Perlakuan pemberian ekstrak G. verrucosa pada dosis 50 µgg bobot udang memberikan hasil persentase kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan pada perlakuan dengan dosis
10 dan 20 µgg bobot udang pada hari kedua. Akan tetapi pada hari berikutnya 3, 4, 5 dan 6 tidak terdapat perbedaan nyata p0,05 pada kelangsungan hidup antara perlakuan yang mendapat
ekstrak, namun berbeda secara nyata p0,05 dengan perlakuan kontrol positif dan perlakuan physiological saline PS. Penggunaan ekstrak G. verrucosa memberikan pengaruh pada
kelangsungan hidup pada udang vaname hingga 73,3 pada akhir pengamatan hari keenam pada dosis ekstrak 50 µgg bobot udang Lampiran 3F dan Gambar 3.
4.1.2 Parameter Imun Udang Vaname yang Diberi Ekstrak Rumput Laut
Parameter imun udang yang diamati selama penelitian meliputi THC Total haemocyte count dan DHC differensial haemocyte count atau total hemosit dan perbedaan banyaknya jenis
hemosit yang masing-masing datanya disajikan pada Lampiran 4, 6, 8, dan 10. Selain itu pula dilakukan pengamatan pada parameter aktifitas fagositosis, aktifitas phenoloxidase dan clearance
efficiency atau efisiensi pemusnahan V. harveyi Lampiran 12, 14 dan 16. Total hemosit udang yang mendapat perlakuan ekstrak G. verrucosa mulai meningkat pada
hari kedua hingga hari keenam pengamatan Lampiran 4 dan Gambar 4. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada hari pertama perlakuan pemberian ekstrak memberikan hasil total
hemosit 70,3±1,9; 71,4±8,7; 77,5±9,7 ×10
5
ml lebih tinggi secara nyata p0,05 daripada kontrol 8,6±1,5
×10
5
ml, walaupun terjadi penurunan total hemosit. Pada hari kedua udang yang mendapat perlakuan ekstrak dengan dosis yang berbeda memiliki total hemosit yang lebih tinggi
p0,05 dibandingkan dengan udang kontrol dan PS. Udang yang mendapat perlakuan ekstrak 50 µgg bobot udang memiliki total hemosit lebih tinggi secara nyata p0,05 dari perlakuan lainnya
pada hari keempat dan keenam 234,3±31,4 dan 217,8±12,8 ×10
5
ml Lampiran 4.
50 100
150 200
250 300
1 2
4 6
Waktu Hari ke- T
o ta
l h e
m o
s it
x 1
5 m
l
PS 10 µgg
20 µgg 50 µgg
K
a a a a a a
b a
a a
d
b bc
bc c
c a
b c
c a
b b
c
b
Keterangan : Data rerata±SD pada waktu pengamatan yang sama dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan hasil yang nyata p0,05
Gambar 4. Total hemosit udang vaname pada masing-masing perlakuan
Persentase sel hialin berkisar antara 61,7±7,5 hingga 81,8±2,0 dan terjadi peningkatan mulai dari hari pertama hingga hari keenam baik pada udang kontrol maupun yang mendapat
perlakuan ekstrak dan physiological saline Lampiran 6 dan Gambar 5. Akan tetapi hasil analisis ragam Lampiran 7 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak dengan dosis tertentu pada udang
mampu meningkatkan persentase sel hialin yang lebih tinggi p0.05 daripada udang kontrol pada hari pertama dan keenam pengamatan. Hari pertama terlihat bahwa perlakuan ekstrak 20
µgg bobot udang, menunjukkan presentasi hialin lebih tinggi secara nyata dari perlakuan lainnya 79,0±1,5. Namun pada hari kedua dan keempat 61,7±7,5 dan 61,9±7,4 justru turun lebih
rendah dari perlakuan lainnya. Persentase sel hialin lebih tinggi pada udang yang mendapat perlakuan ekstrak daripada udang kontrol p0,05 pada hari keenam Lampiran 7E dan Gambar
5.
