141 Kebakaran terjadi + pukul 9 pagi WIB dan baru dapat dipadamkan setelah
pukul 21 WIB. Hal ini terjadi karena besarnya nyala api. Pemadaman kebakaran dilakukan oleh karyawan HPGW, masyarakat Segog dan aparat kepolisian dengan
cara membuat ilaran api antara tegakan yang terbakar dengan tegakan yang belum terbakar. Luasan lahan yang terbakar adalah ± 30 ha dan saat ini kondisi tegakan
bekas terbakar cukup baik.
2 . Fire Severity
Menurut DeBano et al. 1998 fire Severity adalah suatu penilaian yang menggambarkan respon ekosistem terhadap kebakaran, dapat digunakan untuk
mendeskripsikan efek kebakaran pada sistem air dan tanah, ekosistem flora dan fauna, atmosfer dan manusia. Fire severity sangat tergantung pada bahan bakar
alami yang tersedia dan perilaku api saat bahan bakar dibakar. Berdasarkan kondisi tegakan saat ini maka kebakaran yang terjadi tahun
2002 tersebut termasuk low fire severity. Hal ini dibuktikan dengan kondisi tegakan dimana 50 pohon-pohonnya mengalami kerusakan yang tidak
terlihat dan 80 pohon- pohon yang rusak terbakar dapat bertahan. Selain itu warna permukaan tanah pada plot terbakar sedikit lebih hitam dibandingkan plot
yang tidak terbakar dengan kedalaman 0-5 cm. Kondisi lokasi juga menunjukkan bahwa kebakaran yang terjadi adalah low severity burn dimana 2 areal
terbakar berat, 15 areal terbakar sedang dan sisanya terbakar ringan atau tidak terbakar.
B. Analisis Sifat Fisik Tanah
Analisis sifat fisik tanah yang dilakukan adalah uji rabaan untuk menentukkan tekstur tanah dan bobot isi bulk density pada plot bekas terbakar
dan plot tidak terbakar. Secara tidak langsung, bulk density dapat menggambarkan kondisi kesarangan tanah. Semakin besar bulk density maka akan semakin kecil
kesarangan tanahnya, demikian pula sebaliknya semakin kecil bulk density maka
142 semakin besar kesarangan tanahnya. Hasil dari analisis sifat tanah tersebut dapat
dilihat pada Tabel 5. Tabel.5. Analisis tanah dan suhu
Plot Contoh Tekstur
Bulk Density Rata-Rata gcm
3
Suhu Rata- Rata
C Terbakar
Lempung liat berpasir 0.868
27.43 Tidak Terbakar
Lempung liat berpasir 0.959
27.06 Tanah pada kedua plot mempunyai tekstur lempung liat berdebu, terlihat
dari nilai bulk density yang tidak jauh berbeda. Tanahnya terasa licin dengan jelas, dapat membentuk bola teguh, dan dapat membentuk gulungan berkilat dan
melekat Suin, 1989. Tanah pada plot yang tidak terbakar terdapat pasir-pasir halus di permukaannya ± 1mm, tetapi tidak sampai masuk ke dalam tanah. Nilai
bulk density pada plot terbakar lebih kecil dibandingkan dengan nilai bulk density
pada plot tidak terbakar. Suhu tanah rata-rata pada plot terbakar adalah 27.43 C
dan pada plot tidak terbakar adalah 27.06 C.
Secara tidak langsung nilai ini menunjukkan bahwa tanah pada plot terbakar lebih sarang dibandingkan dengan tanah pada plot tidak terbakar. Hal ini
merupakan dampak kebakaran terhadap sifat fisik tanah dimana kebakaran dapat meningkatkan kesarangan tanah, menurunkan porositas tanah, kandungan air
tanah dan permeabilitas tanah.
C. Dampak Kebakaran Terhadap Makrofauna Tanah
Keberadaan makrofauna tanah pada suatu habitat sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat tersebut. Makrofauna tanah akan melimpah pada habitat yang
mampu menyediakan faktor-faktor yang dapat mendukung kehidupan makrofauna tanah seperti ketersediaan makanan, suhu yang optimal, dan ada atau tidaknya
musuh alami. Beberapa parameter yang dapat mempengaruhi keberadaan makrofauna tanah pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
143 Tabel 6. Parameter yang Mempengaruhi Makrofauna tanah
Mikro Habitat Parameter
Terbakar Tidak Terbakar
Nitrogen rata-rata 0.11
0.08 Suhu serasah rata-rata
C 27.93
28.24 Tebal serasah rata-rata cm
3.89 2.11
Tumbuhan bawah Clidemia hirta, Patorium
inufolium, Leucos lavandulaefolia, Dimeria
ornithopoda Curculigo
latifolia Bukaan tajuk
44.38 21.43
Keterangan : Priandi 2005
Wahyuningriyanti 2005
1. Kelimpahan MakrofaunaTanah