Kelimpahan MakrofaunaTanah Penilaian Dampak Kebakaran Terhadap Makrofauna Tanah Dengan Metode Forest Health Monitoring (Fhm)

143 Tabel 6. Parameter yang Mempengaruhi Makrofauna tanah Mikro Habitat Parameter Terbakar Tidak Terbakar Nitrogen rata-rata 0.11 0.08 Suhu serasah rata-rata C 27.93 28.24 Tebal serasah rata-rata cm 3.89 2.11 Tumbuhan bawah Clidemia hirta, Patorium inufolium, Leucos lavandulaefolia, Dimeria ornithopoda Curculigo latifolia Bukaan tajuk 44.38 21.43 Keterangan : Priandi 2005 Wahyuningriyanti 2005

1. Kelimpahan MakrofaunaTanah

Kelimpahan makrofauna tanah mengacu pada jumlah total individu makrofauna tanah yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu pada plot terbakar dan plot yang tidak terbakar. Untuk menggambarkan hasil yang diperoleh dari kedua plot tersebut digunakan nilai rata-rata dari kelimpahan makrofauna tanah yang ada. Perbandingan kelimpahan makrofauna tanah pada plot terbakar dan tidak terbakar dapat disajikan sebagai berikut.

a. Pada lapisan tanah 0-5 cm

Kelimpahan makrofauna tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya sehingga faktor ini harus benar-benar diperhatikan. Perubahan pada lingkungan akan berdampak pada keberadaan makrofauna tanah baik secara langsung atau tidak langsung. Kondisi lingkungan pada plot terbakar dan tidak terbakar di lokasi penelitian dapat digambarkan dengan parameter pada Tabel 5. dan Tabel 6. Pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa plot terbakar dan plot tidak terbakar mempunyai tekstur tanah yang sama yaitu lempung liat berdebu, hanya saja pada 144 permukaan tanah pada plot tidak terbakar terdapat pasir-pasir halus. Tanah pada plot tidak terbakar ini juga lebih padat dan lebih lembab dibandingkan dengan tanah pada plot tebakar. Kelembaban tanah ini mempengaruhi suhu tanah dimana suhu tanah rata-rata pada plot terbakar lebih tinggi dibandingkan dengan plot tidak terbakar. Sementara, kandungan nitrogen sebagai salah satu unsur yang penting bagi makhluk hidup lebih tinggi pada plot terbakar. Kelimpahan makrofauna tanah pada plot terbakar dan plot tidak terbakar berdasarkan hasil penelitian dapat disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kelimpahan Makrofauna tanah pada Plot Pengamatan Kelimpahan Ordo Famili Plot Tidak terbakar Plot Terbakar Annelida Lumbricidae 241 171 Araneidae 6 1 Oxyopidae 4 - Lycosidae 12 2 Salticidae 3 1 Araneida Tetragnathidae 1 1 Blattaria Blattidae 5 - Chelonethida - 44 1 Chilopoda Geophilidae 48 4 Oedemeridae 1 - Tenebrionidae 1 - Staphylinidae 45 - Reduviidae 1 - Scydmaenidae 1 - Coleoptera Scarabaidae 44 - Cryptostigmata Schlerobatidae 44 - Julidae 1 1 Diplopoda Polydesmidae 7 - Homoptera Cercopidae 3 - Hymenoptera Formicidae 69 513 Isopoda Trichoniscidae 36 13 Isoptera Termitidae 1 12 Mantodea Mantidae 1 - Tetranychidae 1 - Mesostigmata Laelapidae - 86 Acrididae 1 - Orthoptera Grillidae 1 1 Jumlah Total 651 809 145 Pada Tabel 7 dapat dilihat sebaran kelimpahan makrofauna tanah di plot terbakar dan plot tidak terbakar berdasarkan ordo-ordo dan famili-famili yang ditemukan. Kelimpahan makrofauna tanah pada masing-masing ordo dapat dilihat pada gambar 4. 