negatif batang lainnya Costa et al. 1998. Infeksi bakteri pada udang dapat menempati tiga tempat bentuk yaitu: spots pada cutikula disebut penyakit bacterial shell, lokasi infeksi pada usus atau
hepatopancreas dan generalized septicemia. Parameter imun udang antara lain haemocyte count, phenoloxidase activity, respiratory
burst, superoxidase dismutase activity, phagocytic activity dan clearance efficiency dari Litopenaeus vannamei dan kerentanan terhadap Vibrio spp. ketika udang diberi disuntik dengan
imunostimulan Cheng et al. 2004.
2.2 Budidaya Udang vaname
Lingkungan budidaya sering merupakan hal yang sangat berpengaruh pada produksi udang vaname. Dissolved oxygen DO merupakan faktor pembatas dalam budidaya. Air pada dasar
kolam dimana udang berada, dapat menjadi hypoxic atau bahkan anoxic karena respirasi organisme dan dekomposisi bahan organik dari sisa pakan dan feces, terutama pada malam hari.
Kondisi hypoxic dapat membahayakan hidup udang. Nilai DO diatas 5 mg l
-1
sering direkomendasikan untuk budidaya intensif Zhang et al. 2006. Kekurangan oksigen menyebabkan
udang mudah terserang bakteri vibriosis dan dapat menyebabkan kematian hingga 48 dari populasi udang Le Moullac et al. 1998.
Budidaya pembesaran udang di beberapa negara menggunakan oxytetracycline OTC, oxolinic acid OXA, chloramphenicol dan furazolidone yang dicampur dalam pakan buatan
sebagai perlakuan untuk melawan vibriosis luminous Cruz-Lacierda et al. 2000. Obat yang digunakan berakibat langsung pada pemberian pakan yang berlebih dan menurunkan nafsu makan
organisme yang dibudidayakan. Akibat tidak langsung yaitu adanya agen antimikroba dengan konsentrasi rendah mengakibatkan berkembangnya strain yang resisten Tendencia and dela Pena,
2002. Selanjutnya Tendencia dan dela Pena 2001 melaporkan bahwa berkembangnya resistensi antibiotik dapat dihubungkan dengan penggunaan antimikrobial pada kolam udang. Penggunaan
antibiotik secara berlebihan menyebabkan strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik Goarant et al, 2006.
Bakteri vibrio yang terdapat pada kolamairsedimen dan bagian kolam lainnya pada budidaya udang yang menggunakan antibiotik oxytetracycline menunjukkan resistan terhadap
antibiotik tersebut Tendencia and dela Pena, 2002. Abraham et al 1997 mengisolasi strain V. harveyi yang resisten terhadap antibiotik yang digunakan dalam sistem akuakultur, dari udang
yang sakit. Lebih lanjut Hameed and Balasubramaniam 2000 menemukan bahwa bakteri resisten yang diisolasi dari Artemia nauplii resisten terhadap erythromycin, nitrofurazone dan
oxytetracycline. Penggunaan obat yang berlebihan dalam mengendalikan penyakit pada udang dapat
beresiko pada kesehatan manusia, akibat dari residu dalam udang dan berdampak pula pada lingkungan dengan adanya residu antibiotik Reed et al. 2003. Antimikroba yang digunakan di
Jepang berupa oxolinic acid dan oxytetracycline Uno, 2004. Meskipun oxytetracycline belum
disetujui oleh Food and Drug Administration FDA untuk digunakan dalam budidaya udang, di USA obat ini telah digunakan dan sukses dalam treatment vibriosis septicemia Mohney et al.
1997, namun bersifat residu pada L. vannamei.
2.3 Vibrio spp.