Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen

lain, terdapat hubungan positif dan signifikan yang sedang antara aktivitas peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Koefisien determinasinya Hal ini berarti nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan peserta didik, melalui persamaan regresi linear sederhana . Sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.

4.2 Pembahasan

Pembahasan yang akan diuraikan meliputi proses pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen, pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol, dan kesesuaian hasil penelitian dengan teori yang mendukung.

4.2.1 Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen

Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran CPS berbantuan CD pembelajaran. Pembelajaran dilakukan sebanyak empat kali pertemuan dan satu kali pertemuan untuk evaluasi. Pada awal pembelajaran terlebih dahulu guru menjelaskan tentang model pembelajaran yang digunakan, tujuan pembelajaran serta memberikan motivasi kepada siswa. Guru memberikan pertanyaan- pertanyaan awal yang memancing pemikiran siswa sehingga siswa tertarik terhadap materi yang akan diajarkan. Guru menjelaskan sedikit materi prasyarat untuk materi jarak dalam ruang dimensi tiga. Kemudian guru menjelasakan teorema tentang dua garis yang sejajar, garis sejajar bidang, bidang-bidang yang sejajar, garis tegak lurus bidang dengan bantuan CD pembelajaran. Kemudian guru membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang peserta didik, setelah itu guru memberikan soal latihan yang berisi permasalahan kepada masing-masing kelompok dan membimbing peserta didik untuk mengumpulkan informasi dari permasalahan yang diberikan. Peserta didik dari masing-masing kelompok diminta untuk saling mengungkapkan pendapatnya secara logis dan kritis tentang strategi penyelesaian masalah yang diberikan. Selanjutnya guru memfasilitasi peserta didik dari masing-masing kelompok untuk mendiskusikan dan memilih strategi yang tepat dengan bersungguh-sungguh untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Kemudian peserta didik menerapkan strategi yang telah dipilih oleh masing-masing kelompoknya untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, kemudian dilanjutkan dengan perwakilan dari kelompok tersebut untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Terakhir guru memberi tanggapan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Berdasarkan pertemuan I, pembelajaran masih terdapat kekurangan selama proses pelaksanaanya. Kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran belum terlaksana dengan baik karena model CPS merupakan hal yang baru peserta didik sehingga masih cukup banyak penyesuaian yang harus dilakukan peserta didik. Selain itu ada beberapa peserta didik yang tidak mau menerima kelompok yang telah ditentukan. Peran guru dalam membimbing peserta didik dalam mengorganisasi tugas-tugas masih perlu ditingkatkan karena masih terdapat beberapa kelompok yang belum memahami tugas yang harus diselesaikan sehingga masih banyak peserta didik yang langsung bertanya pada guru sebelum bertanya kepada anggota kelompok yang lain. Selain itu pokok bahasan jarak dalam ruang dimensi tiga yang dianggap sulit oleh kebanyakan peserta didik juga masih menjadi kendala utama. Pemahaman peserta didik tentang materi pendukung yaitu materi dimensi dua masih kurang, harus diingatkan lagi. Abstraksi beberapa peserta didik masih rendah, hal ini terlihat pada saat menyebutkan bahwa alas kubus berbentuk jajar genjang. Akan tetapi setelah guru memvisualkan kubus dengan menggunakan CD pembelajaran hal tersebut dapat terselesaikan. Respon terhadap pertanyaan guru sudah cukup baik, tetapi komunikasi dalam kelompok masih perlu ditingkatkan. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan II sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Peserta didik sudah cukup memahami model pembelajaran yang dirancang sehingga mengetahui tugas yang harus dilakukan. Perhatian peserta didik terhadap guru dan media pembelajaran juga lebih dari pertemuan sebelumnya. Partisipasi peserta didik dalam berkelompok sudah semakin baik, sebagian anggota kelompok sudah berbagi tugas. Interaksi antar peserta didik belum terlaksana dengan maksimal, mereka masih canggung untuk saling bertanya dan menjelaskan dengan teman sekelompoknya sehingga masih sering bertanya kepada guru bila menemui kesulitan. Respon terhadap pertanyaan guru sudah lebih baik, demikian juga komunikasi dalam kelompok. Kemampuan untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan materi sebelumnya masih kurang. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan III lebih baik daripada pertemuan II. Guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lengkap dan memunculkan masalah dengan baik. Peserta didik sudah menikmati model pembelajaran dan manfaat CD pembelajaran. Dalam menyimpulkan materi pada pertemuan III ini, guru masih berperan cukup banyak karena peserta didik masih kesulitan dalam merangkai kata-kata. Partisipasi peserta didik dalam kelompok pada pertemuan III juga meningkat dibanding pertemuan II dan pertama. Partisipasi peserta didik sudah semakin baik, sebagian anggota kelompok sudah berbagi tugas. Interaksi antar peserta didik sudah terlaksana dengan maksimal, mereka sudah saling bertanya dan menjelaskan dengan teman sekelompoknya. Kemampuan peserta didik untuk melakukan pemodelan dan menentukan strategi sendiri untuk menyelesaikan soal sudah lebih baik. Respon terhadap pertanyaan guru sudah lebih baik, demikian juga komunikasi dalam kelompok. Kemampuan mereka dalam menghubungkan materi juga sudah berkembang. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan IV sudah jauh lebih baik dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Peserta didik sudah asyik dengan materi yang dipelajari, menikmati media pembelajaran yang digunakan dalam penmyampaian materi dan juga dalam kerja kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan selain itu, antusias saat mengerjakan tugas kelompok juga semakin tinggi. Peran guru dalam pertemuan ini sudah tidak terlalu banyak guru hanya sebagai fasilitator dalm proses pembelajaran. Hasil tes kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen mempunyai rata-rata . Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai , ini berarti nilai kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen berdistribusi normal. Dari perbandingan nilai varians yang diperoleh, menunjukkan hasil tes kemampuan berpikir kritis kedua kelas homogen. Hasil perhitungan uji ketuntasan belajar individual kelas eksperimen diperoleh dan , artinya kelas eksperimen mencapai ketuntasan individual. Sedangkan uji ketuntasan klasikal kelas eksperimen diperoleh dan , sehingga dapat disimpulkan bahwa proporsi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih dari 75, sehingga dapat dinyatakan bahwa peserta didik telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Hasil uji perbedaan dua rata-rata dipeoleh dan , ini artinya rata-rata kemampuan berpikir kritis pada materi dimensi tiga dengan model pembelajaran CPS berbantuan CD pembelajaran lebih dari rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas dengan pembelajaran ekspositori . Sedangkan untuk hasil uji regresi diperoleh persamaan regresi linier sederhana . Untuk uji keberartian regresi diperoleh dan , ini artinya koefisien regresi berarti. Untuk uji linearitas regresi diperoleh dan maka dapat dikatakan bahwa persamaan regresi linear. Sedangkan untuk koefisien korelasi regresinya diperoleh , dan sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan sebesar antara aktivitas peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Atau dengan kata lain, terdapat hubungan positif dan signifikan yang sedang antara aktivitas peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Koefisien determinasinya Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan peserta didik, melalui persamaan regresi linear sederhana . Sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain.

4.2.2 Proses Pembelajaran Kelas Kontrol