TV ketika menonton siaran berita di televisi, 1 responden 1,0 paling sering menggunakan stasiun televisi Trans TV ketika menonton siaran berita di televisi,
26 responden 25,5 paling sering menggunakan stasiun televisi TV One ketika menonton siaran berita di televisi, 3 responden 2,9 paling sering menggunakan
stasiun televisi Trans 7 ketika menonton siaran berita di televisi, 7 responden 6,9 paling sering menggunakan stasiun televisi Net TV ketika menonton
televisi, dan tidak ada responden yang menjadikan TVRI maupun RTV sebagai saluran televise yang paling sering digunakan untuk menonton berita.
Dari data tersebut terdapat perbedaan ketika responden ditanyai tentang saluran televisi yang paling sering digunakan ketika menonton televisi pada
umumnya dengan ketika menonton siaran berita. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya frekuensi dari saluran Metro TV dan TV one ketika responden
ditanyai tentang saluran TV yang paling sering digunakan menonton berita. Maka dapat disimpulkan bahwa Metro TV dan TV One menjadi dua stasiun televisi
yang paling sering digunakan responden ketika menonton berita di televisi, yang mana kedua stasiun TV tersebut merupakan saluran televisi berita di Indonesia.
4.3.2 Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik
Media massa memiliki beberapa fungsi dalam pembentukan opini publik, yaitu fungsi informasi, fungsi mediasi, dan fungsi amplifikasi. Berikut adalah
hasil analisis penelitian tentang Fungsi Televisi Sebagai Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Terhadap Kebijakan Presiden
Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar Narkoba di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Peran Televisi Dalam Menyebarluaskan Berita Kebijakan Jokowi
Frekuensi Persentase
Sangat Penting 52
51,0 Penting
37 36,3
Cukup Penting 13
12,7 Tidak Penting
- -
Total 102
100 Sumber: P.8FC.11
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 102 responden terdapat 52 responden 51,0 yang berpendapat bahwa televisi memiliki peran yang sangat penting
dalam menyebarluaskan berita mengenai kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba, 37 responden 36,3 berpendapat bahwa televise
memiliki peranan yang penting, 13 responden 12,7 berpendapat televisi memiliki peranan yang cukup penting, dan tidak satupun dari responden yang
menyatakan bahwa televisi tidak berperan dalam menyebarluaskan berita kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba.
Dari keterangan tersebut dapat digambarkan bahwa sekitar 87,3 persen masyarakat setuju bahwa televisi adalah media yang paling berperan dalam
menyebarluaskan pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba di kalangan masyarakat, dengan kata lain televisi adalah
media utama yang digunakan masyarakat dalam memperoleh informasi, sedangkan 12,7 masyarakat percaya televisi merupakan salah satu media yang
berperan dalam menyebarluaskan berita seputar kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Tingkat Kejelasan Informasi di Televisi Mengenai Kebijakan Jokowi
Frekuensi Persentase
Sangat Jelas 43
42,2 Jelas
41 40,2
Cukup Jelas 16
15,6 Tidak Jelas
2 2,0
Total 102
100 Sumber: P.9FC.12
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 102 responden terdapat 43 responden 42,2 yang berpendapat bahwa informasi yang mereka terima melalui televisi
mengenai kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba sudah sangat jelas, 41 responden 40,2 berpendapat bahwa informasi yang mereka
terima jelas, 16 responden 15,6 berpendapat bahwa informasi yang mereka terima cukup jelas, 2 responden 2,0 yang menyatakan bahwa informasi yang
mereka terima dari televise mengenai kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba tidak jelas.
Dari keterangan tersebut dapat dijelaskan bahwa sekitar 82,4 masyarakat sudah mengerti isi dari pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Jokowi
menghukum mati pengedar narkoba di Indonesia, yang artinya masyarakat sudah benar-benar paham terhadap segala hal yang disampaikan dalam berita tersebut.
