Aktan 23 Struktur Aktansial dan Struktur Fungsional Cerbung Salindri

mung sapecak. Jimat mlayoni Kyai Gandrik kang krekelan tangi. Getih netes saka lambene. Jarot, Jonet sarta Zaini tanpa diaba genti maju. ‘Jleguur Bertemunya kekuatan keduanya menimbulkan suara seperti gunung meletus. Kyai Gandrik terlempar jauh. Sedangkan si monster hanya terdorong beberapa petak saja. Jimat berlari menghampiri Kyai Gandrik yang sedang berusaha bangun. Darah menetes dari bibirnya.’ Situasi akhir pada skema aktan 22 ditandai dengan Jimat Subarkah meminta bantuan dari pasukan Brimob yang telah dipersiapkan. Jimat merasa lega dengan datangnya bantuan dari Brimob dan melanjutkan menyerang anjing gaib. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. Tekane bala bantuan rada gawe ayem atine Jimat Subarkah. Migunakake tangan aweh aba-aba sandi, Jimat ngatur pasukan Brimob pasang gelar tapel jaran. ‘Datangnya bala bantuan membuat lega hati Jimat Subarkah. Dengan menggunakan tangan dia memberikan aba-aba sandi, Jimat mengatur pasukan Brimob memasang strategi tapel kuda.’

