Pengetahuan Anak Sekolah Dasar Terhadap Pencegahan Penyakit Diare di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun

(1)

PENGETAHUAN ANAK SEKOLAH DASAR TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI SD 098167 RSS PERUMANAS KERASAAN

KEC. PEMATANG BANDAR KAB. SIMALUNGUN

SKRIPSI OLEH:

ENDANG S. SIBURIAN 111121119

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

Judul : Pengetahuan Anak Sekolah Dasar Terhadap Pencegahan Penyakit Diare di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun

Penelitian : Endang Suryani Siburian Program : S1 Ekstensi

Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Penyebaran penyakit berbasis lingkungan di kalangan anak sekolah di Indonesia tergolong sangat tinggi. Terjadinya infeksi, seperti deman berdarah dengue, diare, dan cacingan, serta berbagai dampak negatif akibat buruknya sanitasi dan keamanan pangan, masih banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Setiap tahun rata-rata di Indonesia 100.000 anak meninggal dunia karena diare. Diare menjadi penyebab kematian kedua terbesar di Indonesia setelah malnutrisi. Faktor-faktor yang meningkat resiko terjadinya diare adalah lingkungan, makanan yang tidak bersih, air yang tidak bersih, dan tidak membuang sampah pada tempatnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan anak sekolah dasar tentang pencegahan penyakit diare. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai November 2012, dengan populasi anak sekolah dasar adalah 147 responden dan teknik pengambilan sampel adalah dengan random sampling yaitu 37 responden. Hasil penelitian ini menggunakan kuesioner didapat bahwa pengetahuan anak sekolah dasar adalah berkategori baik yaitu 64,9 % dan cukup (35,1%). Pengetahuan anak sekolah dasar tentang pencegahan penyakit diare pada penelitian ini kurang dalam membedakan makanan yang bersih dan air minum yang bersih Diharapkan kepada pihak sekolah agar adanya peningkatan pengetahuan anak sekolah dasar terdapat pencegahan penyakit diare khususnya dalam memilih makanan yang bersih dan air minum yang bersih.


(4)

Title : Knowledge of Elementry School Children On The Prevention of Diarrheal Disease in SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun

Researcher : Endang Suryani Siburian Study Program : S1 Ekstensi

School Year : 2011/2012

ABSTRACT

Environmentally based disease spread among school children in Indonesia are classified as very high. Infection such as dengue fever, diarrhea, and intestinal worms, as well as the negative impact of poor sanitation and food safety, many encountered in everyday life. Each year on average in Indonesia 100.000 children die of diarrhea. Diarrhea being the second biggest cause of death in Indonesia after malnutrition. Factors that increase the risk of diarrhea is the enviroment, the food is not hygiene, water is not clean, and do not dispose of waste in place. This study aims to determine the knowledge of elementary school children on the prevention of diarrheal disease. Type of research is a descriptive study. The research activities began in March to November 2012, with a population of elementry school children was 147 respondents and the sampling technique is random sampling, which 37 respondents. The results of study using questionnaires obtained that knowledge of elementry school children are categorized as good (64,9%) and sufficient (35,1%). Knowledge of elementary school children on the prevention of diarrheal disease in this study lack the distinguishing hygienic food and clean drinking water. Expected an increase knowledge of elementary school children are particulary diarrheal disease prevention in their food hygiene and safe drinking water.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Karunianya sehingga peneliti dapat menghasilkan Skripsi ini, yang berjudul “ Pengetahuan Anak Sekolah Dasar Tentang Pencegahan Penyakit Diare di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun.”

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS selaku Pudek 1 Fakultas Keperawatan USU 3. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi. 4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku Dosen Penguji I Skripsi. 5. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns selaku Dosen Penguji II Skripsi.

6. Ibu Mahnum Lailan Nst, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama saya menyelesaikan akademi di Fakultas Keperawatan USU.

7. Bapak Jonni Damanik, S.Pd, selaku Kepala Sekolah di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab.


(6)

8. Bapak dan ibu dosen beserta staf Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama penulis dalam pendidikan

9. Teristimewa kepada Ayahanda (Tumbur Siburian) dan Ibunda tercinta (Rosenta br. Nainggolan), serta adik-adik saya tersayang (adik wirda, epi, dan eko) serta semua keluargaku yang telah banyak memberikan dorongan kepada penulis baik moril, maupun material serta semangat dan doa dalam menyusun skripsi ini.

10. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua kepada teman-teman yang berada diangkatan 2011 ekstensi sore.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi penelitian ini masih terdapat kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi penelitian ini.

Akhir kata kepada-Nya kita berserah diri semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya keperawatan komunitas dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2013 Peneliti


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI……… iii

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1. Latar Belakang………. 1

2. Rumusan Masalah……… 7

3. Tujuan Penelitian……….. 8

4. Manfaat Penelitian……… 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………. 10

1. Pengetahuan……… 10

2. Diare………. 12

2.1 Pengertian Diare……….. 12

2.2 Penyebab Diare……… 13

2.3 Gambaran Klinis Diare………... 14

2.4 Cara Penularan Diare……….. 15

2.5 Komplikasi Diare……… 17

2.6 Pengobatan Diare……… 17

2.7 Pencegahan Diare……… 18

3. Konsep Anak Sekolah……….. 26

3.1 Pengertian Anak ………. 26

3.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah.. 26

a. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah dan Sekolah Dasar………... 28

b. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah Menegah dan Sekolah Lanjut………….. 29

3.3 Pertumbuhan Fisik, Perkembangan Kognitif, Sosial, dan Mental pada Anak Usia Sekolah Dasar………. 30

a. Pertumbuhan Fisik………. 30

b. Perkembangan Koginif……….. 31

c. Perkembangan Psikososial………..…... 31

d. Perkembangan Moral……… 32

1) Hubungan Teman Sebaya………. 32

2) Identitas Seksual……….. 33

3) Konsep Diri dan Kesehatan……….. 33

3.4 Gangguan Pertumbuhan……….. 33 3.5 Gangguan Perkembangan dan Perilaku Anak Usia Sekolah. 34


(8)

3.6 Permasalahan Anak Usia Sekolah………... 34

BAB 3 KERANGKA KONSEP……….. 36

1. Kerangka Konsep………. 36

2. Defenisi Operasional……… 36

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN……… 38

1. Desain Penelitian……….. 38

2. Populasi dan Sampel……… 38

3. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 40

4. Etika Penelitian……… 40

5. Cara Pengumpulan Data……….. 41

6. Instrumen, Pengukuran, dan Pengamatan Variabel Penelitian 41 7. Pengukuran Validitas……….. 43

8. Pengukuran Realibitas………. 43

9. Pengolahan Data ……… 44

10. Analisa Data ……… 45

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 46

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….. 46

2. Hasil Penelitian……….. 46

2.1 Karakteristik Responden……….. 47

2.2 Analisa Univariat……….. 48

3. Pembahasan……… 49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………. 53

1. Kesimpulan……….. 53

2. Saran……… 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Jadwal penelitian

4. Rencana Anggaran Penelitian 5. Surat izin survey awal

6. Surat Ijin Pengambilan Data 7. Surat Selesai Penelitian 8. Uji Reliabilitas

9. Data Hasil Penelitian 10.Lembar Konsul 11.Curiculum Vitae


(9)

DAFTAR TABEL

NO. JUDUL HAL

5.1Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun ….. 47 5.2 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Anak Sekolah Dasar

di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

Judul : Pengetahuan Anak Sekolah Dasar Terhadap Pencegahan Penyakit Diare di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun

Penelitian : Endang Suryani Siburian Program : S1 Ekstensi

Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Penyebaran penyakit berbasis lingkungan di kalangan anak sekolah di Indonesia tergolong sangat tinggi. Terjadinya infeksi, seperti deman berdarah dengue, diare, dan cacingan, serta berbagai dampak negatif akibat buruknya sanitasi dan keamanan pangan, masih banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Setiap tahun rata-rata di Indonesia 100.000 anak meninggal dunia karena diare. Diare menjadi penyebab kematian kedua terbesar di Indonesia setelah malnutrisi. Faktor-faktor yang meningkat resiko terjadinya diare adalah lingkungan, makanan yang tidak bersih, air yang tidak bersih, dan tidak membuang sampah pada tempatnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan anak sekolah dasar tentang pencegahan penyakit diare. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai November 2012, dengan populasi anak sekolah dasar adalah 147 responden dan teknik pengambilan sampel adalah dengan random sampling yaitu 37 responden. Hasil penelitian ini menggunakan kuesioner didapat bahwa pengetahuan anak sekolah dasar adalah berkategori baik yaitu 64,9 % dan cukup (35,1%). Pengetahuan anak sekolah dasar tentang pencegahan penyakit diare pada penelitian ini kurang dalam membedakan makanan yang bersih dan air minum yang bersih Diharapkan kepada pihak sekolah agar adanya peningkatan pengetahuan anak sekolah dasar terdapat pencegahan penyakit diare khususnya dalam memilih makanan yang bersih dan air minum yang bersih.