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 An ne lid a Ar an eid a Bl att ari a Ch elo ne thi da Ch ilo po da Co leo pt era Cr yp to sti gm ata Di plo po da Ho m o pte ra Hy m e no pte ra Iso po da Iso pte ra M an to dea M es os tig m a ta Or tho pte ra Or do K el im p ah an P lo t T idak T erbak ar P lo t T erbak ar Gambar 4. Kelimpahan Makrofauna Tanah Pada tanah yang terbakar total individu yang ditemukan sejumlah 809 individu dari 10 ordo dan 12 famili yang ada, sementara pada tanah yang tidak terbakar adalah 651 individu dengan 15 ordo dan 26 famili Tabel 7.. Ordo yang mempunyai kelimpahan terbesar pada plot terbakar adalah Hymenoptera semut sejumlah 513 individu, kemudian Annelida cacing tanah sejumlah 171 individu dan Mesostigmata sejumlah 86 individu Gambar 4.. Jumlah Formicidae dan Lumbricidae ini menyebabkan besarnya jumlah individu total pada tanah yang terbakar walaupun jumlah famili yang ditemukan lebih sedikit Tabel 7. Ordo-ordo serangga seperti Coleoptera, Mantodea, Isoptera, Homoptera dan Blattaria sangat jarang ditemukan pada tanah di plot bekas terbakar. Menurut Szujecki 1987 invasi serangga pada tegakan hutan bekas terbakar dengan luasan 146 • 5 ha terjadi terutama pada tahun pertama dan kedua setelah kebakaran. Pada areal yang lebih luas, hal ini terjadi pada tahun ketiga atau keempat sejak terbatasnya kapasitas populasi serangga untuk invasi pada areal yang luas di tegakan hutan yang kurang mendukung. Kebakaran di HPGW ini terjadi 3 tahun lalu dengan luasan 5 ha sehingga jumlah serangga yang ditemukan pada plot bekas terbakar tidak banyak bahkan ada yang tidak ditemukan sama sekali seperti Coleoptera. Szujecki 1987 menyebutkan bahwa Coleptera termasuk invertebrata permukaan yang kelimpahannya tersisa sedikit pada kebakaran di lahan bekas tebangan hutan pinus dan spruce. Pengurangan stok makanan pada daerah tersebut menyebabkan turunnya jumlah larva serangga ini. Jika jumlah Coleoptera menurun maka Hymenoptera semut justru meningkat. DeBano et al. 1998 menyebutkan bahwa kebakaran dapat meningkatkan populasi semut. Suatu studi di Australia terhadap vegetasi Sclerophylluous menunjukkan bahwa semut mengkonsumsi biji yang banyak dihasilkan pada awal suksesi tanaman setelah kebakaran. Pada tanah tidak terbakar dengan jumlah famili yang lebih besar mempunyai total individu yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan sedikitnya jumlah individu pada masing – masing famili yang ditemukan. Famili Lumbricidae mempunyai jumlah terbesar pada tanah tidak terbakar yaitu 241 individu, sementara famili-famili lainnya rata-rata 16-17 individu. Besarnya jumlah cacing tanah ini menunjukkan terjadinya kolonisasi cacing tanah yang disebabkan kondisi lingkungan yang cukup mendukung seperti kelembaban tanah tidak terganggu dan tidak adanya predator. Pada ordo-ordo lainnya seperti Mesotigmata dan Cryptostigmata yang jumlahnya dipengaruhi oleh kehadiran predator yaitu Chilopoda. Lewis 1965 menemukan bahwa isi dari usus Lithobius Variegatus dan Lithobius forficatus spesies dari Chilopoda terdiri dari serangga-serangga kecil terbang dan tidak terbang, Collembola, Acarina, laba-laba, Nematoda, dan Mollusca serta sejumlah dedaunan. 147

