13
BAB 2 PERSPEKTIF TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penolakan Sekolah school refusal
2.1.1 Pengertian Penolakan Sekolah school refusal
Masalah ketidakhadiran anak di sekolah telah ada sejak dulu dan transformasi istilah pun terjadi untuk menjelaskan masalah tersebut. Pada awalnya
muncul istilah truancy yang berasal dari bahasa Perancis, “truand” yang berarti
pemalas, nakal, atau parasit Kearney, 2006: 179. Truancy atau membolos ditujukan untuk anak yang tidak masuk sekolah karena kurangnya motivasi atau
tidak patuh terhadap otoritas, akan tetapi terdapat banyak kasus dimana anak menolak bersekolah karena masalah emosi. Mereka sebenarnya ingin masuk
sekolah namun tidak dapat pergi karena mengalami distress emosi seperti takut, cemas, atau depresi. Untuk menyebut kondisi yang demikian maka terdapat
beberapa istilah lain seperti school phobia, social phobia, atau separation anxiety. Menurut Galloway 1985: 21 truancy mengacu pada penghindaran sekolah yang
berasosiasi dengan kenakalan anak dan ketidak tertarikan terhadap kegiatan sekolah.
Anak yang disebut truant tidak mengikuti aturan-aturan di sekolah atau lebih karena alasan-alasan seperti malas, tidak mau mengikuti aturan-aturan di
sekolah. Mereka tidak mempunyai rasa bersalah yang berarti dengan meninggalkan sekolah. Sedangkan menurut Davidson dalam Galloway, 1985: 21
14
school phobia merujuk pada ketakutan yang tidak rasional yang menetap yang disertai dengan gejala-gekala fisiologis, sehingga menyebabkan ketidakmampuan
untuk pergi ke sekolah. Ketakutan tersebut menyebabkan anak menghindari situasi sosial, termasuk sekolah. Sementara itu separation anxiety merupakan
kecemasan anak ketika berpisah dengan figure caregiver-nya. Kecemasan tersebut bisa termanifestasi dalam bentuk menolak pergi sekolah karena tidak ingin
berpisah dengan caregiver. Masalah ini paling banyak ditemui pada anak usia sekolah dasar dan remaja walaupun sering juga muncul pada anak prasekolah.
Para ahli menggunakan istilah school refusal untuk membedakan penolakan bersekolah karena masalah emosi dengan kenakalan truancy. Berikut
ini adalah perbedaan antara dua kondisi tersebut Haarman, 2009: 7. Table 2.1 Perbedaan School Refusal dengan Truancy
No School Refusal
Truancy 1
Pergi ke sekolah dengan tekanan emosi yang tinggi, seperti menangis,
temper tantrum, atau keluhan- keluhan fisik seperti sakit perut,
pusing, mual, dll. Tidak ada tekanan yang tinggi
saat pergi ke sekolah tidak cemas atau takut
2 Orangtua mengetahui ketidakhadiran
anak di sekolah, anak secara langsung meminta orangtua untuk
mengizinkanya tidak masuk sekolah Anak berusaha agar orangtua
tidak mengetahui ketidakhadirannya di sekolah
3 Anak jarang menunjukkan perilaku
antisosial seperti kenakalan Anak sering menampilkan
perilaku kenakalan lain seperti berbohong dan mencuri
4 Ketika tidak masuk sekolah, anak
lebih memilih tinggal dirumah Ketika tidak masuk sekolah,
anak sering tidak berada di rumah
5 Anak memperlihatkan keinginan
untuk mengerjakan tugas sekolah atau PR, namun tetap merasa enggan
saat pergi ke sekolah Anak tidak menunjukkan minat
untuk mengerjakan tugas sekolah atau PR.
Sumber : Haarman, 2009: 7
15
Penggunaan istilah truancy, school phobia, social phobia, atau separation anxiety menimbulkan masalah karena hanya menggambarkan karakteristik
tertentu dan tidak mereleksikan heterogenitas masalah penolakan sekolah yang ditemui sehari - hari. Akhirnya pada tahun 1990, Kearney dan Silverman 1993:
86 mengajukan istilah school refusaluntuk menyebut keberagaman penolakan bersekolah pada anak, baik yang disebabkan oleh masalah emosi maupun
kenakalan. Menurut Kearney 2006: 179 perilkau penolakan sekolah school refusal
adalah kecenderungan anak menolak untuk hadir di sekolah atau kesulitan mengingat di dalam kelas untuk beberapa hari dan terjadi secara konsisten.
Kesulitan untuk hadir di sekolah diaosiasikan dengan gangguan emosi, kecemasan dan depresi.Biasanya perilaku menolak sekolah terjadi pada anak-anak dan remaja
dengan usia 5-17 tahun.Selain itu Mash Wolfe 2005: 188 menyatakan bahwa school refusal adalah menolak menghadiri kelas atau mengalami kesulitan
disekolah selama seharian penuh yang ditandai dengan ketakutan akan sekolah yang berlebihan dan tidak rasional. Galloway 1985: 21 juga mendefinisikan
penolakan sekolah sebagai manifestasi utama dari gangguan karakteristik neurotic dengan keengganan untuk meninggalkan rumah. Tokoh lain Walker Roberts
1992: 363 mengatakan bahwa penolakan sekolah school refusal merupakan respon ketakutan yang kuat pada stimulus atau situasi tertentu yang oleh sebagian
orang dianggap tidak berbahaya, yang dapat dihilangkan hanya dengan menghindari objek atau situasi yang ditakutinya.
16
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penolakan sekolah school refusal adalah gangguan emosi yang ditunjukkan
dengan kecenderungan perilaku untuk tidak hadir di sekolah yang terjadi pada anak-anak atau remaja yang disertai dengan ketakutan yang tidak irasional emosi
yang tinggi, kecemasan dan depresi dan terjadi dengan periode dan alasan yang bervariasi yang berlangsung secara konsisten, dan dipengaruhi oleh beberapa
penyebab.
2.1.2 Karakteristik Anak yang Mengalami Penolakan Sekolah school