4.1.23 Aktan 23

Skema Aktan 23: Kyai Ageng Sela sebagai Subjek Kekuatan sakti anjing jadi‐jadian pengirim Kekuatan Kyai Ageng Sela penolong Kyai Ageng Sela subjek Ø penentang Kyai Ageng Sela penerima Anjing jadi‐jadian objek Situasi awal pada skema aktan 23 dimulai ketika Jimat Subarkah dan pasukan Brimob juga dikalahkan oleh anjing gaib. Tembakan yang mengenai tubuhnya tidak membuat dia takut dan terluka. Anjing tersebut malah melakukan serangan balik terhadap para pasukan Brimob. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. Sanalika bedhil-bedhil semi otomatis nyuwara pating jledhor tanpa kendhat. Diudani mimis, makhluk daden-daden kuwi mundur. Parandene ora ana siji wae mimis sing kuwawa natoni kulite. Strategine Jimat mojokake mungsuhe jugar. Monster mau nggero – luwih trepe nyricit memper tikus kena kala – terus mumbul sawuwungan. Swiwine kekablak nuwuhake angin pinusus. Kepungan sanalika mawut. Anggotane pasukan Brimob padha kontal kebuncang. Gendheng pendhapane Wicitra sarta payone omah-omah sacedhake ndalem Wicitran katut kabur. ‘Seketika senapan-senapan semi otomatis bersuara tanpa berhenti. Dihujani peluru, makhluk jadi-jadian itu mundur. Ternyata tidak ada satu peluru yang kuasa melukai kulitnya. Strateginya Jimat memojokkan musuhnya untuk batal. Monster tadi meraung – lebih tepatnya bercicit seperti tikus terkena jerat – lalu terpental sebubungan. Sayapnya dihentakkan menimbulkan angin pusus. Kepungan seketika berantakan. Anggota pasukan Brimob terpental karena terguncang. Genting pendapa serta atap rumah-rumah di dekat rumah Wicitran ikut terbang.’ Tahap kecakapan pada transformasi terjadi ketika melihat pasukan Brimob kalah, Kyai Gandrik menyatukan tongkat sakti miliknya dan milik Kyai Ganjur yang diberikan kepada Jimat Subarkah. Setelah disatukan, dari ujung tongkat keluar sinar putih hingga akhirnya berubah menjadi Kyai Ageng Sela. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. Kuwatir kelangan burone Kyai Gandrik nyaut tekene Kyai Ganjur sing digawa Jimat, digathukake karo tekene dhewe. Teken sakembaran mau dadi nyawiji. Kaelokan liyane sumusul dumadi. Saka pucuke teken kasebut nyembur kukus nggembuleng kang sabanjure dadi paraga sepuh. Rambute putih memplak diore sepundhak. Jenggot lan brengose dawa tiba ndhadha. Udheng udharan digubetake gulu. “Kyai Ageng Sela sugeng rawuh,” Kyai Gandrik mbagekake kanthi patrap kurmat. ‘Khawatir kehilangan buronannya Kyai Gandrik menyaut tongkat Kyai Ganjur yang dibawa Jimat, disatukan dengan tongkatnya sendiri. Tongkat kembar tadi menjadi bersatu. Keindahan lainnya menyusul terjadi. Dari ujung tongkat tersebut muncul sinar nggembuleng yang selanjutnya menjadi orang tua. Rambutnya putih diurai sepundak. Jenggot dan kumisnya panjang jatuh di dada. Ikat kainnya dilingkarkan di leher. “Kyai Ageng Sela selamat datang,” Kyai Gandrik menyapa dengan hormat.’ Tahap utama pada transformasi ditandai dengan Kyai Ageng Sela melawan anjing jadi-jadian untuk memusnahkannya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. Swasana tidhem mau kadadak pecah dening swara penggembor sora. Ngerti sapa sing kudu diadhepi saiki, dajal laknat sing isih nglayang sawuwungan mau mlesat ing ngawiyat malih cahya abang. Kyai Ageng Sela bali njilma dadi kukus putih cemlorot mbujung playune sunar abang. Cahya loro kuwi adu katiyasan pindhane lintang alihan. Siji wae katon sudama kang kumelip ing akasa. Gebyaring thathit sineling gumlegere guruh ladhang miyak petenge langit. Sawise dredeg silih ungkih sawetara suwe pungkasan cahya abang sumyur dadi sawalang-walang. ‘Suasana tentram tadi mendadak pecah oleh suara penggembira sorak. Mengetahui siapa yang dihadapi sekarang, dajal laknat yang masih melayang sebubungan tadi melesat ke angkasa berubah menjadi cahaya merah. Kyai Ageng Sela kembali menjelma menjadi sinar putih cemlorot mengejar larinya sinar merah. Dua cahaya tadi adu kekuatan seperti bintang jatuh. Satu saja terlihat sedikit yang kemerlip di angkasa. Gebyarnya kilat diselingi gemuruhnya guruh ladang menginjak gelapnya langit. Sesudah bergelut beberapa lama akhirnya cahaya merah surup menjadi remang-remang.’ Tahap kegemilangan pada transformasi ditandai dengan keberhasilan Kyai Ageng Sela memusnahkan anjing jadi-jadian dari muka bumi. Kyai Ageng Sela menang melawan anjing jadi-jadian setelah lama bertempur di angkasa. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. Sirep. Kekes. Angin mati. Lirih pangerike jangkrik lan orong-orong nambahi samun. Kyai Gandrik unjal napas. Celathune, “Dajal laknat kuwi wis tamat.” ‘Sepi. Takut. Angin mati. Lirih suara jangkrik dan orong-orong menambahi sunyi. Kyai Gandrik menarik nafas. Katanya, “Dajal laknat itu sudah tamat.”’ Situasi akhir pada skema aktan 23 ditandai dengan selesainya pemusnahan anjing jadi-jadian dari tubuh Salindri dan dari muka bumi. Tidak ada korban tewas dalam tragedi tersebut. Salindri dan Julung dapat sadar kembali. Situasi dapat kembali seperti semula, Salindri dapat hidup normal seperti orang lainnya. Julung diangkat menjadi adik Salindri. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. Katungka rawuhe Kapolres Sala, Kris Dumadi. Jimat nglapurake apa wae kang nembe dumadi tanpa ana sing kecicir. Disusul tekane iring- iringan ambulan. Para petugas medhis wiwit iwut ngupakara sakehing anggota pulisi kang pating slebar rebah kasulayah, gereng-gereng kasangsayan. Tujune ora ana sing nganti tiwas. Sing tatu rada nemen enggal diangkut menyang rumah sakit, kalebu Salindri sarta Julung. Esuke Jimat dikancani Iptu Kuntoro merlokake menyang rumah sakit, mesisan mertakake kahanane Salindri lan Julung. Kenya ayu kuwi wis sadhar. Semono uga Julung. Salindri dhewe tangkepe marang Julung kaya adhine. ‘Datang secara tiba-tiba Kapolres Sala, Kris Dumadi. Jimat melaporkan apa saja yang baru saja terjadi tanpa ada yang tertinggal. Disusul datangnya rombongan ambulan. Para petugas medis mulai sibuk merawat banyak anggota polisi yang berhamburan banyak yang rubuh, mengerang kesakitan. Untungnya tidak ada yang sampai tewas. Esoknya Jimat ditemani Iptu Kuntoro memerlukan pergi ke rumah sakit, sekalian ingin mengetahui keadaan Salindri dan Julung. Gadis cantik itu sudah sadar. Begitu juga Julung. Salindri sendiri menganggap Julung seperti adiknya.’

4.2 Korelasi Skema Aktan dan Struktur Fungsional pada