(12)

Title : Knowledge of Elementry School Children On The Prevention of Diarrheal Disease in SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun

Researcher : Endang Suryani Siburian Study Program : S1 Ekstensi

School Year : 2011/2012

ABSTRACT

Environmentally based disease spread among school children in Indonesia are classified as very high. Infection such as dengue fever, diarrhea, and intestinal worms, as well as the negative impact of poor sanitation and food safety, many encountered in everyday life. Each year on average in Indonesia 100.000 children die of diarrhea. Diarrhea being the second biggest cause of death in Indonesia after malnutrition. Factors that increase the risk of diarrhea is the enviroment, the food is not hygiene, water is not clean, and do not dispose of waste in place. This study aims to determine the knowledge of elementary school children on the prevention of diarrheal disease. Type of research is a descriptive study. The research activities began in March to November 2012, with a population of elementry school children was 147 respondents and the sampling technique is random sampling, which 37 respondents. The results of study using questionnaires obtained that knowledge of elementry school children are categorized as good (64,9%) and sufficient (35,1%). Knowledge of elementary school children on the prevention of diarrheal disease in this study lack the distinguishing hygienic food and clean drinking water. Expected an increase knowledge of elementary school children are particulary diarrheal disease prevention in their food hygiene and safe drinking water.


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2005). Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, maka diselenggarakan pelayanan kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Depkes RI, 2007).

Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis masih merupakan masalah di Indonesia (Sanusi, 2011).


(14)

Menurut Sampumo (2004), jajanan adalah pangan tertentu yang berisiko tinggi terhadap kualitas sumber daya manusia dalam jangka panjang karena berhubungan dengan zat gizinya juga rawan terhadap kontaminasi bibit penyakit, akibatnya rendahnya kualitas makanan dan tingkat kebersihan penjamah makanan. Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh

daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki-laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita diare lebih besar dari 12 kali per tahun dan hal ini menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Depkes, 2007).

Anak sekolah dasar mencakup usia 7 tahun - 12 tahun, merupakan kelompok tingkat kerawanan tinggi khususnya karena pada proses pertumbuhan. Intensitas pembinaan menuju terbentuknya perilaku hidup sehat merupakan bagian penting dari pembinaan sekolah dasar (Sriawan, 2007).

Sekolah dasar merupakan tempat yang baik untuk menanamkan sikap dan kebiasaan makan yang sehat. Anak sekolah dasar biasanya mempunyai sifat terbuka dan mudah menerima hal-hal baru, termasuk dalam pemilihan makanan yang baru. Untuk mewujudkan hal tersebut maka anak sekolah perlu diberikan pengetahuan mengenai makanan yang bergizi dan sehat (Wawan, 2005).


(15)

Menurut World Health Organization (WHO) 1999 dalam Widodo (2004),

diare menempati urutan ketiga kematian di dunia, sekitar empat miliar kasus diare setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.

Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52 %). Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000 sampai 400.000 balita. Pada survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Depkes RI melalui Ditjen P2MPL di 10 provinsi didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvey diambil sampel sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare per tahun (Soebagyo, 2008).

Mengingat pentingnya peran serta masyarakat tersebut maka pemerintah (Depkes RI) sejak tahun 1961 telah mengatur langkah-langkah atau kegiatan pemberantasan diare yaitu program penanggulangan penyakit kolera dan gastroenteritis. Sejak tahun 1981 program tersebut diubah menjadi program Pemberantasan Penyakit Diare (P2 Diare). Salah satu pokok kegiatan P2 Diare dalam Repelita VI adalah komunikasi, informasi, dan Edukasi (KIE) dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap serta perilaku masyarakat dalam tatalaksana penderita diare. Penyuluhan dilaksanakan pada individu dan kelompok masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya melalui media cetak, elektronik dan penyebaran pamflet. Masih tingginya angka kesakitan dan


(16)

kematian diare dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit diare masih rendah.

Setiap tahun rata-rata di Indonesia 100.000 anak meninggal dunia karena diare. Diare menjadi penyebab kematian kedua terbesar di Indonesia setelah malnutrisi. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran tersebut disebabkna oleh tingkat pengetahuan yang kurang tentang diare, serta pencegahannya. Diare yang disertai gejala buang air terus-menerus muntah dan kejang perut kerap dianggap dapat sembuh dengan sendirinya tanpa perlu pertolongan medis (Hartono, 2010).

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan. Cara penyimpanan bahan makanan dapat menimbulkan akibat buruk, sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah penyimpanan makanan di rumah, kantin, warung sekolah, penggunaan atau juga kemungkinan kontaminasi silang dari makanan mentah ke makanan yang sudah dimasak, dari tempat pembungkus, penampungan, makanan dan peralatan masak, status kesehatan dan perilaku hygiene para pengolah makanan (Slamet, 2004).

Faktor-faktor yang meningkat resiko terjadinya diare adalah lingkungan, makanan yang tidak hygienis, air yang tidak bersih, dan tidak membuang sampah pada tempatnya. Diare dapat menyebar melalui praktik-praktik yang tidak hygienis seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang belum dicuci, setelah buang air besar atau membersihkan tinja seseorang anak serta membiarkan seseorang anak


(17)

bermain di daerah dimana ada tinja yang terkontaminasi bakteri bakteri penyebab diare (Depkes, 2008).

Permasalahan kesehatan pada anak juga disebabkan oleh pencemaran lingkungan lingkungan yang berasal dari beberapa kegiatan pembangunan yang terus meningkat. Misalnya, semakin meluasnya gangguan akibat paparan asap, emisi gas buang sarana transportasi, kebisingan, limbah industri dan rumah tangga, serta gangguan kesehatan lantaran bencana alam.

Selain faktor lingkungan yang menjadi faktor utama, masalah yang harus diperhatikan juga adalah membentuk perilaku sehat pada anak sekolah sekaligus membangun pemahaman yang benar terhadap penyakit bagi para orang tua. Biasanya, permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia TK dan SD sangat berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, kebersihan mencuci tangan menggunakan sabun, dan menjaga kebersihan diri.

Permasalahan kesehatan anak usia sekolah bisa berupa penyakit menular, penyakit noninfeksi, serta gangguan pertumbuhan, perkembangan, dan perilaku. Penyakit yang cukup menggangu dan menjadi persoalan utama sekaligus berpotensi mengakibatkan keadaan bahaya (mengacam jiwa) adalah penyakit menular pada anak sekolah. Sekolah merupakan sumber penularan penyakit pada anak sekolah. Sebab, dalam interaksi antar anak, banyak maupun tidak langsung, yang menyebabkan terjadinya penyebaran dan penularan penyakit. Menurut Mufidah (2012), pencegahan penyakit diare adalah makanan yang hygienis, air minum yang bersih, menjaga


(18)

kebersihan, membiasakan mencuci tangan, buang air besar pada tempatnya dan menyediakan tempat sampah yang memadai.

Kurangnya pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku di bidang kesehatan sehingga bisa menjadi penyebab tinggi angka penyebaran suatu penyakit termasuk penyakit diare yang mempunyai resiko penularan dan penyebaran cukup tinggi. Penyakit diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan juga dipengaruhi oleh keadaan kebersihan baik perorangan (personal hygiene) maupun kebersihan lingkungan perumahan, sanitasi yang baik dan

memenuhi syarat kesehatan serta didukung oleh personal hygiene yang baik akan bisa mengurangi resiko munculnya suatu penyakit termasuk diantaranya penyakit diare. Personal hygiene dan sanitasi lingkungan sekolah yang baik bisa terwujud apabila didukung oleh perilaku murid sekolah yang baik atau perilaku yang mendukung terhadap program-program pembangunan kesehatan termasuk program pemberantasan dan program penanggulangan penyakit diare (Sanusi, 2011).