Selanjutnya sekitar 15,6 dari masyarakat menyatakan cukup jelas terhadap pemberitaan tersebut, atau dapat dikatakan masyarakat bisa memahami pesan
utama dari pemberitaan tersebut, meskipun tidak mengetahuinya secara mendetail, dan terdapat 2 dari masyarakat yang tidak jelas sama sekali mengenai
pemberitaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Tingkat Penyebarluasan Informasi Mengenai Kebijakan Jokowi
Frekuensi Persentase
Sangat Merata 20
19,6 Merata
59 57,9
Cukup Merata 16
15,6 Tidak Merata
7 6,9
Total 102
100 Sumber: P.10FC.13
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 102 responden terdapat 20 responden 19,6 yang berpendapat bahwa informasi mengenai kebijakan Presiden Jokowi
menghukum mati pengedar narkoba dapat dengan baik menyentuh seluruh lapisan masyarakat, dengan kata lain seluruh masyarakat mengetahui tentang pemberitaan
tersebut, 59 responden 57,9 berpendapat bahwa penyebarluasan informasi sudah merata, 16 responden 15,6 berpendapat bahwa penyebarluasan
informasi cukup merata, dan 7 responden 6,9 menyatakan bahwa penyebarluasan informasi mengenai kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati
pengedar narkoba tidak merata. Dari keterangan tersebut dapat dijelaskan bahwa sekitar 77,5 masyarakat
menyatakan informasi mengenai kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat, dalam artian
bahwa berita ini menjadi salah satu berita yang menjadi perbincangan di sebagian besar masyarakat. Terdapat 15,6 masyarakat yang menyatakan bahwa informasi
ini hanya dapat dinikmati oleh beberapa kalangan saja, dan 6,9 menyatakan bahwa berita ini tidak tersebar dengan merata, atau hanya untuk kalangan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Terhadap Suatu Pemberitaan
Frekuensi Persentase
Sangat Penting 34
33,3 Penting
40 39,3
Cukup Penting 25
24,5 Tidak Penting
3 2,9
Total 102
100 Sumber: P.11FC.14
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 102 responden terdapat 34 responden 33,3 yang berpendapat bahwa televisi memiliki peranan yang sangat penting
dalam membentuk opini masyarakat terhadap suatu pemberitaan, 40 responden 39,3 menyatakan televisi berperan penting, 25 responden 24,5 menyatakan
peran televisi cukup penting, dan terdapat 3 responden 2,9 yang menyatakan bahwa televisi tidak memiliki peranan dalam membentuk opini masyarakat
terhadap suatu pemberitaan. Dari keterangan tersebut dapat dijelaskan bahwa sekitar 72,6
masyarakat setuju bahwa televisi berperan penting dalam membentuk opini mereka dalam menanggapi suatu pemberitaan, yang berarti setiap opini yang
terbentuk di masyarakat dipengaruhi oleh televisi dalam perannya menyampaikan berita, sedangkan 24,5 dari masyarakat menyatakan televisi berperan cukup
penting, yang berarti televisi tidak mutlak berperan dalam membentuk opini mereka terhadap suatu pemberitaan, namun mereka tidak mengesampingkan
peran dari televisi. Terdapat pula 2,9 dari masyarakat menyatakan bahwa televise sama sekali tidak berperan dalam proses pembentukan opini, yang artinya
setiap opini yang terbentuk di masyarakat merupakan hasil pemikiran sendiri, tanpa dipengaruhi sedikitpun oleh televisi dalam perannya menyampaikan suatu
berita.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15 Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Terhadap Kebijakan Jokowi
Frekuensi Persentase
Sangat Penting 21
20,6 Penting
41 40,2
Cukup Penting 36
35,3 Tidak Penting
4 3,9
Total 102
100 Sumber: P.12FC.15
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 102 responden terdapat 21 responden 20,6 yang berpendapat bahwa televisi memiliki peranan yang sangat penting
dalam membentuk opini masyarakat terhadap pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba, 41 responden
40,2 menyatakan televisi berperan penting, 36 responden 35,3 menyatakan peran televisi cukup penting, dan terdapat 4 responden 3,9 yang menyatakan
bahwa televisi tidak memiliki peranan dalam membentuk opini masyarakat terhadap pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum
mati pengedar narkoba. Dari keterangan tersebut dapat dijelaskan bahwa sekitar 60,8
masyarakat setuju bahwa televisi berperan penting dalam membentuk opini mereka dalam menanggapi pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko
Widodo menghukum mati pengedar narkoba, yang berarti setiap opini yang terbentuk di masyarakat dipengaruhi oleh televisi dalam perannya menyampaikan
berita, sedangkan 35,3 dari masyarakat menyatakan televisi berperan cukup penting, yang berarti televisi tidak sepenuhnya berperan dalam membentuk opini
mereka terhadap pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba, melainkan hanya sedikit. Terdapat pula 3,9
dari masyarakat menyatakan bahwa televisi sama sekali tidak berperan dalam proses pembentukan opini, yang artinya setiap opini yang terbentuk di masyarakat
merupakan hasil pemikiran sendiri, tanpa dipengaruhi sedikitpun oleh televisi dalam perannya menyampaikan suatu berita.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Terbentuknya Pendapat Umum Terhadap Pemberitaan di Televisi Mengenai
Kebijakan Jokowi
Frekuensi Persentase
Ada 100
98,0 Tidak Ada
2 2,0
Total 102
100 Sumber: P.13FC.16
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 102 responden terdapat 100 responden 98 yang menyatakan adanya terbentuk pendapat umum dari
pemberitaan di televisi mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba, dan 2 responden 2 menyatakan sebaliknya, yaitu tidak
terbentuk pendapat umum dari pemberitaan tersebut. Dari keterangan ini dapat diyakini bahwa terbentuk pendapat umum di
hampir keseluruhan masyarakat 98 dalam menanggapi pemberitaan di televisi mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba.