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0
1 2
4 6
hari ke- S
e l hia
lin
PS 10 µgg
20 µgg 50 µgg
K
a a
a a
a a
a a
a b
b b
c c
c c
c d
ab ab
bc bc
bc c bc
Keterangan : Data rerata±SD pada waktu pengamatan yang sama dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan hasil
yang nyata p0,05
Gambar 5. Sel hialin udang vaname pada masing-masing perlakuan
Perbedaan persentase sel semi granular antara udang yang mendapat perlakuan ekstrak dan kontrol serta PS terlihat mulai pada hari kesatu hingga keempat Lampiran 8. Terlihat adanya
peningkatan persentase sel semi granular pada hari ke-1,2 dan terjadi penurunan pada hari ke-4 dan 6 Gambar 6. Hasil analisis ragam Lampiran 9 menunjukkan bahwa pada hari pertama
udang yang mendapat perlakuan PS, 10 dan 50 µgg bobot udang memiliki persentase sel semi granular yang lebih tinggi 24,2±3,0; 24,5±3,4; 21,5±2,3 p0,05 daripada udang udang
kontrol dan udang pada perlakuan ekstrak 20 µgg bobot udang 16,9±2,0; 15,4±2,5. Persentase sel semi granular udang yang mendapat perlakuan ekstrak pada dosis 10 dan 20 µgg
bobot udang lebih tinggi p0,05 daripada udang pada perlakuan 50 µgg bobot udang maupun udang kontrol hari kedua Lampiran 9B dan Gambar 6. Hari keempat udang pada perlakuan
pemberian ekstrak dengan dosis 20 dan 50 µgg bobot udang, memiliki persentase sel semi
granular lebih tinggi p0,05 dibandingkan udang pada kontrol tanpa pemberian ekstrak Gambar 6. Namun pada hari keenam persentase sel semi granular udang pada perlakuan dosis
ekstrak 50 µgg bobot udang lebih rendah dari kontrol p0,05, tetapi lebih tinggi secara nyata p0,05 daripada perlakuan PS dan ekstrak 10 µgg bobot udang Lampiran 9E.
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0
1 2
4 6
hari ke- S
el se
mi g
ran u
lar
PS 10 µgg
20 µgg 50 µgg
K
a a a a a a a
b a
b b b
a b
a a
c c c
c c
ab ab
ab bc
Keterangan : Data rerata±SD pada waktu pengamatan yang sama dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan hasil yang nyata
p0,05
Gambar 6. Sel semi granular udang vaname pada masing-masing perlakuan
Data yang disajikan pada Lampiran 10, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase sel granular pada udang yang mendapat perlakuan esktrak yang teramati pada hari kedua dan
keempat dosis 20 µgg bobot udang. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada hari pertama terlihat penurunan persentase sel granular pada perlakuan ekstrak 10 µgg bobot udang
8,8±3,3, 20 µgg bobot udang 5,6±2,3 dan 50 µgg bobot udang 6,4±2,1 yang lebih rendah p0,05 dari perlakuan kontrol 13,1±0,6 maupun PS 11,1±1,5 Lampiran 11. Pada
hari kedua perlakuan pemberian ekstrak 20 µgg bobot udang menghasilkan persentase sel granular pada udang 13,3±5,2 yang lebih tinggi p0,05 dari kontrol 7,1±3,5 maupun pada
udang yang mendapatkan ekstrak dengan dosis 10 µgg bobot udang 4,8±2,0 dan 50 µgg bobot udang 9,3±3,2. Peningkatan persentase sel granular pada hari keempat masih sama
hanya terlihat pada perlakuan dengan pemberian ekstrak 20 µgg bobot udang 18,9±2,9 yang lebih tinggi secara nyata dari perlakuan lainnya. Namun pada hari keenam justru persentase sel
granular kontrol lebih tinggi dari perlakuan lainnya p0,05 Lampiran 11E. Persentase sel granular pada hemosit udang berkisar antara 4,8±2,0
hingga 18,9±2,9 mean ± S.D
Lampiran 10.