Hasil penelitian Irawati, dkk (2004), menunjukan bahwa murid SD masih belum dapat memilih makanan jajanan yang sehat dan bersih, hal tersebut tercermin dari makanan jajanan yang dikonsumsi murid SD di sekolah banyak mengadung pewarna sintetik, logam berat, bakteri patogen dan lain-lain. Selain itu murid SD juga belum terbiasa mencuci tangan sebelum menjamah makanan.

Penyakit diare juga sering diderita oleh anak sekolah dasar. Hal itu dimungkinkan karena anak-anak pada jajan sembarangan. Anak usia sekolah dasar


(19)

lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Tidak banyak anak yang memperoleh kesempatan mempunyai uang saku yang banyak, karena itulah mereka cenderung memiih jenis jajanan yang murah, biasanya makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin rendah pual kualitasnya. Hal ini berakibat digunakannya bahan-bahan makanan yang kurang baik biasanya sudah tercemar oleh kuman. Itulah sebabnya anak-anak yang telah mulai suka jajan sering terkena penyakit diare. Penyakit ini sering terjadi pada usia sekolah termasuk anak sekolah dasar (Budi, 2005).

Penyakit diare masih sering menimbulkan kejadian luar biasa dengan jumlah penderita yang banyak dalam kurun waktu yang singkat. Biasanya masalah diare timbul karena kurang kebersihan terhadap makanan. Saat ini banyak anak yang terkena diare karena pada umumnya anak-anak tidak menghiraukan kebersihan makanan yang dimakan. Anak usia sekolah pada umumnya belum tentu paham akan arti kesehatan bagi tubuhnya (Saroso, 2009).

Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Sekolah Dasar 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun pada tanggal 10 Mei 2012, ditemukan data dari bulan Oktober 2011 sampai April 2012 sebanyak 28 murid absen atau tidak hadir, dengan diare 12 orang, demam 8 orang, dan flu dan batuk 8 orang dari jumlah murid 312 orang. Jumlah pedagang jajanan sekolah ada 5 pedagang, diantaranya 1 pedagang kantin, 1 pedagang es, 1 pedagang mie, 1 pedagang cendol, dan 1 pedagang gorengan. Lingkungan dari Sekolah Dasar 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun terdapat 6 ruangan kelas, 2 kamar mandi, 1 tempat pembuangan limbah dan 1 kantor. Berdasarkan


(20)

survey awal yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh bahwa banyak sampah yang berserakan dan tempat pembuangan limbah tidak memadai dengan kesehatan, serta ditemukan keran air di kamar mandi sering tidak hidup sehingga para murid tidak mencuci tangan setelah keluar kamar mandi dan mengkonsumsi jajanan juga murid tidak mencuci tangan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan anak sekolah dasar tentang pencegahan penyakit diare.

2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengidentifikasi pengetahuan anak sekolah dasar untuk pencegahan penyakit diare di Sekolah Dasar 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun.

3.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan anak sekolah dasar untuk pencegahan penyakit diare di Sekolah Dasar 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun.


(21)

4.

Manfaat Penelitian 4.1 Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan yang bermanfaat bagi akademik dalam mengetahui pengetahuan anak sekolah dasar terhadap pencegahan penyakit diare.

4.2

Praktik Kesehatan

a. Memberikan masukan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat khususnya dalam mengatasi penaykit diare.

b. Sebagai masukan dalam masyarakat dalam merencanakan program pencegahan penyakit diare di masyarakat.

4.3

Penelitian Selanjutnya

Memberikan gambaran atau informasi bagi peneliti selanjutnya meneliti faktor lain yang berhubungan dengan penyakit diare pada anak sekolah dasar.

4.4

Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi Sekolah Dasar 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan peran dalam mensosialisasikan kepada anak sekolah dasar untuk dapat mencegah penyakit diare.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindera manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagai besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan indera penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkatan yaitu:

1.1 Tahu (Know)

Yang diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

1.2 Memahami (Comprehension)

Karena memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan , tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar objek yang diketahui tersebut.

1.3 Aplikasi (Application)

Yang diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunkannya atau aplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.


(23)

1.4 Analisa (Analysis)

Yang merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

1.5 Sintesis (Synthesis)

Yang menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

1.6 Evaluasi (Evalution)

Yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Menurut Nasution (2007), adapun faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

a.Sosialekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Bila ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi dan pengetahuan akan tinggi. b.Kultur

Budaya akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi-informasi yang didapat akan disaring terlebih dahulu apakah sesuai atau


(24)

tidak dengan budaya / culture atau agama / religius pada masyarakat tersebut. c.Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka seseorang akan mudah menerima hal-hal yang baru dan akan mudah menyesuaikan hal-hal-hal-hal yang baru tersebut. d.Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Pendidikan yang tinggi maka pengalaman yang diperoleh juga akan lebih luas, sedangkan semakin tua seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

2. Diare 2.1 Pengertian

Diare merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, defisiensi dan sebab lain-lain. Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita dan kematian yang besar, terutama diare akut yang disebabkan infeksi dan keracunan makanan. KLB sering terjadi di daerah dengan sanitasi buruk, tidak tercukupinya air bersih, status gizi buruk (Depkes RI, 2007).

Diare adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar encer, biasanya 4 kali atau lebih dalam 24 jam, kadang-kadang disertai dengan muntah, badan lesu, atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lender dalam kotoran. Namun tidak semua mencret itu diare, misalnya pada bayi kurang dari 1 bulan yang dapat buang air besar lebih dari 5 kali/hari (Arief Mansjoer, 2000).


(25)

2.2 Penyebab

Menurut Ngastih (1997), faktor penyebab diare terbagi atas:

a. Faktor Infeksi

1) infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enteral sebagai berikut: a) infeksi bakteri:

Vibrio, E. Coli, Salmonella, Campilobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya, b)

infeksi virus: Enterovirus (Virus Echoi, Coxsackie, Poliomielitis), c) infeksi parasit:

cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyurisi, Strongyloides).

2) infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis dan

sebagainya.

b. Faktor Malabsorbsi

malabsorbsi karbohidrat disakarida.

c. Faktor Makanan

seperti : makanan basi, beracun, alergi makanan.

d. Faktor Psikologi

misalnya : rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare terdiri atas:

1. faktor lingkungan : a) pasokan air tidak memadai, b) air kontaminasi tinja, c) fasilitas kebersihan kurang, d) kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang air besar, e) kebersihan rumah buruk, misalnya tidak


(26)

membuang tinja anak di WC, f) metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak hygienes, misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah dimasak.

2. pratik penyapihan yang buruk : a) pemberian susu eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-6 bulan dan melalui pemberian susu melalui botol, b) berhenti menyusui sebelum anak berusia setahun.

3 faktor individu : a) kurang gizi, b) buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh, misalnya diare lebih lazim terjadi pada anak-anak, baik yang mengidap campak atau yang mengalami campak.

4. produksi asam lambung berkurang.

5. gerakan pada usus berkurang yang mepengaruhi aliran makanan yang normal. (Yasir, 2009)

2.3 Gambaran Klinis

Menurut Arief Mansjoer (2000), gambaran klinis penyakit diare: a) awalnya anak akan menjadi rewel dan gelisah, b) nafsu makan berkurang, c) demam, d) tinja makin cair, e) warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, f) anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam, g) bila telah banyak kehilangan cairan dan elektolit terjadinya gejala dehidrasi, h) berat badan menurun, i) tonus dan turgor kulit berkurang, j) selaput lender mulut dan bibir kering.


(27)

2.4 Cara Penularan

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui mulut (Orofecal) antara lain melalui makanan/ minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Beberapa perilaku khusus dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan resiko terjadinya diare. Perilaku tersebut antara lain:

a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan. Risiko untuk menderita diare berat beberapa kali besar pada bayi yang tidak diberi ASI daripada bayi yang diberi ASI penuh. Risiko kematian karena diare juga lebih besar.

b. Menggunakan botol susu. Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman yang berasal dari tinja dan sukar dibersihkan. Sewaktu susu dimasukkan ke dalam botol yang tidak bersih, akan terjadi kontaminasi kuman dan bila tidak segera diminum, kuman akan tumbuh.

c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan dimasak dan disimpan untuk digunakan kemudian, keadaan ini memudahkan terjadinya pencemaran, misalnya kontak dengan permukaan alat-alat yang terpapar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, kuman dapat berkembangbiak. d. Menggunakan air minum yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja. Air mungkin terpapar di sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup, atau apabila tangan tercemar kuman mengenai air sewaktu mengambilnya dari tempat penyimpanan.


