2.3.3. Konsumsi
Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang dibeli rumah tangga. Konsumsi dibagi menjadi tiga subkelompok yaitu, barang tidak tahan lama, barang tahan
lama, dan jasa Mankiw, 2000. Produk hasil tembakau khususnya rokok termasuk barang tidak tahan lama karena rokok merupakan barang yang habis
dipakai dalam waktu pendek. Menurut WHO, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di
dunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi pada tahun 2002 sebanyak 182 miliar batang rokok setiap tahun setelah Cina 1.697 miliar batang, Amerika
Serikat 480 miliar batang, Jepang 230 miliar batang, dan Rusia 230 miliar batang. Jumlah uang yang dibelanjakan penduduk Indonesia untuk tembakau 2,5
kali lipat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan dan 3,2 kali lipat dari biaya kesehatan. Diperkirakan 4 persen rata-rata pendapatan per
kapita rakyat Indonesia dihabiskan untuk konsumsi rokok. Rata-rata pengeluaran sebulan untuk konsumsi rokok cenderung
meningkat lebih besar terjadi di daerah perkotaan dari pada di pedesaan. Hal ini tentunya tidak lepas dari lebih besarnya tingkat pendapatan yang dapat
mendorong kenaikan konsumsi rokok di daerah perkotaan. Meskipun rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rokok di daerah pedesaan lebih kecil dibanding
daerah perkotaan, namun tetap menunjukkan bahwa desa memiliki rata-rata pengeluaran terhadap konsumsi rokok yang terus meningkat setiap tahunnya.
WHO menyatakan masyarakat miskin adalah kelompok masyarakat yang paling dirugikan dari insustri rokok karena menggunakan penghasilannya untuk
membeli rokok yang justru membahayakan kesehatan. Bahkan di negara maju, jumlah perokok terbanyak berasal dari kelompok masyarakat miskin.
Besarnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi rokok akan mempengaruhi besarnya penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau. Ketika terjadi
peningkatan proporsi pengeluaran untuk konsumsi rokok yang mengindikasikan terjadinya peningkatan permintaan rokok, maka pabrik rokok akan meningkatkan
jumlah produksi yang artinya tingkat penawaran rokok meningkat dan akhirnya penerimaan cukai hasil tembakau juga akan meningkat. Sesuai dengan hukum
penawaran dengan menganggap faktor lain konstan, kuantitas barang yang ditawarkan akan meningkat ketika harga barang meningkat karena adanya
peningkatan permintaan barang. Hal ini juga didukung oleh teori Marshall mengenai keseimbangan permintan dan penawaran di pasar yang dapat dijelaskan
pada Gambar 2 di bawah ini. Harga P
Penawaran
P
Permintaan Q1 Q2 Kuantitas Q
Gambar 2. Perpotongan Permintaan dan Penawaran Sebagai langkah awal, diasumsikan bahwa harga-harga ditentukan oleh
kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Melalui mekanisme permintaan-
penawaran ini terbentuk keseimbangan harga P pada tingkat dimana permintaan sama dengan penawaran Nicholson, 2002.
2.3.4. Variabel Dummy