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0
1 2
4 6
hari ke- S
e l gr
a nula
r
PS 10 µgg
20 µgg 50 µgg
K
a a a a a a
a a
a ab
a a a
a a
a a a a
c b
b b
bc ab
Keterangan : Data rerata±SD pada waktu pengamatan yang sama dengan
huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan hasil yang nyata p0,05
Gambar 7. Sel granular udang vaname pada masing-masing perlakuan
Data indeks fagositik dan aktifitas phenoloxidase PO selama waktu pengamatan disajikan pada Lampiran 12 dan 14. Peningkatan indeks fagositik mulai terlihat pada hari ke satu pada dosis
ekstrak 20 µgg bobot udang hingga hari keempat pada perlakuan PS dan dosis ekstrak 10, 20 dan 50 µgg bobot udang Lampiran 12 dan Gambar 8. Pada Lampiran 13 memperlihatkan
bahwa hasil analisis ragam indeks fagositik pada hari pertama telah menunjukkan perbedaan p0,05 antara udang pada perlakuan yang mendapat ekstrak 19,6±3,6; 20,5±2,7;
22,8±10,2 lebih tinggi dengan udang pada kontrol 9,0±6,2, namun tidak berbeda p0,05 dengan indeks fagositik udang yang mendapat perlakuan PS 19,5±3,6. Hari kedua dan hari
keempat setelah pemberian ekstrak 50 µgg bobot udang memperlihatkan aktifitas fagositosis 44,3±3,5 dan 43,5±5,0 yang lebih tinggi p0.05 dari pada perlakuan lainnya. Aktifitas
fagositosi udang yang mendapat perlakuan dosis ekstrak 10, 20 dan 50 µgg bobot udang yaitu 18,0±5,7; 17,8±3,8; dan 22,0±4,4 pada hari keenam mengalami penurunan, namun
pemberian ekstrak pada dosis 50 µgg bobot udang, menunjukkan perbedaan indeks fagositik 22,0±4,4 yang nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrol 13,3±5,3 Lampiran
13E.
10 20
30 40
50 60
1 2
4 6
Waktu hari ke- In
d eks
fag o
si ti
k
PS 10 µgg
20 µgg 50 µgg
K
a a a a
a a
a a
a b
b b
b b
b b
c c
ab ab
ab ab
bc d
d
Keterangan : Data rerata±SD pada waktu pengamatan yang sama dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan hasil yang nyata
p0,05
Gambar 8. Indeks fagositik sel hemosit udang vaname pada masing-masing perlakuan
Terdapat peningkatan aktifitas phenoloxidase pada udang yang mendapat perlakuan ekstrak Lampiran 14 dan Gambar 9. Akan tetapi hasil analisis ragam Lampiran 15 pada hari pertama
setelah pemberian ekstrak pengamatan belum terlihat perbedaan yang nyata pada aktifitas phenoloxidase diantara semua perlakuan. Setelah hari kedua, aktifitas phenoloxidase 0,34±0,12
unit udang yang mendapat ekstrak G. verrucosa pada dosis 50 µgg bobot udang lebih tinggi secara nyata daripada udang kontrol 0,06±0,12 unit. Udang yang mendapat perlakuan ekstrak
dengan dosis 10, 20, dan 50 µgg bobot udang memperlihatkan aktifitas phenoloxidase yaitu 0,23±0,11; 0,28±0,09; 0,42±0,07 unit yang lebih tinggi p0,05 daripada udang yang mendapat
perlakuan kontrol 0,08±0,05 unit pada hari keempat pengamatan. Hasil analisis ragam aktifitas phenoloxidase pada hari keenam pengamatan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pada dosis
20 dan 50 µgg bobot udang memberikan peningkatan aktifitas phenoloxidase yang lebih tinggi dari kontrol Lampiran 15E.
0.00 0.10
0.20 0.30
0.40 0.50
0.60
1 2
4 6
Hari ke- A
k ti
fi ta
s p h
en o
lo x
id as
e
O .D
490 n m
PS 10 µgg
20 µgg 50 µgg
K
ab
a a a
a a
a a
ab ab
ab b
ab
a a
a a
ab b
b b
bc c
a a
Keterangan : Data rerata±SD pada waktu pengamatan yang sama dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan hasil yang nyata
p0,05
Gambar 9. Aktifitas phenoloxidase udang vaname pada masing-masing perlakuan
Data hasil pengamatan clearance efficiency pada udang yang diberi perlakuan masing- masing disajikan pada Lampiran 16. Peningkatan clearance efficiency atau efisiensi pemusnahan
V. harveyi terlihat pada hari ke-1 hingga hari ke-4 Lampiran 16 dan Gambar 10, kemudian terjadi penurunan pada hari ke-6. Hasil analisis ragam Lampiran 17 menunjukkan bahwa pada
hari pertama setelah pemberian ekstrak telah ada perbedaan clearance efficiency p0,05 antara udang yang mendapat perlakuan ekstrak G. verrucosa 62,2±9,0; 52,2±8,0; 58,8±5,9
dengan udang kontrol maupun pada udang yang mendapat perlakuan PS 0±0,0 dan 3,3±1,1. Setelah hari kedua hingga hari keenam pemberian ekstrak terlihat bahwa udang yang mendapat
perlakuan 50 µgg bobot udang memberikan hasil persentase clearance efficiency 68,8±2,7; 74,0±3,3; 18,6±0,8 yang lebih tinggi p0,05 dibandingkan perlakuan lainnya. Walaupun
pada hari ke-6 terjadi penurunan persentase clearance efficiency pada perlakuan ekstrak dengan dosis yang berbeda akan tetapi masih lebih tinggi p0,05 dari udang kontrol dan PS yaitu
0,0±0,0 dan 3,1±0,7 Lampiran 17E dan Gambar 10.