(28)

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membung tinja atau sebelum memasak makanan.

f. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering bahwa tinja bayi tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia.

Beberapa faktor pada pejamu dapat meningkatkan insiden, beratnya penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibody yang melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab penyakit diare, seperti

Shigella dan Vibrio Cholera.

b. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lamanya dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak dengan kurang gizi, apalagi pada yang menderita gizi buruk.

c. Campak. Diare dan disentri lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat penurunan kekebalan pada penderita.

d. Immunodefisiensi/Immunosupressi. Kemudian ini mungkin hanya berlangsung

sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS.


(29)

2.5 Komplikasi

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:

a. Dehidrasi (ringan, sedang, hiponik, isotonik, atau hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik (gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat, dan kecil sehingga tekanan darah menurun).

c. Hipokalemik (dengan gejala meteorimus, hipotomi otot, lemah, brakardia).

d. Asidosis metabolic ini bias terjadi karena: 1) kehilangan NaHCO3 melalui tinja diare, 2) ketosis kelaparan, 3) produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguri/anuria), 4) berpidahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intarsel, 5) penimbunan asam laktat (anoksida jaringan).

e. Hipoglikemia (penurunan kadar glukosa dalam darah).

f. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesiensi enzim laktase.

g. Kejang terjadi pada dehidrasi hipotonik.

h. Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik). (Ngastiyah, 1997)

2.6 Pengobatan Diare

Pemeriksaan etiologi diare secara rutin di laboratorium tidak praktis dan gejala kliniknya juga tidak spesifik. Oleh karenanya, pengobatan penderita diare harus berdasarkan pada gejala utama penyakit dan pengertian dasar tentang mekanisme patogenesisnya.


(30)

Prinsip utama pengobatannya sebagai berikut :

a. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya.

b. Makanan harus ditentukan bahkan harus ditingkat selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada gizi.

c. Antibiotika dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada:

1) disentri yang harus diobati dengan antimikroba yang efektif untuk shigella.

Penderita-penderita yang tidak member respon dengan pengobatan ini harus diteliti lebih lanjut atau diobati untuk kemungkinan amoebiasis.

2) suspect cholera dengan dehidrasi berat.

3) diare persisten, bila ditemukan tropozoit atau kista G lamblia atau tropozoit E.

Histolitica ditinja atau cairan usus, atau bila usus pathogen ditemukan dalam

kultur tinja. (Depkes RI, 2005)

2.7 Pencegahan Penyakit Diare

Menurut Fatchul Mufidah (2012), penyakit diare bisa dikarenakan empat faktor, yaitu: food, feces, fly, dan finger. Oleh karena itu, agar penyakit diare tidak menyebar

dan menular, caranya adalah dengan memutuskan rantai penularannya. Faktor kebersihan menjadi faktor penting untuk menghindari anak dari penyakit diare. Oleh karena itu, kebersihan setelah buang air kecil dan buang air besar harus diperhatikan.


(31)

Beberapa upaya yang dapat dilakukan, yaitu:

1) Makanan Yang Hygienis

Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat melanjutkan kehidupannya. Hygienis makanan adalah usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kebersihan/kesehatan dan keutuhan makanan itu sendiri. Makanan yang hygienis adalah makan yang tidak mengandung kuman penyakit atau zat yang dapat membahayakan kesehatan (Prima, 2011).

Syarat makanan sehat adalah apabila makanan tersebut hygienis, bergizi, dan berkecukupan. Makanan yang higienis adalah makanan yang tidak mengandung kuman penyakit seperti lalat, kutu, lipas, dan lain-lain dan yang tidak dapat membahayakan kesehatan tubuh.

Makanan yang bergizi adalah makanan yang cukup mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin dalam jumlah yang seimbang sesuai kebutuhan. Makanan yang berkecukupan adalah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan tubuh pada usia dan kondisi tertentu.

Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih makanan yang sehat:

a) Jangan makan makanan mentah, kecuali buah-buahan dan sayuran yang dikupas

dan dimakan langsung.

b) Mencuci tangan dengan bersih dan menggunakan sabun setelah dan sebelum

menyiapkan makanan atau makan.

c) Makanlah makanan saat itu masih panas, atau panaskan secara menyeluruh sebelum makan.


(32)

d) Jauhkan makanan yang dimasak dan peralatan bersih secara terpisah dari makanan mentah dan alat-alat yang berpotensi terkontaminasi.

e) Lindungi makanan dari lalat, kutu, lipas, dan lain-lain

2) Air Minum Yang Bersih

Air merupakan salah satu bahan yang paling penting dalam penyelenggaraan makanan, karena air digunkan untuk berbagai macam keperluan yaitu pencucian, sanitasi lantai, alat, juga keperluan ketel uap dan medium pengantar panas. Jumlah air yang disediakan harus mencukupi untuk semua kegiatan dan tersedia pada setiap kegiatan (Depkes, 2002). Air merupakan sumber pembawa penyakit yang lebih banyak dibandingkan dengan makanan. Pada umumnya air yang digunakan dalam penyelenggaraan makanaan harus memenuhi syarat kesehatan.

Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.

Syarat-syarat air bersih adalah: a) air tidak berwarna harus jernih/bening, b) air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya, c) air tidak berasa, tidak asin, tidak berasa asam, tidak payau, tidak pahit, harus bebas dari bahan kimia beracun, dan d) air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau bau belerang (Depkes, 2009).


(33)

Manfaat menggunakan air bersih adalah: a) terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit kulit, atau keracunan, dan b) setiap siswa terpelihara kebersihan dirinya (Depkes, 2009).

Menurut Depkes (2009), cara memperoleh air bersih adalah a) mata air, b) air sumur atau sumur pompa, b) air ledeng/perusahaan air minum, c) air hujan, dan d) air dalam kemasan. Cara menjaga kebersihan sumber air bersih adalah:

a. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah, paling sedikit 10 meter.

b. Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar

c. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunanya agar tidak rusak seperti lantai sumur sebaiknya kedap air dan tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya diberi penutup

d. Harus menjaga kebersihan seperti tidak ada genangan air di sekitar sumber air, dan dilengkapi dengan saluran pembungan air, tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut, pada lantai/dinding sumur. Ember/ gayung pengambil air harus tetap bersih dan diletakkan dilantai (ember/gayung digantung di tiang sumur).

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan air bersih adalah:

a) Tidak mandi, mencuci, atau buang air besar di dekat sumbernya. WC harus ditempatkan lebih jauh 10 meter.


(34)

c) Mengumpulkan dan menyimpan air ke dalam wadah yang bersih; kosong dan bilas keluar wadah setiap hari, menjaga penyimpanan dengan wadah tertutup dan tidak membiarkan hewan untuk minum dari tempat tersebut, mengambil air menggunakan gagang yang panjang dengan tujuan agar tangan tidak menyentuh air.

d) Masak air yang digunakan untuk membuat makanan atau minuman

3) Menjaga Kebersihan Lingkungan

Kebersihan lingkungan merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di dalamnya, debu, sampah, dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan lingkungan selalu menjadi perdebatan dan masalah yang berkembang. Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan lingkungan setiap tahunnya terus meningkat. Masalah tentang kebersihan lingkungan yang tidak kondusif dikarenakan masyarakat selalu tidak sadar akah hal kebersihan lingkungan. Tempat pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dirawat dengan baik. Akibatnya masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus, penyakit pernafasan dan penyakit lain yang disebabkan air dan udara. Cara menjaga kebersihan di lingkungan sekolah:

a. Membuang sampah pada tempatnya.

b. Jika telah selesai belajar, bersihkan papan tulis setelah bel pergantian jam pelajaran.

c. Menyapu ruang kelas jauh sebelum memulai pelajaran, ketika istirahat dan pulang sekolah.


(35)

d. Membersihkan kaca-kaca kelas seminggu sekali

e. Menegur, menasehati dan mengingatkan teman agar tidak lupa untuk melakukan piket kelas.

f. Melakukan gotong royong pada saat di adakan jumsih ( Jumat Bersih).

4) Membiasakan Mencuci Tangan

Hendaknya tangan selalu dicuci sebelum bekerja, sesudah menangani bahan makanan yang mentah/kotor atau terkontaminasi, setelah dari kamar kecil, setelah tangan digunakan untuk mengaruk, batuk, atau bersin dan setelah makan atau merokok (Afriyeti, 2002).

