Aktan 15 Struktur Aktansial dan Struktur Fungsional Cerbung Salindri

4.1.15 Aktan 15

Skema Aktan 15: Bripka Santosa sebagai Subjek 4 5 Situasi awal pada skema aktan 15 dimulai dengan penemuan rambut di dekat mayat Witono Paing. Rambut tersebut akan disamakan dengan rambut Salindri. Jika memang benar rambut Salindri, maka pembunuhan yang dialami Wasi Rengga dan Witono Paing sama-sama dilakukan oleh Salindri jadi-jadian. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. Pengarep-arepe Jimat Subarkah mung kari rambut saeler kang ditemokake tim laboratorium forensik nemplek ana mayite kurban. Rambut kuwi genah rambute durjana. Muga-muga wae Bripka Santosa enggal entuk asil anggone nyraya Nyi Werti golek gogrogan rambute Salindri saperlu kakirim menyang Laboratorium Forensik Kepolisian ing Semarang. ‘Harapan Jimat Subarkah hanya dari sehelai rambut yang ditemukan tim laboratorium forensik menempel di mayat korban. Rambut itu jelas adalah rambut pembunuh. Semoga Bripka Santosa cepat mendapat hasil Penemuan rambut di mayat Witono Paing pengirim Nyi Werti penolong Bripka Santosa subjek Ø penentang Bripka Santosa penerima Rambut Salindri objek dari Nyi Werti mencari rontokan sehelai rambut Salindri untuk dikirim ke Laboratorium Forensik Kepolisian di Semarang.’ Tahap kecakapan pada transformasi ditandai dengan usaha pencarian rambut Salindri. Bripka Santosa menyuruh Nyi Werti untuk membantu mencari sehelai rambut Salindri. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. Kalah cacak menang cacak Santosa mekas, “Nyi, kepareng aku nyuwun tulung digolekake rambute Salindri ora ketang salembar. Nyi Werti mbok menawa bisa njupuk saka bodholan ing jungkat utawa gogrogan wektu nyapu jogan kamare.” ‘Kalah dicoba menang dicoba Santosa berpesan, “Nyi, bolehkah saya meminta tolong dicarikan rambut Salindri walaupun hanya satu helai. Nyi Werti mungkin bisa mengambil dari rontokan di sisir atau rontokan waktu menyapu lantai kamarnya.”’ Tahap utama pada transformasi ditandai dengan peristiwa Nyi Werti berusaha mencari rambut Salindri yang rontok. Nyi Werti pura-pura akan menyapu kamar Salindri. Walaupun lama bekerja di rumah Salindri, tetapi Nyi Werti belum pernah sekalipun menyapu kamar Salindri. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. Sambunge, “Eeeh kepareng mboten kamar njenengan kula saponi?” Rasa-pangrasane Nyi Werti genti kenyonyok. Rumangsa disujanani, kringete mruntus urut pilingan. “Eee, inggih bethekipun sampun dados wajibing abdi. Kawit ndherek wonten dalem mriki, rak dereng nate kula kadhawuhan tebah-tebah kamar sarenipun Den Rara. Kleresan mumpung menika tasih nyepeng sapu,” kandhane Nyi Werti golek pawadan. ‘Sambungnya, “Eeeeh boleh tidak kamar anda saya sapu?” Rasanya Nyi Werti ganti tersudut. Merasa dicurigai, keringatnya keluar mengalir di kening. “Eee, sudah sewajarnya menjadi pembantu. Mulai ikut di rumah ini, saya belum pernah disuruh untuk bersih-bersih kamar tidur Den Rara. Kebetulan saya sedang memegang sapu,” kata Nyi Werti mencari alasan.’ Tahap kegemilangan pada transformasi ditandai dengan berhasilnya Nyi Werti memperoleh sehelai rambut Salindri. Ketika menyapu di kamar, Nyi Werti tidak mendapatkan rambut tersebut. Ketika di sofa dia justru mendapat rambut Salindri, karena pada waktu itu Salindri selesai menonton TV dan tiduran di sofa. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. Nyi Werti isih duwe pengarep-arep. Lan, saiki mesthine ora perlu wedi kadenangan awit Salindri tutupan lawang rapet ana njero pangkene. Wadon tuwa kuwi jumangkah tumuju sofa. Bantal sing mau mentas kanggo teturon Salindri dijingglengi lan digrayangi. Mripate sakala mlolo. Kanthi tangan gemeter rambut saler ireng dawa kang kelet ana urung bantal didudut kebak pengati-ati. ‘Nyi Werti masih punya harapan. Dan, sekarang harusnya tidak perlu takut ketahuan karena Salindri tutupan pintu rapat di dalam kamarnya. Wanita tua itu melangkah menuju sofa. Bantal yang tadi selesai untuk tiduran Salindri dilihat dan diraba-raba. Matanya terbelalak. Dengan tangan gemetar sehelai rambut hitam panjang yang melekat di sarung bantal ditarik dengan penuh hati-hati.’ Situasi akhir pada skema aktan 15 ditandai dengan penelitian rambut Salindri dengan rambut yang ditemukan pada mayat Witono Paing. Setelah dibawa ke laboratorium, hasil menunjukkan bahwa antara rambut Salindri dan rambut yang ditemukan di mayat Witono Paing sama. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. Lagi nedheng-nedhenge rembugan, Bripka Santosa mecungul. Polatane sumringah. Nggeret kursi lungguh njejeri Mulyawan, mbukak resluiting tas pinggang ndudut plastik diulungake Jimat karo ngucap, “Conto rambute Salindri. Nembe mawon kula tampi saking Nyi Werti.” “Bagus” aloke Jimat. Barang sepele nanging angel golek-golekane jroning kanthong plastik bening kuwi bola-bali ditrawang dimatake. Pengarep-arepe bisa miyak misteri rajapati ing Sogan tambah grengseng. Jimat nyeluk saweneh stafe akon ngirim rambut salembar mau menyang Labkrim Polda. ‘Sedang serius-seriusnya rapat, Bripka Santosa muncul. Wajahnya sumringah. Menyeret kursi duduk di sebelah Mulyawan, membuka resleting tas pinggang lalu menarik plastik dan diberikan kepada Jimat sambil berkata, “Contoh rambut Salindri. Baru saja saya dapat dari Nyi Werti.” “Bagus” kata Jimat. Barang sepele tetapi sulit dicari di dalam kantong plastik bening itu berulang-ulang diterawang diperhatikan. Harapannya bisa membuka misteri pembunuhan di Sogan tambah bersemangat. Jimat memanggil seorang staf menyuruh untuk mengirim selembar rambut tadi ke Labkrim Polda.’

4.1.16 Aktan 16