15 30
45 60
75 90
1 2
4 6
Waktu hari C
le a
ra n
ce ef fi
ci e
n cy
PS 10 µgg
20 µgg 50 µgg
K
a a a a a
a a
a b
b c
b c c
d c
d
a b
c c d
c a
bc
Keterangan : Data rerata±SD pada waktu pengamatan yang sama dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan hasil yang nyata
p0,05
Gambar 10. Clearance efficiency udang vaname pada masing-masing perlakuan. 4.1.3
Periode Pemberian Ekstrak Gracilaria verrucosa
Data pengamatan kelangsungan hidup udang vaname yang diberi perlakuan ekstrak pada periode frekuensi pemberian yang berbeda disajikan pada Lampiran 18. Hasil analisis ragam
Lampiran 19 menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udang vaname pada frekuensi pemberian ekstrak 2 kali 86,7, 4 kali 90,0 dan 6 83,3 kali selama 30 hari pemeliharaan tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata p0,05. Namun berbeda secara nyata p0,05 dengan kelangsungan hidup udang pada perlakuan kontrol tanpa pemberian ekstrak maupun pada
frekuensi 1 kali injeksi ekstrak. Pemberian ekstrak G. verrucosa sebanyak 1 kali pemberian dalam 30 hari pemeliharaan menghasilkan kelangsungan hidup yang lebih tinggi secara nyata p0,05
bila dibandingkan dengan kontrol atau perlakuan tanpa pemberian ekstrak G. verrucosa Lampiran 19.
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
Frekuensi pemberian ekstrak
K e
la n
g s
u ng
a n
h idu
p
0K 1K
2K 4K
6K
a b
c c
c
Keterangan : Huruf yang berbeda pada skala SD diagram batang menunjukkan perbedaan yang nyata p0,05
Gambar 11. Kelangsungan hidup udang vaname pada masing-masing perlakuan
Data pertambahan bobot mutlak udang vaname selama 30 hari pemeliharaan disajikan pada Lampiran 20. Terdapat perbedaan nyata p0,05 pada pertambahan bobot mutlak udang vaname
antara udang yang tidak diberi ekstrak kontrol yaitu 4,7±1,3 dengan udang yang diberi ekstrak dengan frekuensi pemberian 2, 4, dan 6 kali yaitu 3,1± 1,4; 2,4± 1,0; dan 2,7± 1,1 Lampiran 22
dan Tabel 1. Tidak terdapat perbedaan nyata pertambahan bobot mutlak udang yang diberi ekstrak G. verrucosa 1 kali dengan udang yang tidak diberi ekstrak kontrol. Pemberian berulang
dengan frekuensi yang terlalu sering ternyata memberikan pengaruh yang berbeda pada pertambahan bobot mutlak udang vaname Tabel 1. Namun tidak terdapat perbedaan nyata
pertambahan bobot mutlak udang yang mendapat perlakuan ekstrak 2, 4, dan 6 kali selama 30 hari pemeliharaan Lampiran 22 dan Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan mutlak udang vaname pada frekuensi pemberian ekstrak 0, 1, 2, 4, dan 6 kali dalam waktu 30 hari pemeliharaan.
Durasi pemberian ekstrak
Rerata berat awal g
Rerata berat akhir g
∆ Pertumbuhan mutlak g 0K
1K 2K
4K 6K
9,2±0,1 9,1±0,2
9,0±0,1 9,0±0,1
9,0±0,0 13,8±1,3
13,3±1,0 12,1±1,4
11,4±0,9 11,7±1,1
4,7±1,3
c
N
t
= 13 ekor 4,2±1,1
bc
N
t
= 21 ekor 3,1±1,4
ab
N
t
= 26 ekor
2,4±1,0
a
N
t
= 27 ekor 2,7±1,1
a
N
t
= 25 ekor Huruf supesrcript di belakang nilai standar deviasi yang sama tidak menunjukkan perbedaan hasil
yang nyata p0,05 Keterangan: N
t
= Jumlah individu udang uji pada akhir pengamatan ekor
4.2 Pembahasan