Mencuci tangan pada saat: a) setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun, dan lain-lain), b) setelah buang air besar, c) sebelum memegang makanan, d) sesudah memegang binatang, d) sesudah berkebun, e) sesudah memegang uang. Manfaat dari mencuci tangan adalah:

a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.

b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typhus, kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut(ISPA), flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

Cara mencuci tangan yang benar adalah a)cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun, b) bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan dan c) setelah itu keringkan dengan lap bersih.


(36)

Tempat mencuci tangan

Tempat penyelenggaraan makanan harus disediakan fasilitas pencuci tangan . Tersedia tempat cuci tangan yang bersih dan terpisah dengan tempat cuci peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan kran, saluran pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun, dan pengering (Depkes, 2002). Menurut Depkes 2000, penggunaan sabun padat sebaiknya dihindari karena melalui sabun berkali-kali dengan kontak banyak orang akan menyebabkan terjadinya penularan penyakit salah satunya adalah diare.

5) Buang Air Besar Pada Tempatnya

Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembungan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (camplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkan (Depkes, 2009).

Jenis dari jamban yang dianjurkan adalah menurut Depkes (2009):

a. Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran /tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.


(37)

b. Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban yang berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.

Kegunaan dari jamban adalah a) menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau, b) tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya, c) tidak mengundang datangnya alat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit kulit dan keracunan (Depkes, 2009). Syarat jamban yang sehat adalah sebagai berikut:

a. Tidak mencemari tanah disekitarnya . b. Mudah dibersihkan dan aman digunakan. c. Dilengkapi dinding dan atap pelindung. d. Peneranangan dan ventilasi cukup.

e. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai. f. Tersedia air dan alat pembersih.

Cara memelihara jamban sehat adalah a) lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air b) bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan keadaan bersih c) di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat, c) tidak ada serangga (kecoa, lalat), dan tikus yang berkeliaran d) tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih) dan d) bila ada kerusakan, segera diperbaiki (Depkes, 2009).


(38)

6) Menyediakan Tempat Pembuangan Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas (Apria, 2007).

Sampah harus ditanggani dengan baik untuk menghindari pencemaran makanan. Tempat pembungan sampah harus dipisahkan antara sampah basah dan sampah kering. Tempat pembuangan sampah harus memenuhi syarat sebagai berikut: a) terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah berkarat, b) mudah dibersihkan dan bagian dalam licin serta bentuknya bulat, c) mudah diangkat dan mempunyai katup, d) kedap air, terutama untuk menampung sampah basah, e) tahan terhadap benda tajam dan runcing (Depkes, 2002).

Tempat pembuangan sampah harus tertutup sehingga tidak dapat digunakan sebagai tempat hidup lalat dan binatang lainnya. Pembuangan sampah harus dilakukan secara teratur dan diangkat setiap hari sampai habis sehingga tidak terjadi sampah sisa mengendap selama 24 jam (Depkes, 1998).


(39)

3. Konsep Anak Sekolah 3.1. Pengertian Anak

Menurut UU No. 20 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak dan WHO menyatakan bahwa yang dimaksud dengan usia anak ialah sebelum memasuki usia 18 tahun dan belum menikah.

Batasaan usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan, dan karakteristik kesehatannya. Usia anak sekolah dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu: usia prasekolah (3-6 tahun), usia sekolah (6-12 tahun), usia remaja (13-18 tahun), awal usia dewasa (18- 21 tahun), dan mencapai tahap perkembangan yang sudah lengkap.

3.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan berkaitan dengan dengan masalah perubahan seperti: besar, jumlah, ukuran, dan dimensi tingkat sel, jaringan, organ, ataupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, panjang, dan tulang serta kesetimbangan metabolik.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dan teratur, yang dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan anak. Hal ini berhubungan erat dengan adanya proses diferensiasi sel. Jaringan, organ, dan sistem organ tubuh yang berkembang sedemikian rupa, sehingga mampu berfungsi sebagaimana mestinya. Perkembangan tersebut terkait faktor emosi, intelektual, dan tingkah laku (sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan).


(40)

Prinsipdasardaripertumbuhandanperkembanganialah:

a. Perkembangan merupakan hal yang teratur dan memiliki rangkaian tertentu. b. Perkembangan merupakan sesuatu yang terarah dan terus berlangsung.

Terdapat tiga arah perkembangan, yaitu cephalokaudal,proximodistal, dan

differentiation.

1) Cephalokaudal

Pertumbuhanmengarahdarikepalakebagianbawahtubuh. Kepala anak akan lebih dahulu terkontrol dibandingkan dengan anggota tubuh bagian bawah.

2) Proximodistal

Perkembangan mengarah dari daerah yang dekat dengan pusat tubuh ke daerah yang jauh dari pusat tubuh. Contohnya, anak lebih dahulu mengontrol tangannya dibandingkan dengan mengontrol jemarinya.

3) Differentiation

Perkembangan berjalandarihalyangmudahmenuju aktivitas dan fungsi yang lebih kompleks. Berdasarkan struktur alami otak laki-laki dan perempuan terlihat perbedaan yang mengakibatkan pola berpikir dan cara belajar antara laki-laki dan perempuan berbeda (Gurian,2008)

Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan anak dibagi menjadi dua. Pertama, usia prasekolah dan sekolah dasar dan kedua, usia sekolah menegah


(41)

a. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah dan Sekolah Dasar

Pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah dan sekolah dasar terbagi menjadi empat fase berikut:

1) Jasmani

Pada fase ini, aspekk fisik dan fungsi organ otak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat.

2) Jiwani

Pada fase ini, anak mulai menunjukan keinginan tahuannya, sehingga ia banyak bertanya mengenai segala sesuatu, fantasinya berkurang karena menyadari kenyataan dii sekitarnya, ingatannya semakin kuat, daya kritisnya mulai tumbuh, ingin berinisiatif, serta mulai memiliki rasa tanggung jawab.

3) Rohani

Pada fase ini, anak mulai memikirkan kons ep pemikiran mengenai Tuhan sekaligus memisahkan konsep pemikiran mengenai Tuhan dan orangtuanya.

4) Sosial

Pada fase iini, aktivitas anak mengarah pada sesuatu tujuan. Akan tetapi, ia masih menunjukan egonya yang tinggi, kegiatannya hanya sejenis, dan senang beraktivitas secara berkelompok.

b. Pertumbuhan dan perkembangan Anak Usia Sekolah Menegah dan Sekolah Lanjutan

Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah menegah dan sekolah lanjutan dibagi menjadi eempat fase berikut ini:


(42)

1) Jasmani

Pada fase ini, anak mengalami perubahan jasmani yang sangat cepat, sehingga terkadang menimbulkan kebingungan dalam dirinya. Secara biologis, ia telah matang dan siap berperan sebagai laki-laki atau perempuan.

2) Jiwani

Pada fase ini, kecerdasan anak berkembang secara pesat, cara berpikirnya semkain logis dan lebih kritis, fantasinya semkain kuat, sehingga sering kali menyebabkan konflik dalam dirinya, mempunyai bnayak cita-cita, serta berburu realitas, kebenaran, dan tujuan hidup.

3) Rohani

Pada fase ini, kehidupan beragama anak ada di persimpangan jalan. Saat itu, timbul perasaan tidak nyaman karena terjadi perubahan fisik dan emosi, yang turut berpengaruh terhadap kuualitas keimanannya. Terkadang, adanya suatu kepercayaan dianggap mempersempit kebebasan dirinya, pada dasarnya ia selalu ingin keinginannya sendiri (suara hati).

4) Sosial

Pada fase ini, kehidupan anak sangat dipengaruhi oleh temanya sebayanya. Perubahan perilakunya berhubungan dengan kebiasaankelompok. Didalam dirinya, ada keinginan untuk diterima dalam kelompok dan masyarakat, membantu orang lain, dan memperhatikan orang lain.