b. Pada Lapisan Serasah

Serasah merupakan salah satu habitat hidup yang digunakan oleh makrofauna tanah terutama yang ada dipermukaan atau dekat permukaan tanah. Kondisi serasah sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan kelimpahan binatang tanah, sehingga penting untuk diamati. Plot terbakar mempunyai ketebalan serasah 3.89 cm, lebih tebal dibandingkan dengan plot tidak terbakar yang hanya 2.11 cm. Ketebalan serasah ini dipengaruhi oleh tumbuhan bawah dan kondisi tajuk pada plot pengamatan. Pada plot terbakar terdapat beberapa tumbuhan bawah yang dominan yaitu Clidemia hirta, Patorium inufolium, Leucos lavandulaefolia, Dimeria ornithopoda sementara pada plot tidak terbakar tumbuhan bawah yang mendominasi adalah Curculigo latifolia Tabel 6.. Tumbuhan bawah pada plot terbakar umumnya tumbuh mengelompok sehingga tidak menutupi permukaan tanah, berbeda dengan tumbuhan bawah pada plot tidak terbakar yang tumbuhnya menjalar sehingga menutupi permukaan tanah. Hal ini menyebabkan serasah yang jatuh pada plot terbakar dapat terkumpul pada lantai hutan sementara pada plot tidak terbakar serasah yang jatuh menyangkut pada tumbuhan bawah sehingga tidak terakumulasi di lantai hutan. Serasah pada plot tidak terbakar lebih homogen serasah Pinus dibandingkan dengan serasah pada plot terbakar. Ketebalan serasah yang terakumulasi pada plot terbakar juga disebabkan oleh kondisi tajuk pohon dimana banyak tajuk pohon yang menghitam sehingga serasah berupa daun lebih mudah jatuh. Bukaan tajuk yang lebih besar 44.3 menyebabkan akses ke lantai hutan lebih terbuka terutama cahaya dan hujan sehingga serasah yang jatuh lebih mudah untuk terdekomposisi. Dekomposisi serasah menghasilkan sejumlah bahan-bahan organik yang dapat mendukung kehidupan makhluk hidup biota tanah. Semakin banyak serasah maka bahan untuk dekomposisi juga lebih banyak sehingga decomposer juga lebih banyak. Serasah merupakan lapisan teratas yang menutupi lantai hutan sehingga lebih rentan terhadap berbagai gangguan atau perubahan-perubahan. 148 Perubahan terhadap lapisan serasah ini akan sangat berpengaruh terhadap kondisi biota tanah. Untuk suhu rata-rata serasah pada plot yang terbakar adalah 27.93 C dan untuk plot yang tidak terbakar 28,24 C. Suhu serasah ini selalu lebih tinggi dibanding dengan suhu pada tanah di bawahnya . Kelimpahan makrofauna tanah pada lapisan serasah plot terbakar dan plot tidak terbakar dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kelimpahan Makrofauna Tanah Pada Serasah Kelimpahan Ordo Family Terbakar Tidak Terbakar Thomisidae 1 1 Araneida Linyphiidae 1 - Chilopoda Geophilidae 3 - Nitidulidae 1 - Coleoptera Ellateridae - 1 Isotomidae 104 5 Podoridae 4 - Collembola Sminthuridae 4 - Chelonethida - 1 Zetorchestidae 6 - Schlerobatidae 15 4 Ephylohmaiidae 6 - Cryptostigmata Rhysotritiidae 1 - Diplopoda Polydesmidae 1 - Hymenoptera Formicidae 16 1 Phytoseiidae 4 - Veigaiidae 1 - Laelapidae 22 5 Mesostigmata Tetranychidae - 2 Metastigmata Argasidae 21 - Thysanoptera Thripidae - 1 Total 209 21 Kelimpahan makrofauna tanah pada serasah di plot terbakar dan plot tidak terbakar berdasarkan jumlah individu pada masing-masing ordo dapat dilihat pada Gambar 5. 