36
3.4.2 Narasumber Sekunder informan
Narasumber sekunder penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan subjek serta mengetahui secara jelas keseharian aktivitas
subjek. Narasumber sekunder pertama dalam penelitian ini yaitu Ibu subjek Yl dan narasumber kedua merupakan kakak pertama Am subjek karena memiliki
kedekatan secara interpersonal dan secara emosional dengan subjek. Kemudian narasumber sekunder ketiga merupakan tante subjek Yt, dan narasumber ke
empat adalah wali kelas subjek ketika kelas lima Mn, yang mengetahui keseharian subjek, dan hasil akademik subjek selama di sekolah.
3.5
Metode dan Alat Pengumpulan Data
3.5.1 Pengumpulan Data
Pada penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen kunci interaksi. Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran
data dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitian Moleong, 2010: 54. Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian, karena
akan berpengaruh pada langkah – langkah berikutnya sampai dengan tahapan
penarikan kesimpulan. Oleh karena itu dalam proses pengumpulan data diperlukan metode yang sesuai untuk memperoleh data
– data yang akurat, relevan, dan dapat diketahui kebenaranya. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
37
adalah teknik wawancara mendalam deep interview, observasipengamatan, tes psikologis dan dokumentasi. Sedangkan beberapa perlengkapan yang disediakan
sebagai alat pendukung dalam penelitian ini adalah kamera, handphone sebagai perekam suara. Alat tes psikologi yang digunakan berupa tes grafis yaitu, Draw A
Person DAP,Tree Test BAUM dan House Tree And Person Test HTP. Alat tes psikologi digunakan dengan maksud untuk mengetahui dinamika kepribadian
subjek yang secara tidak langsung mempengaruhi perilakunya, terutama yang berkaitan dengan penolakan sekolah school refusal. Teknik tersebut diharapkan
dapat membantu mencari informasi terkait dengan penolakan sekolah school refusal. Data dalam wawancara dan observasi akan saling melengkapi
keobyektifan hasil data 3.5.1.1 Wawancara interview
Teknik pengambilan data dalam penelitian mengenai penolakan sekolah school refusal ini menggunakan wawancara sebagai metode pengambilan data
utama. Menurut Rahayu dan Ardani 2004: 63-64,wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka face to face dengan maksud tertentu. Percakapan ini
dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara interviewer dan yang diwawancarai interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Adapun maksuddari diadakanya wawancaraialah untuk menggali struktur kognitif dari makna dari perilaku subjek yang diteliti.
Peneliti menggunakan wawancara sebagai metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi atau jawaban yang sesuai dengan fokus penelitian, oleh
karena itu wawancara harus dilakukan tatap muka secara langsung face to face
38
dengan subjek. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara langsung secara mendalam indepth interviewdengan model
wawancara bebas terpimpin semi-structured interviews. Yaitu wawancara yang dilakukan sesuai dengan interview guide atau pedoman wawancara yang telah
disiapkan oleh penelit. Akan tetapi, bentuk – bentuk pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti kepada informan tidaklah harus mengikat dan permanen. Pertanyaan – pertanyaan bebas dapat diajukan oleh pewawancara sesui dengan selera situasi
yang ada. Artinya, variasi – variasi pertanyaan sangat memungkinkan dilakukan
oleh peneliti jika ingin memperdalam informasi yag diperoleh melakukan probing, dengan catatan wawancara tetap terkendali dan tidak keluar dari tujuan
pokok yang ingin digai oleh peneliti. Tentunya kemampuan peneliti sangat dibutuhkan dalam proses wawancara mendalam karena kualitas penelitian
tergantung pada apakah peneliti dapat melakuakn eksplorasi pada setiap pertanyaan yang diberikan kepada informan atau subjek. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan peneliti agar data yang diperoleh sesuai harapan antara lain: 1.
Membuat interview guidepedoman wawancara sebelum dilakukan proses wawancara. Interview guide adalah acuan garis-garis besar wawancara yang
dibuat berlandaskan unit analisis yang telah ditetapkan agar hasil wawancara dapat lebih fokus. Unit analisis tersebut dibuat berdasarkan aspek-aspek yag
ingin digali sub unit analisis. Kemudian sub unit analisis dibagi lagi menjadi beberapa indikator pertanyaan. Interview guide dimaksudkan agar wawancara
lebih mengenai sasaran hal yang ingin digali dalam penelitian dan diharapkan
39
isi wawancara tidak keluar dari permasalhan dan untuk menjaga agar pokok- pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup..
2. Mencari informasi dari berbagai sumber mengenai hal-hal yang akan
diungkap dalam proses wawancara. 3.