(43)

3.3 Pertumbuhan Fisik, Perkembangan Kognitif, Sosial dan Mental pada Anak Usia Sekolah Dasar

a)Pertumbuhanfisik

Perkembangan fisik meliputi perubahan tinggi dan berat badan, perubahansistemkardiovaskulerdanneuromuskular,nutrisi, danperubahan

lain.Kebanyakananakusia 6 (enam) tahunmahir menggunakan pensildanmenuliskanhuruf dankata. Pada usia 12 tahun anak dapat membuat gambar dengan rinci dan menuliskan kalimat dalam bentuk naskah.

b)Perkembangankognitif

Perubahan kognitif pada anak usia sekolah pada kemampuan untuk berpikir dengan logis tentang “here and now” dan bukan tentang abstraksi (Potter dan Perry, 1997). Salah satu bentuk perkembangan bahasa. Rata-rata anak usia 6 tahun memiliki kosa kata 3000 kata yang cepat berkembang dengan meluasnya teman sebaya pergaulan dengan teman dan orang dewasa serta kemampuan bacanya. Menurut Golonka (2007) mayoritas anak-anak memiliki kosa kata yang luas yaitu sekitar 13.000 kata saat usia 6 tahun. Di usia sekolah, terjadi perkembangan bahasa secara serentak dan dilanjutkan dengan perluasan kalimat melalui elaborasi atau frase kata benda dan kata kerja.

Dimasa perkembangan kognitif, anak dengan usia 6-10 tahun mampu berpikir kompleks. Anak yang memiliki kemampuan memahami kalimat sederhana akan


(44)

mampu mengartikan kalimat yang lebih rumit dalam paragraf dan menulis beberapa kata untuk menyusun laporan dan cerita yang kompleks. (Golonka,2007)

Akan tetapi, kemampuan bahasa masih terbatas pada hal yang konkrit dan

fokus pada kejadian ”hereandnow”. Sebelum berusia 9 tahun, kebanyakan anak memahami bahasa dengan harafiah. Sekitar usia 10 tahun, anak mampu memahami makna ganda dan hubungan antar kalimat. (Golonka,2007)

c) PerkembanganPsikososial

Eriksonmembagitahapantumbuhkembanganak berdasarkan perkembangan

psikososialnya.Berdasarkan klasifikasi dari Erikson, anak usia

setelah berada dalam tahap perkembangan psikososial yang disebut industry vs

inferiority. Erikson menterjemahkan industry sebgai tahapan tumbuh kembang

dimana anak mulai menyadari bahwa tidak selamanya mereka akan tinggal bersama dengan orangtua. Pada tahap tumbuh kembang ini anak mulai mengatur apa yang dibutuhkan bagi kehidupannya. Rasa percaya akan kemampuan diri dalam mengatur hidup didorong oleh orangtua dan guru atau lingkungan keluarga dan sekolah. Kurang atau tidak adanya dorongan dari orangtua, guru, atau peer group kepada anak

akan menimbulkan keraguan terhadap kemampuan mereka dalam mencapai kesuksesan. Erikson menyebut keadaan ini sebagai inferiority, yaitu lawan dari

industry. Rungap adiachy (1999) menyebutkan bahwa anak yang tidak berhasil dalam


(45)

d) Perkembanganmoral

Anak mulai memahami adanya peraturan dan berpikir secara logis berdasarkan pengalaman mereka dengan peer group. Pada usia 12 tahun, anak mampu

mempertimbangkan hal yang akan terjadi jika masyarakat hidup tanpa memiliki hidup memiliki aturan (Potter dan Perry, 1997). Tingkatan kepatuhan terhadap peraturan tinggi, namun pada perkembangan berikutnya anak menjadi lebih fleksibel dalam menjalankan peratuaran.

1) Hubungantemansebaya

Pada usia 6-7 tahun anak bermain denagn teman yang berjenis kelamin sama. Saat berusia 8 tahun anak mulai membentuk kelompok denagn lawan jenis. Kecocokan terlihat pada perilaku, gaya berpakaian, pola bicara yang didorong dan dipengaruhi oleh adanya kontak dengan teman sebaya (Potter dan Perry, 1997). Hubungan dengan teman sebaya menjadi sangat penting dan mempengaruhi anak selama proses melewati masa sekolah (HockenberrydanWilson,2009).

2) Identitasseksual

Menurut teori psikoseksusl Freud, anak usia sekolah (6 tahun sampai pubertas) berada pada tahapan latensi, yaitu periode dimana anak memiliki sedikit ketertarikan dengan seksualitasnya.

3) Konsepdiridankesehatan

Anak berpikir bahwa harga diri dinilai dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas dan sejauh mana ia mengusai tugas tersebut. Keluarga


(46)

mempengaruhi kriteria yang digunakan anak dalam mengevaluasi kemampuannya (HockenberrydanWilson,2009). Selamausiasekolah, identitas dan konsep diri menjadi lebih kaut dan individual (PotterdanPerry,1997).

3.4 Gangguan Pertumbuhan

Menurut (Fatchul Mufidah, 2012), gangguan pertumbuhan atau sering kali disebut gagal tumbuh bukanlah suatu diagnosis, melainkan terminologi yang digunakan untuk menyatakan masalah khusus pada anak. Istilah gagal tumbuh banyak dipakai untuk mengungkapkan adanya kegagalan dalam mendapatkan keenaikan berat badan, meskipun pada kasus tertentu juga disertai terjadinya gangguan pertumbuhan linear dan lingkar kepala dibandingkan anak lain seusianya atau yang sama jenis kelaminya.

3.5 Gangguan Perkembangan dan Perilaku Anak Sekolah

Menurut (Fatchul Mufidah, 2012), gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sangat luas dan bervariasi. Biasanya, gangguan yang bisa terjadi pada anak sekolah adalah gangguan belajar, gangguan konsentrasi, gangguan bicara, gangguan emosi, hiperaktif, ADHD (attention, defecit, hyperactive, adnd disorders) dan

autisme.

3.6 Permasalahan kesehatan Anak Usia Sekolah

Menurut Fatchul Mufidah (2012), secara epidemiologis penyebaran penyakit berbasis lingkungan di kalangan anak sekolah di Indonesia tergolong sangat tinggi. Terjadinya infeksi, seperti deman berdarah dengue, diare, dan cacingan, serta


(47)

berbagai dampak negatif akibat buruknya sanitasi dan keamanan pangan, masih banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan kesehatan pada anak juga disebabkan oleh pencemaran lingkungan lingkungan yang berasal dari beberapa kegiatan pembangunan yang terus meningkat. Misalnya, semakin meluasnya gangguan akibat paparan asap, emisi gas buang sarana transportasi, kebisingan, limbah industri dan rumah tangga, serta gangguan kesehatan lantaran bencana alam.

Selain faktor lingkungan yang menjadi faktor utama, masalah yang harus diperhatikan juga adalah membentuk perilaku sehat pada anak sekolah sekaligus membangun pemahaman yang benar terhadap penyakit bagi para orang tua. Biasanya, permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia TK dan SD sangat berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, kebersihan mencuci tangan menggunakan sabun, dan menjaga kebersihan diri.

Permasalahan kesehatan anak usia sekolah bisa berupa penyakit menular, penyakit noninfeksi, serta gangguan pertumbuhan, perkembangan, dan perilaku. Penyakit yang cukup menggangu dan menjadi persoalan utama sekaligus berpotensi mengakibatkan keadaan bahaya (mengacam jiwa) adalah penyakit menular pada anak sekolah. Sekolah merupakan sumber penularan penyakit pada anak sekolah. Sebab, dalam interaksi antar anak, banyak maupun tidak langsung, yang menyebabkan terjadinya penyebaran dan penularan penyakit. Berbagai penyakit yang menular di lingkungan sekolah antara lain demam berdarah, campak, rubela, cacar air, dan


(48)

gondongan. Sedangkan, salah satu penyakit noninfeksi yang tidak menular ialah cacingan.


(49)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1.

Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pengetahuan anak sekolah dasar tentang pencegahan penyakit diare di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun.

Menurut Arikunto (2006) variabel pengetahuan hasil ukurnya terdiri dari baik, cukup, dan kurang. Secara sistematis kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada skema dibawah ini:

Skema 1. pengetahuan

Pengetahuan Anak Sekolah Dasar tentang Pencegahan diare

- Baik

- Cukup


(50)

2.

Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

pengetahuan Anak

Sekolah Dasar

segala sesuatu yang diketahui oleh anak sekolah dasar tentang pencegahan penyakit diare:

Makanan yang hyigenis, air minum, menjaga kebersihan lingkungan,

membiasakan mencuci tangan, buang besar pada tempatnya, dan menyediakan tempat pembuangan sampah di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang

Bandar Kab.

Simalungun

Kuesioner a. Baik ( skor 41-48)

b. Cukup ( skor 33-40)

c.Kurang (skor 24-32)


(51)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1.

Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah kesehatan yang terjadi pada anak sekolah dasar berdasarkan makanan yang hygienis, air yang bersih, menjaga kebersihan, membiasakan mencuci tangan sebelum makan, buang air besar pada tempatnya, dan menyediakan tempat pembuangan sampah.