149 2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 1 2 0 A ra ne id a Ch ilo p o d a Co le op te ra Co lle m b o la Ch el on et hi d a Cr y p to sti gm at a D ip lo p o d a H ym en o p te ra M es os tig m at a M et as tig m at a T h y s an o p te ra O r do K elim p a h a n P lo t T ida k T e r ba k a r P lo t T e r ba k a r Gambar 5. Kelimpahan Makrofauna Tanah pada Serasah Jumlah total individu yang ditemukan di serasah terbakar adalah 209 individu dari 10 ordo dan 20 famili. Pada serasah tidak terbakar ditemukan 21 individu dari 8 ordo dan 8 famili. Pada Gambar 5. terlihat jumlah Collembola mendominasi pada plot terbakar dengan 112 individu karena serasahnya banyak. Pada plot tidak terbakar individu yang banyak ditemukan adalah Collembola dan Acarina sejumlah 16 individu. Sementara ordo Coleoptera, Chilopoda, Araneida, Diplopoda,Thysanoptera dan Chelonethida kelimpahannya kecil. Pada Tabel 6. dapat dilihat bahwa serasah pada plot terbakar lebih tebal dibandingkan serasah pada plot tidak terbakar. Ketebalan serasah ini berpengaruh terhadap jumlah serasah yang dapat terdekomposisi, semakin tebal serasah maka akan sebanyak bahan organik yang dihasilkan. Bukaan tajuk pada plot terbakar yang lebih besar menyebabkan dekomposisi serasah pada lantai hutan lebih aktif dan cepat. Szujeki 1987 menyebutkan bahwa Colembolla merupakan invertebrata yang kelimpahannya menunjukkan osilasi kisaran yang luas pada lahan terbakar. Menurut Wallwork 1970, biasanya pada sebagian besar padang rumput, tanah mor dan tanah hutan, Collembola adalah fauna yang paling mewakili, dari 150 segi jumlah individu dan spesies, pada lapisan organik di bagian atas 10-15 cm. Dalam skala kedalaman ini, populasi terbesar Colembola biasanya terdapat pad tingkat kedalaman dimana dekomposisi bahan organik secara aktif terjadi; pada profil tipe mor, tingkatan ini dikenal sebagai ‘zona fermentasi’, yang berbeda dan terpisah dari lapisan litter dan lapisan humus. Burgers dan Raw 1967 menyimpulkan, dari analisis usus Collembola bahwa jenis Collembola yang lebih besar memakan fungi, sebaliknya yang berukuran lebih kecil langsung memakan humus. Collembola juga mengkonsumsi bagian tanaman yang lapuk, spora, Collembola yang lain, bagian cacing tanah yang terdekomposisi dan kutikulanya sendiri. Sebagai dekomposer Collembola berperan menghancurkan feses arthropoda yang lebih besar, menghasilkan kitin agar tersedia di tanah dan memudahkan proses dekomposisi oleh dekomposer yang lain. Sama seperti Collembola, Acarina juga merupakan mesofauna yang banyak ditemukan pada lapisan permukaan, lapisan fermentasi dan lapisan humus. Acarina mengkonsumsi tanaman yang lapuk, lumut, fungi dan alga. Acarina juga berperan sebagai dekomposer. Pada lahan hutan yang tidak kondusif bagi dekomposer yang lebih besar maka dekomposisi bagian tanaman dilakukan oleh Acarina. Ordo Cryptostigmata berperan dalam mencampurkan bahan organik pada lapisan tanah di bawah permukaan. Untuk menggambarkan kelimpahan makrofauna tanah pada plot terbakar dan plot tidak terbakar nilai kelimpahan rata-rata makrofauna tanah. Perbedaan kelimpahan biota tanah di plot terbakar dan plot tidak terbakar dilakukan dengan uji T Gambar 6. 151 50 100 150 200 250 300 Tanah Serasah H a bi ta t K elim p a h a n R a ta -R a ta P lo t T idak T e rbak a r P lo t T e rbak a r a a a a Keterangan : Huruf yang sama pada habitat yang sama menunjukkan bahwa kelimpahan rata-rata tidak berbeda nyata. Gambar 6. Kelimpahan Rata-Rata Makrofauna Tanah Berdasarkan hasil uji T, kelimpahan rata-rata dari tanah yang terbakar dengan tanah tidak terbakar tidak berbeda nyata P 0.7142, demikian pula pada serasah yang terbakar dan serasah tidak terbakar P 1.104 . Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jumlah total individu yang ditemukan pada kedua plot tidak signifikan, artinya kebakaran yang terjadi memberikan dampak yang ringan. Jumlah individu total di plot yang terbakar adalah 1018 individu dan di plot tidak terbakar 672 individu. Meskipun dari hasil uji T kelimpahan pada kedua plot ini tidak berbeda nyata tetapi kecenderungan menunjukkan bahwa kelimpahan makrofauna tanah di plot terbakar lebih besar daripada kelimpahan makrofauna tanah di plot tidak terbakar.

2. Indeks Kekayaan Richness Index Biota Tanah