Tabel 4.17 Perlunya Televisi Dalam Memperkuat Pernyataan Narasumber Terhadap
Pemberitaan Mengenai Kebijakan Jokowi
Frekuensi Persentase
Sangat Diperlukan 14
13,7 Diperlukan
47 46,1
Cukup Diperlukan 38
37,3 Tidak Diperlukan
3 2,9
Total 102
100 Sumber: P.14FC.17
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 102 responden terdapat 14 responden 13,7 yang berpendapat bahwa televisi sangat diperlukan perannya dalam
memperkuat pernyataan dari narasumber terhadap pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba, 47
Universitas Sumatera Utara
responden 46,1 menyatakan televisi diperlukan, 38 responden 37,3 menyatakan televisi cukup diperlukan, dan terdapat 3 responden 2,9 yang
menyatakan bahwa televisi sama sekali tidak diperlukan dalam memperkuat pernyataan dari narasumber terhadap pemberitaan mengenai kebijakan Presiden
Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba. Dari keterangan di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari 50 masyarakat
menyatakan peran dari televisi sangat diperlukan dalam memperkuat pernyataan dari narasumber dalam menanggapi kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati
pengedar narkoba.
Tabel 4.18 Peran Televisi Dalam Memperkuat Pernyataan Para Ahli Mengenai
Kebijakan Presiden Joko Widodo Menghukum Mati Pengedar Narkoba
Frekuensi Persentase
Sangat Memperkuat 8
7,8 Memperkuat
67 65,7
Cukup Memperkuat 24
23,5 Tidak Memperkuat
3 3,0
Total 102
100 Sumber: P.15FC.18
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 102 responden terdapat 8 responden 7,8 yang berpendapat bahwa televisi sangat memperkuat pernyataan para ahli
dalam menanggapi kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba, 67 responden 65,7 menyatakan televisi memperkuat pernyataan para
ahli, 24 responden 23,5 menyatakan televisi cukup memperkuat pernyataan para ahli, dan terdapat 3 responden 2,9 yang menyatakan bahwa televisi sama
sekali tidak memperkuat pernyataan para ahli dalam menanggapi pemberitaan mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba.
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa terdapat 73,5 dari masyarakat yang setuju bahwa televisi sepenuhnya memperkuat pernyataan para
ahli yang ada di televisi ketika memberikan tanggapan terhadap kebijakan
Universitas Sumatera Utara
Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba, dan sebanyak 23,5 masyarakat meyakini televisi tidak sepenuhnya memperkuat pernyataan-
pernyataan yang disampaikan oleh para ahli dalam menanggapi kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba, melainkan hanya beberapa,
sedangkan 3 dari masyarakat menyatakan bahwa televisi sama sekali tidak memperkuat pernyataan dari para ahli tersebut.
Tabel 4.19 Televisi Dalam Memperkuat Pernyataan Narasumber Mengenai Kebijakan
Jokowi Berdasarkan Data dan Fakta di Lapangan
Frekuensi Persentase
Sangat Sesuai 5
4,9 Sesuai
41 40,2
Cukup Sesuai 50
49,0 Tidak Sesuai
6 5,9
Total 102
100 Sumber: P.16FC.19
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 102 responden terdapat 5 responden 4,9 yang berpendapat bahwa televisi dalam memperkuat pernyataan
narasumber terkait kebijakan Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba, sudah sangat sesuai dengan data dan fakta yang ada di lapangan, 41
responden 40,2 menyatakan sudah sesuai, 50 responden 49,0 menyatakan cukup sesuai, dan terdapat 6 responden 5,9 yang menyatakan bahwa televisi
dalam memperkuat pernyataan dari narasumber dalam menanggapi kebijakan Presiden Joko Widodo menghukum mati pengedar narkoba tidak sesuai dengan
data dan fakta di lapangan. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa terdapat 45,1 masyarakat
yang setuju bahwa dalam memperkuat pernyataan dari narasumber, televisi sudah melakukannya sesuai dengan keseluruhan data dan fakta yang ada di lapangan,
49 masyarakat menyatakan bahwa dalam memperkuat pernyataan narasumber televisi tidak sepenuhya sesuai dengan data dan fakta yang ada di lapangan,
Universitas Sumatera Utara
namun sudah sebagian besar sesuai, dan hanya sekitar 5,9 yang menyatakan bahwa televisi dalam memperkuat pernyataan narasumber tidak sesuai dengan
data dan fakta di lapangan.
4.4 Pembahasan