2.

Populasi dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas 4 (52 murid), kelas 5 (46 murid), dan kelas 6 (48 murid). Sekolah Dasar 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar sebanyak 146 murid.

Pengambilan sampel dilakukan terhadap murid kelas 4, 5, dan 6 SD dengan pertimbangan:

a. Usia sekolah adalah usia dimana pertimbangan kognitif seperti bahasa mengalami perkembangan yang pesat.


(52)

b. Kelas 4, 5, dan 6 telah dapat memahami proses pengetahuan pada pola pembelajaran yang didapat di sekolah.

2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dialami oleh populasi. Menurut Arikunto (2006), bila total populasi lebih dari 100 maka pengambilan sampel 10%-15% dan 20%-25% dari populasi, dimana total populasi 146 murid dan peneliti mengambil 25% dari total populasi, maka sampel penelitian adalah:

x 146 = 37 murid

Berikut ini adalah tabel jumlah sampel berdasarkan kelas 4, kelas 5 dan kelas 6: Kelas 25 % dari populasi (146 murid)

4 25 % x 52 = 13 murid

5 25 % x 46 = 12 murid

6 25 % x 48 = 12 murid

Jumlah: 37 murid

Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 murid. Adapun pengambilan sampel dalam penelitian adalah dengan menggunakan Stratified


(53)

populasinya tidak homogen atau tidak memiliki strata yang sama dan sampel diambil secara acak.

Proses pengambilan sampel dengan teknik random sampling adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mengambil data tentang jumlah populasi SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun.

b. Kemudian peneliti menghitung besar sampel yang akan diteliti.

c. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara mengundi nomor absen murid.

3.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun dan waktu penelitian adalah bulan Mei sampai Nopember 2012.

4.

Pertimbangan Etik

Prosedur penelitian akan dilakukan setelah mendapat izin penelitian, kemudian dilakukan pengumpulan data, menganalisa data ddan menyajikan data penelitian yang hanya dilakukan untuk kepentingan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka lebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden

menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memasak dan tetap menghormati hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden pada lembar pengumpualn data yang akan diajukan pada responden, lembar tersebut hanya diberi inisial nama


(54)

responden. Kerahasiaan informasi yang akan diberikan dijamin kerahasiaan oleh peneliti.

5.

Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara bertahap dan melalui proses sebagai berikut: a. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan penelitian di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun.

b. Peneliti menyerahkan surat permohonan kepada SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun yang menjadi tempat penelitian.

c. Sebelum pengisian kuesioner, peneliti menjelaskan hak-hak responden termasuk hak untuk menolak mengisi kuesioner.

d. Jika responden menyetujui permohonan pengisian responden diberikan informed

consent untuk ditandatangani.

e. Responden mengisi kuesioner yang telah diberikan dan mendapatkan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner.

f. Peneliti memberikan waktu pada responden dalam mengisi kuesioner. g. Peneliti memeriksa kejelasan, kelengkapan, dan menghitung kuesioner.

6.

Instrumen, Pengukuran, dan Pengamatan Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan ada dua yaitu: data demografi dan kuesioner. Data demografi meliputi inisial nama, umur, jenis kelamin, agama, dan


(55)

kelas. Penelitian instrumen (kuesioner) dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan rumus stastika menurut Sudjana (2002) dengan menghitung nilai P =

,

dimana P merupakan panjang kelas diperoleh dari nilai tertinggi dikurangi nilai terendah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan untuk memperoleh pengetahuan anak sekolah dasar tentang pencegahan diare. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka sebanyak 24 pernyataan. Penilaian menggunakan skala Guttman. Kuesioner terdapat pernyataan positif dan negatif. Untuk pernyataan positif

dengan jawaban “benar” diberi skor 2 dan untuk jawaban “salah” diberi skor 1.

Sedangkan untuk pernyataan negatif dengan jawaban “benar” diberi skor 1 dan

jawaban “salah” diberi skor 2.

Pernyataan positif diberi nomor 1, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 23 dan 24 sedangkan pernyataan negatif nomor 2, 3, 7, 11, 13, 18, 19, 20, dan 22. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 42 dan nilai terendah adalah 24 maka rentang kelas adalah 24 dengan 3 kategori banyak kelas yaitu baik, cukup, dan kurang sehigga diperoleh panjang kelas sebesar 3. Dari nilai panjang kelas tersebut maka hasil ukur pengetahuan anak sekoalh dasar tentang pencegahan diare dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:


(56)

P =

P = 8

Maka diperoleh kategori pada pengetahuan: a. Baik : bernilai 41-48

b. Cukup : bernilai 33-40 c. Kurang : bernilai 24-32

7.

Pengukuran Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunujukan kemampuan instrumen pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey, 2002). Pada penelitian ini menggunakan validasi eksternal dan validasi internal. Valididasi internal adalah validasi isi yang telah dikonsultasikan kepada dosen yang ahli dibidang komunitas dan validasi eksternal yaitu instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data variabel. Pengukuran validitas eksternal dalam penelitian ini menggunakan proses komputerisasi dengan jumlah responden 20 murid SD 094167 Kerasaan dengan koefisien r tabel lebih besar dari 0,468, hal ini berarti instrumen telah valid.


(57)

8.

Pengukuran Realibitas

Uji realibitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Penelitian ini mengunakan realibitas konsistensi internal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen hanya dilakukan sekali dengan bentuk instrumen kepada satu subjek studi (Dempsey, 2002).

Uji realibitas telah dilakukan terhadap 20 murid SD 094167 Kerasaan. Hasil yang didapat dianalisa melalui program statistik dengan menggunakan kompuerisasi yaitu dengan nilai crobach alpa (α) 0,753 dimana lebih besar dari 0,632, hal ini berarti instumen telah realibel (Notoadmojo, 2006).

9.

Pengolahan Data

Data yang terkumpul akan diolah melalui langkah-langkah berikut:

a. Editing

Diilakukan pengecekan pada suatu data yang terkumpul, bila terdapat kesalahan dalam pengumpulan data maka akan diperbaiki dan penelitian diulang.

b. Coding

Pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah dikumpul untuk memperoleh dan memasukan data ke dalam bentuk tabel.

c. Entry Data

Data yang telah diedit dimasukan ke dalam computer untuk diolah dengan bantuan program komputerisasi.


(58)

d. Cleaning Data

Dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukkan data.

e. Tabulating

Mengolah data ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah analisa data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan.

10.

Analisa Data

Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan dengan mendeskripsikan besarnya persentase pada seluruh variabel penelitian, dimana variabel penelitian tediri dari variabel demografi dan variabel pengetahuan. Variabel demografi terdiri dari data umur, jenis kelamin dan agama. Variabel pengetahuan yang terdiri dari baik, cukup dan kurang. Semua variabel disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(59)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun berdiri sejak tahun 1998 yang berlokasi di Perumnas Kerasaan dengan luas tanah 3200 meter dan luas bangunan 48 meter serta wilayah SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan berbatasan dengan sebelah selatan ladang, sebelah utara perumahan, sebelah timur ladang, dan sebelah barat ladang. Jumlah ruangan kelas di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan ada 6 ruangan kelas yang terdiri dari kelas 1, 2, 3,4, 5, dan 6, ada terdapat 2 kantor yaitu kantor kepala sekolah dan kantor guru. SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan memiliki 2 kamar mandi yaitu 1 kamar mandi untuk guru dan kepala sekolah dan 1 kamar mandi yang lain umtuk siswa dan siswi. SD 098167 memilki 1 kantin sekolah dan ada 4 pedagang yang biasanya berjualan di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan yaitu 1 pedagang es, 1 pedagang mie, 1 pedagang cendol, dan 1 pedagang gorengan.

2. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian dengan judul “ Pengetahuan Anak Sekolah Dasar Tentang

Pencegahan Diare di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kecamatan Pematang


(60)

tabel. Data terdiri dari dua tabel yaitu tabel berdasarkan karakteristik responden dan tabel berdasarkan tingkat pengetahuan responden.