Menciptakan hubungan yang baik rapport dengan responden yang akan diwawancarai. Peneliti perlu melakukan rapport terlebih dahulu dengan
responden dan tidak menanyakan secara langsung permasalahan yang dihadapi sehingga dapat mengetahui kesiapan dan penerimaan responden
terhadap peneliti. Tujuan menjalin rapport adalah untuk menciptakan suasana saling menghargai, mempercayai, memberi dan menerima, bekerjasama,
member rasa aman dan perhatian, oleh karena itu tugas interviewee tidak hanya terbatas untuk mendapatkan informasi, melainkan untuk membuat
suasana wawancara sebaik-baiknya. 4.
Menciptakan kerjasama yang baik dengan responden. Pada awal wawancara peneliti melakukan pembicaraan-pembicaraan yang sifatnya ramah tamah,
kemudian mengemukakan tujuan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan menciptakan suasana bebas agar subjek tidak merasa tertekan sehingga
bersedia bekerjasama dari penelitian dapat denga mudah menggali informasi dari subjek.
5. Melakukan pencatatan terhadap hasil wawancara agar peneliti dapat mencatat
ekspresi subjek ketika menjawab pertanyaan. Wawancara dilakukan dengan subjek penelitian dan narasumber sekunder.
Subjek penelitian merupakan sumber data yang utama, sedangkan narasumber
40
sekunder sebagai cross check terhadap data-data yang diperoleh dari subjek penelitian
5.5.1.2 Observasi
Selain melakukan wawancara, pengambilan data dalam penelitian ini juga dilakukan melalui observasi. Menurut Rahayu dan Ardani 2004: 1, observasi
adalah pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga akan diperoleh suatu pemahaman atau sebagai alat re-checking
atau pembuktikan terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Pada dasarnya, observasi dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mendskripsikan
mengenai setting yang dipelajari, aktivitas – aktivitas yang berlangsung, orang –
orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut, serta untuk mengetahui makna kejadian yang akan terlibat dalam aktivitas tersebut, serta untuk mengetahui
makna kejadian yang sedang diamati. Observasi berasal dari bahsa latin “melihat” dan “memperhatikan”. Istilah
observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam
fenomena tersebut. Marshall, 1995 dalam Sugiyono, 2012: 63 menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari
perilaku tersebut. Menurut Rahayu dan Ardani 2004: 26, banyak hal, peristiwa, masalah,
dan gejala-gejala yang dapat di observasi. dalam melakukan observasi ada beberapa point yang biasanya perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1. Penampilan fisik, yang meliputi kondisi fisik observe.
41
2. Gerakan tubuhpenggunaan anggota tubuh. Misalnya bagaimana postur tubuh
observe, bagian tubuh mana yang sering digunakan, dan bagian mana yang banyak digerakkan misalnya observe selalu mengerakkan tangan ketika
bicara. 3.
Ekspresi wajah, yaitu bagaimana ekspresi wajah observe ketika sedang bicara. 4.
Pembicaraan, yaitu bagaimana isi pembicaraan yang dilakukan. 5.
Reaksi emosi, yaitu bagaimana reaksi emosi observe. Dalam penelitian seorang observer perlu memperhatikan bagaimana reaksi emosi observe
terhadap suatu masalah yang ingin diteliti. 6.
Aktivitas yang dilakukan, misalnya jenis aktivitas apa yang dilakukan, lamanya, dengan siapa, dimana dan sebagainya.
Patton, 1990 dalam Rahayu dan Ardiani, 2004: 4 menyatakan beberapa hal yang menjadikan observasi penting untuk dilakukan oleh peneliti :
1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik mengenai konteks dalam
hal yang diteliti atau terjadi. 2.
Observasi akan memungkinkan peneliti bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan dapat mempertahankan pilihan untuk
mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan yang nyata ini, kecenderungan peneliti untuk dipengaruhi berbagai
konseptualisasi yang ada sebelumnya tentang fenomena yang diamati akan berkurang.
3. Observasi akan memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh informan
peneliti sendiri kurang atau bahkan tidak sadari.
42
4. Observasi akan memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang
tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara karena berbagai sebab yang melatarbelakangi.
5. Berbeda dengan wawancara, observasi akan memungkinkan peneliti bergerak
lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak- pihak lain yang terkait.
Peneliti berperan pasif dalam penelitian ini, subjek mengetahui keberadaan peneliti tetapi sebisa mungkin peneliti tidak memperlihatkan kegiatan
seperti merekam perekaman dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan menggunakan ponsel ataupun mencatat agar subjek tetap berperilaku natural.
Setelah selesai pengamatan, peneliti segera melakukan pencatatan hal-hal yag ditemui di lapangan sebelum tertumpuk oleh informasi lainya.
