Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi)

0 0 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah T

0 0 20

Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM Di Televisi)

0 1 8