2.1 Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun

Karakteristik Responden Frekuensi Persentasi (%) 1. Umur

a. 8 tahun 4 orang 10,8

b. 9 tahun 8 0rang 21,6

c. 10 tahun 12 orang 32,4

d. 11 tahun 12 orang 32, 4

e. 12 tahun 1 orang 2,7

2. Jenis Kelamin

a. Perempuan 22 orang 59,5

b. Laki-laki 15 orang 40,5

3. Agama

a. Islam 36 orang 97,3

b. Kristen Protestan 1 orang 2,7

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa dari 37 orang responden sebagian besar responden berdasarkan umur adalah umur 10 tahun dan 11 tahun


(61)

sebanyak 12 orang (32,43 %) , berdasarkan jenis kelamin bahwa mayoritas responden adalah perempuan sebanyak 22 orang (59,46 %) dan mayoritas responden berdasarka agama adalah islam yang berjumlah 36 orang (97,30 %) .

2.2 Analisa Univariat

Analisa univariat yang dilihat dalam penelitian ini adalah pengetahuan anak sekolah dasar tentang pencegahan diare di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalugun, seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Anak Sekolah Dasar di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun

No Pengetahuan Anak Sekolah Dasar Frekuensi Persentase

1 Baik 24 orang 64,9 %

2 Cukup 13 orang 35,1 %

3 Kurang - -

Jumlah 37 orang 100 %

Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa dari sebanyak 37 orang responden, ada sebanyak 24 orang responden berpengetahuan baik (64,9 %) dalam pencegahan penyakit diare dan yang berpengetahuan sedang (35,1 %), dan berpengetahuan kurang (0%).


(62)

3. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pengetahuan anak sekolah dasar tentang pencegahan penyakit diare berkategori baik sebanyak 24 orang (64,9%) dan cukup sebanyak 13 orang (35,1%).

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Kusuma (2011) dalam penelitian yang berjudul tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku anak sekolah dasar kelas 4-6 terhadap penyakit kecacingan yang mengatakan bahwa pengetahuan anak sekolah dasar terhadap penyakit kecacingan berkategori sedang yaitu sebesar 48, 2 % dari jumlah populasi 137 responden.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman dimana pengalaman berkaitan dengan umur. Jika umur seseorang semakin tua maka pengalaman akan semakin banyak begitulah semakin baik pengetahuan seseorang itu (Nasution, 2007). Pada penelitian ini sebagian besar responden berusia usia 10 dan 11 tahun yaitu sebanyak 32,4 %. Dimana pada usia 10-12 tahun anak sudah mampu untuk memahami makna ganda dan hubungan antar kalimat (Golonka, 2007). Pada anak sekolah dasar sebelumnya sudah mendapatkan penyuluhan mengenai pencegahan penyakit diare sehingga ilmu yang telah diberikan kepada responden dapat diterapkan

Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar anak sekolah dasar berjenis kelamin perempuan yaitu (59,5%) dimana anak perempuan lebih menjaga kebersihan dirinya daripada anak laki-laki. Dimana Pada penelitian Fatah (2008) menyebutkan adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri siswa sekolah dasar


(63)

dengan kejadian diare dimana sampel yang diambil 72 siswa dari kelas 4-5 dengan nilai chi-square p value = 0,009 dimana dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang kebersihan diri berkaitan dengan penyakit diare.

Hasil pengetahuan anak sekolah dasar kategori baik juga berkaitan dengan ajaran agama islam didapat prinsip bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman dan juga anak-anak telah diajarkan sejak kecil oleh orangtuanya untuk dapat menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar. Agar dapat terhindar dari penyakit. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukan bahwa mayoritas responden beragama islam yaitu 97,3 %. Pengetahuan mengenai hidup bersih yang dipeloreh anak dari orangtua dan ajaran agama telah dapat diterapkan oleh responden.

Penularan penyakit melalui makanan, minuman, dan benda lainnya (vechicle

borne) adalah penularan kontak tidak langsung melalui benda mati (fomites) seperti

makanan, minuman, susu, mainan anak-anak dan sebagainya (Noor, 2006). Hasil dari penelitian diketahui bahwa pengetahuan anak sekolah dasar terhadap pencegahan diare yaitu pada memilih makanan yang hygienis dan air minum yang bersih kurang baik. Anak sekolah tidak dapat membedakan mana makanan dan minuman yang dapat menyebabkan diare.

Hal ini sejalan dengan pendapat Soraso (2009) mengatakan bahwa timbulnya penyakit diare karena kurang kebersihan terhadap makanan, makanan tersebut adalah es dan gorengan yang tercemar oleh mikroorganisme, kebiasaaan cuci tangan sebelum makan/jajan, cara mengambil makanan/jajanan. Pada penelitian Festi (2010)


(64)

juga yang mengatakan bahwa penyakit cacingan dipengaruhi dari hygiene yang kurang dan terutama intake makanan atau asupan gizi yang tidak seimbang dengan kebutuhan anak.

Pembinaan lingkungan sekolah sehat merupakan salah satu unsur penting dalam membina ketahanan sekolah harus dilakukan, karena lingkungan kehidupan yang sehat sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan murid serta dapat meningkatkan daya serap murid dalam proses belajar mengajar. Maka pembinaan kehidupan lingkungan sehat dilaksanakan melalui 5 konsep, yaitu keamanan, keindahan, kebersihan, kekeluargaan dan ketertiban. Dimana dari kelima konsep, kebersihan merupakan bagian terpenting ketiga setelah keamanan dan keindahan. Lingkungan yang bersih dapat meningkatkan semangat anak dalam belajar.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan responden terhadap pencegahan diare yang paling baik mengenai kebersihan lingkungan dan mencuci tangan. Responden dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan di ruangan kelas seperti tidak membuang sampah diruangan kelas dan responden juga dapat menjawab cara mencuci tangan yang benar adalah dengan menggunakan sabun.

Pada penelitian Dareda (2011) mengenai hubungan antara hygiene perorangan dengan infeksi cacing usus pada anak sekolah dasar menyatakan bahwa siswa sekolah dasar yang mencuci tangan yang baik yaitu mencuci tangan dengan sabun besar kemungkinannya untuk tidak terinfeksi cacing usus.


(65)

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak sekolah dasar di SD098167 RSS Perumnas Kerasaan berkategori baik yaitu sebanyak 24 orang (64,9%) dan pada penelitian ini didapat bahwa responden kurang pengetahuan mengenai pencegahan penyakit diare khususnya makanan yang hygienis dan air minum yang bersih dan responden baik pengetahuannya mengenai menjaga lingkungan dan mencuci tangan.


(66)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak sekolah dasar terhadap pencegahan diare di SD 098167 RSS Perumnas Kerasaan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun adalah berkategori baik yaitu sebanyak 24 0rang (64,9%), cukup sebanyak 13 orang (35,1%) dan kurang sebanyak 0 orang (0%).

Pencegahan penyakit diare dapat dilakukan pada anak sekolah dasar adalah memberikan makanan yang hygienis, menyediakan air minum yang bersih, menjaga kebersihan lingkungan, membiasakan mencuci tangan sebelum makan, buang besar pada tempatnya, dan menyediakan tempat pembuangan sampah.

Pengetahuan anak sekolah dasar tentang pencegahan penyakit diare pada penelitian ini kurang dalam membedakan makanan yang hygienis dan air minum yang bersih dan anak sekolah dasar baik pengetahuannya mengenai menjaga lingkungan dan mencuci tangan.


(67)

2. SARAN

Adapun saran pada penelitian ini adalah:

2.1 Pihak Sekolah

Kepada pihak sekolah harus memperhatikan makanan yang akan dikonsumsi anak sekolah terutama pejajah jajanan selain kantin yang ada di sekolah dan juga memberikan informasi kepada anak sekolah mengenai pencegahan diare.

2.2 Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan juga harus mematau kesehatan anak sekolah yang merupakan pengembangan program puskesmas yaitu mengenai kesehatan sekolah (UKS).

2.3 Orangtua Siswa

Orangtua anak sekolah dasar juga berperan aktif dalam memberikan informasi kepada anaknya agar tidak sembarangan dalam memilih jajanan.

2.4 Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang berhubungan dengan penyakit diare pada anak sekolah dasar.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Curiculum Vitae

Data Pribadi Penulis

Nama : Endang Suryani Siburian

Tempat/Tanggal Lahir : Pardomuan Nauli/21 September 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke-dari – : 1 dari 4 bersaudara

Status : Belum Menikah

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Besar Perdagangan No. 8 P. Siantar Riwayat Pendidikan Penulis

Tahun 1996-2002 : SD 094164 Kerasaan

Tahun 2002-2005 : SMP RK. Bintang Timur P. Siantar Tahun 2005-2008 : SMA Negeri 3 P. Siantar

Tahun 2008-2011 : Kemenkes Poltekes Medan Jurusan Keperawatan