16
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penolakan sekolah school refusal adalah gangguan emosi yang ditunjukkan
dengan kecenderungan perilaku untuk tidak hadir di sekolah yang terjadi pada anak-anak atau remaja yang disertai dengan ketakutan yang tidak irasional emosi
yang tinggi, kecemasan dan depresi dan terjadi dengan periode dan alasan yang bervariasi yang berlangsung secara konsisten, dan dipengaruhi oleh beberapa
penyebab.
2.1.2 Karakteristik Anak yang Mengalami Penolakan Sekolah school
refusal
Ada beberapa tanda yang dijadikan sebagai karakteristik penolakan sekolah school refusal pada anak menurut Kearney silverman, 1996 dalam
Kearney, 2006: 179 pada anak usia 5 sampai 17 tahun, yaitu : 1.
Tidak masuk sekolah dalam kurun waktu yang lama atau menunjukkan periode absen sekolah yang bersifat periodik.
2. Masuk sekolah namun tidak mengikuti kelas-kelas tertentu atau meninggalkan
kelas sebelum jam pelajaran berakhir. 3.
Menunjukkan perilaku bermasalah di pagi hari sebelum berangkat sekolah seperti tantrum, menangis, dan pernyataan tidak ingin masuk sekolah.
4. Pergi ke sekolah dengan keluhan fisik dan keluhan lain di luar keluhan fisik
dengn tujuan agar tidak pergi ke sekolah.
17
Berg, Nichols dan Richard dalam Walker dan Robert, 1992: 164 juga mengemukakan karakteristik dari penolakan sekolah adalah :
1. Kesulitan yang berlebihan untuk menghadiri sekolah, sering diikuti absen
yang berkepanjangan. 2.
Kesedihan emosional yang berlebihan, termasuk ketakutan yang berlebihan, marah, mengeluh merasa sakit ketika akan pergi ke sekolah.
3. Tinggal dirumah dengan depengahuan orangtua ketika anak seharusnya berada
di sekolah 4.
Ketiadaan karakteristik antisocial seperti mencuri, berbohong dan bersifat merusak
Freemont 2003: 1 juga mengungkapkan karakteristik penolakan sekolah, antara lain :
1. Gangguan emosi berat yang berhubungan dengan sekolah, yang meliputi
kecemasan, temper tantrum, depresi atau gejala somatic. 2.
Seringkali anak membujuk orangtuanya agar mengizinkan anak untuk membolos atau tinggal dirumah
3. Ketiadaan perilaku antisocial signifikan seperti kenakalan anak mencuri atau
merusak 4.
Selama jam – jam sekolah, biasanya anak tinggal di rumah karena ia merasa aman dan tidak terancam berada di lingkungan rumahnya.
5. Anak mengekspresikan kesediaan untuk mengerjakan tugas sekolah dan lebih
suka menyelesaikan tugas sekolah dirumah.
18
Penolakan sekolah school refusal bukan merupakan sindrom klinis melainkan istilah yang menunjukkan keberagaman masalah emosi pada anak yang
menolak bersekolah. Pada beberapa kasus, anak dengan penolakan sekolah school refusal tidak memperoleh suatu diagnosis tertentu. Dari beberapa
pendapat tokoh diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak yang mengalami penolakan sekolah yaitu :
1. Menunjukkan perilaku bermasalah di pagi hari sebelum berangkat sekolah
seperti tantrum, menangis, dan pernyataan tidak ingin masuk sekolah. 2.
Pergi ke sekolah dengan keluhan fisik dan keluhan lain di luar keluhan fisik dengn tujuan agar tidak pergi ke sekolah.
3. Membujuk orangtuanya agar mengizinkan anak untuk membolos atau tinggal
dirumah 4.
Tidak menunjukkan perilaku seperti berbohong, mencuri atau merusak
2.1.3 Tingkat Penolakan Sekolah school refusal