Alat observasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan anecdotal. Anecdotal mencatat hal
– hal yang penting atau tingkah laku istimewa yang berhubungan dengan masalah yang ingin diketahui oleh
peneliti pada saat melakukan wawancara. Tingkah laku yang istimewa dan unik merupakan harapan peneliti untuk melengkapi data terkait dengan penolakan
sekolah school refusal. Observasi yang dilakukan hanya digunakan untuk melengkapi instrumen utama pengambilan data.
Observasi dengan menggunakan anecdotal dilakukan pada saat wawancara dengan subjek berlangsung maupun pada saat kegiatan sehari
– hari subjek. Selaa proses wawancara peneliti mencatat perilaku unik yang dilakukan oleh subjek.
Begitu pula pada saat peneliti mengobservasi aktivitas sehari – hari pada subjek.
43
Selama proses observasi berlangsung peneliti ikut dalam kegiatan sehari – hari
subjek, seperti pada saat subjek bermain, kegiatan subjek dirumah atau perilakuy subjek ketika enggan pergi ke sekolah.
3.5.1.3 Tes Psikologi Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes psikologi yang dimaksudkan
untuk mengetahui dinamika kepribadian subjek yang secara tidak langsung mempengaruhi perilakunya, terutama yang berkaitan dengan penolakan sekolah
school refusal. Tes grafis merupakan salah satu tes proyektif yang berguna untuk
mengklarifikasi dan memahami kepribadian seseorang dalam bentuk gambar. Metode tes ini digunakan sebagai pengecekan atau penambah data penelitian. Tes
grafis ini berguna untuk mengetahui kepribadian yang dimiliki oleh subjek secara mendetail. Tes grafis juga bertujuan untuk mengetahui segala aspek-aspek tidak
sadar subjek melalui gambar, penempatan dan ciri khusus lainya akan dapat diinterpretasi dengan hasil yang berbeda antara subjek satu dengan subjek lainya.
Alat tes ini juga bermanfaat untuk memahami dan menilai karakteristik kepribadian individu karena setiap individu mempunyai karakteristik yang
berbeda. Alat-alat yang dipersiapkan dan digunakan dalam tes grafis ini adalah kertas
putih kosong ukuran kwarto 80 gram, pensil HB dan penghapus. Ada beberapa tes grafis yang digunakan, antara lain adalah :
44
1. Draw A Person DAP
Tes diberikan kepada subjek dengan cara subjek diminta menggambar “manusia” secara lengkap. Bila sudah selesai menggambar kemudian subjek
diminta memberi keterangan gambar, seperti siapa yang ia gambar, apa yang sedang dilakukan, kemudian menuliskan tiga sifat positif dan tiga sifat negative.
Draw A Person Test yaitu untuk mengungkap kepribadian di bawah sadar subjek melalui meggambar manusia. Dengan menggambar manusia, seseorang
bisa mengekspresikan bagaimana perasaan subjek sendiri terhadap orang lain.Hasil dari gambar manusia menunjukkan perasaan skap subjek terhadap diri
sendiri dan orang lain. 2.
Tree test BAUM Tree Testmerupakan tes grafis yang bertujuan untuk mengungkapkan pribadi
subjek dan interaksinya dengan lingkungan sekitar melalui gambar pohon. Pohon mencerminkan perasaan seseorang yang lebih dalam dan perasaan yang tidak
disadari akan dirinya sendiri. 3.
House Tree Person Test HTP Housi tree Person HTP Rumah Pohon Manusia dipublikasikan oleh J.N
Buck pada tahun 1948, awalnya merancang tes untuk menilai penyesuaian kepribadian. Umumnya, HTP dapat di interpretasikan sebagai penggambaran baik
menyangkut sikap dan perasaan terhadap orang-orang yang penting dalam hidup subjek maupun perasaan yang terarah kepada diri self individu sendiri. Bagi
sejumlah individu, rumah menggambarkan hubungan mereka dengan ibu mereka, pohon menggambarkan perasaan-perasaan mereka pada ayah mereka, dan
45
manusia menggambarkan perasaan-perasaan mengenai diri mengenai diri mereka sendiri.
Tes diberikan dengan cara meminta subjek untuk membuat sebuah gambar pada selembar kertas putih kosong ukuran kwarto 80 gram dengan posisi
horizontal dan dengan pensil. Instruksi yang diberikan “buatlah gambar yang di dalamnya ada rumah, poho
n, dan manusia‟. House Tree Person ini digunakan untuk melihat kepribadian subjek baik menyangkut sikap, perasaan terhadap
orang-orang yang penting dalam hidupnya.
3.6 Analisis Data